Tips Memilih Kegiatan Bermanfaat di Hari Libur Bagi Pekerja Migran

Author

Saat libur kerja, apa saja kegiatan yang dilakukan oleh sobat pekerja migran? Pertanyaan ini pernah kami lontarkan melalui Facebook Page “Pusat Sumber Daya Buruh Migran (PSDBM)”. Setiap Pekerja Migran Indonesia (PMI) di negara penempatan memang memiliki pengalaman beragam tentang bagaimana mereka menghabiskan masa libur kerjanya. Bahkan, ada juga PMI yang mengaku tidak mendapat kesempatan libur kerja, khususnya PMI yang di sektor informal sebagai Pekerja Rumah Tangga (PRT) di negara tertentu. Nah, berikut ini rekomendasi dari redaksi buruhmigran untuk kegiatan-kegiatan positif yang bisa menjadi pilihan menarik bagi sobat pekerja migran.

1) Kegiatan Organisasi

Di negara penempatan Pekerja Migran Indonesia (PMI) seperti di Hong Kong, Taiwan, Singapura, Korea Selatan (Korsel), Malaysia maupun Arab Saudi, terdapat Komunitas PMI baik yang berbasis organisasi keagamaan, kedaerahan, kesamaan bakat dan minat, serta serikat pelaut, pekerja rumah tangga (PRT), pekerja pabrik, maupun sejumlah organisasi pekerja lainnya. Masing-masing organsasi, biasanya memiliki agenda rutin mingguan maupun insidental. Kegiatan-kegiatan di organisasi juga bukan sekadar agar PMI dapat bersosialisasi menambah teman dan memperkuat silaturahim, namun juga menambah pengalaman,  memperdalam pengetahuan agama, maupun pengetahuan-pengetahuan lainnya. Keberadaan organisasi-organisasi yang berbasis dari beragam bidang ini berkembang di negara-negara penempatan. Di Malaysia misalnya, ada komunitas Serantau. Serantau adalah komunitas pekerja migran di Malaysia yang mengadvokasi pekerja migran, memproduksi dan menyebarkan informasi-informasi akurat kepada PMI melalui saluran online dan offline. Selain Serantau, masih banyak lagi komunitas pekerja migran yang bisa dijadikan referensi sobat PMI untuk terlibat dalam kegiatan-kegiatan positif. Selain di Malaysia, PMI di Hong Kong juga cukup aktif mewarnai dinamika organisasi PMI. Seperti pengalaman Ninik Kristiana (36) saat menjadi PMI di Hong Kong. Kisah Ninik yang pernah diangkat di laman ini berjudul “Ninik Kristiana: “Meskipun Majikan Saya Tidak Punya Agama, tapi Sangat Menghormati Keyakinan Saya” , menunjukkan bahwa PMI memiliki kesempatan mengembangkan potensi diri selain bekerja. Sebagai pekerja rumah tangga (PRT) di salah satu keluarga di Hongkong, dia tetap mampu membagi waktunya untuk aktif di beragam kegiatan positif di luar tanggungjawabnya sebagai PRT. Ninik memiliki keinginan kuat untuk belajar memerangi kebodohan diri sendiri, membangun silaturahim sesama PMI, memperkuat rasa nasionalismenya, berbagi pengalaman dan pengetahuan, serta mendisiplinkan dirinya. Ninik bukan hanya bergabung dengan organisasi keagamaan sepertihalnya Fatayat NU di Hong Kong, namun juga mengikuti kegiatan-kegiatan sosial yang diselenggarakan oleh Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) maupun lembaga lain yang mengadakan kegiatan positif bagi PMI.

2) Kegiatan Sosial

Sobat PMI, jika sobat merupakan salah satu PMI yang tidak tergabung di organisasi manapun, mungkin bisa mencoba terlibat dalam kegiatan-kegiatan sosial yang ada di negara penempatan. Kegiatan sosial ini seperti aksi tolong menolong yang merupakan salah satu bentuk cinta kasih dan kepedulian kepada sesama. Sikap peduli kepada sesama tak hanya meringankan beban seseorang namun juga menjadikan hidup terasa lebih berharga. Ada banyak cara untuk menunjukkan sikap kepedulian tersebut. Misalnya terlibat dalam proses pendampingan kasus bagi teman-teman PMI yang terkena kasus, terlibat mengurus orang-orang berkebutuhan khusus, homeless (tunawisma), atau mengajari teman-teman PMI lain untuk memperlancar bahasa asing, bisa juga terlibat dalam kegiatan penghimpunan dana korban bencana alam, program layanan kesehatan gratis, donor darah, dan lain-lain. Pengalaman mengikuti kegiatan sosial ini pernah dilakukan oleh salah satu sobat PMI di Taiwan yang memiliki nama akun facebook Sarilah Hungkul. Sarilah merupakan salah satu purna PMI yang turut berbagi pengalamannya saat libut kerja sebagai PMI. Selama berkarir menjadi PMI, dia terlibat di kegiatan-kegiatan sosial seperti membantu teman-teman PMI yang terkena kasus. Lalu saat bekerja di Hong Kong selama empat tahun, dia juga sempat terlibat dalam kegiatan sosial yang diadakan pemerintah Hong Kong, seperti mengurus orang-orang berkebutuhan khusus, homeless (tuna wisma), mengajari bahasa China, dan masakan China bagi pekerja migran lain yang membutuhkan. Berikut adalah jawaban dari Sarilah Hungkul pada Jumat (12/10/2018) melalui Page Pusat Sumber Daya Buruh Migran Indonesia (PSDBM).

“Sarilah Hungkul : Ssekarang di Kerajaan Saudi Arabia (KSA) gak ada libur..dulu waktu di Taiwan sibuk berir organisasi, saya bantuin teman-teman yangg kena kasus, lalu pindah ke Hong Kong 4 tahun sibuk kerja partime tiap sabtu dan minggu jualan makanan. Lalu 6 tahun terakhir sibuk ikut organisasi Hong Kong Government mengurus orang berkebutuhan khusus, homeless dan mengajari bahasa dan masakan China bagi pekerja migran yang membutuhkan dari berbagai negara…sekarang saya sudah pensiun.”

3) Kegiatan Keagamaan

Kegiatan keagamaan merupakan salah satu jenis kegiatan yang cukup sering diselenggarakan baik oleh lembaga pemeritahan, perusahaan, organisasi berbasis keagamaan maupun komunitas Pekerja Migran Indonesia (PMI) di negara penempatan. Pada umumnya, kegiatan keagamaan ini dalam bentuk pengajian dimana ada penceramah yang memberikan siraman rohani. Para penceramah yang dihadirkan dalam sebuah pengajian juga tak jarang dihadirkan langsung dari Indonesia. Namun, sobat pekerja migran tetap harus cerdas dan bijak memilah kajian-kajian keagamaan, termasuk memilah siapa penceramah dan materi apa yang disampaikannya. Apalagi munculnya akhir-akhir ini ada sejumlah PMI yang mulai terpapar ekstrimisme, tentang ini sobat bisa membaca artikel kami yang berjudul kelompok ekstrimisme yang mengancam Pekerja Migran Indonesia (PMI). Tentang ancaman ekstrimisme di kalangan pekerja migran, kami (redaksi buruhmigran.or.id) juga sudah pernah membahas tentang hasil penelitian Institute for Policy Analysis of Conflict (IPAC) dalam artikel  “Benarkah Pekerja Migran Terpapar Ekstrimisme?” , disebutkan bahwa PMI khususnya perempuan PMI di sektor informal sebagai Pekerja Rumah Tangga (PRT) rentan terpengaruh kelompok ekstrimis. Mereka teradikalisasi salah satunya melalui melalui kajian agama yang diselenggarakan oleh kelompok-kelompok dakwah tertentu baik melalui media online maupun pertemuan langsung (offline). Berdasarkan pengalaman PMI yang sudah terpapar kelompok ekstrimis, semoga sobat pekerja migran semakin, kita bisa belajar lebih waspada, bijak dan cerdas memilah materi-materi kajian agama yang akan kita ikuti. Jangan lupa, selain kajian agama secara langsung, juga ada kajian-kajian agama melalui dunia maya terutama di media sosial.

4) Kegiatan Mengasah Ketrampilan Sesuai Bakat dan Minat

Sobat pekerja migran, selain kegiatan-kegiatan positif yang diselenggarakan oleh organisasi, kegiatan sosial, maupun kegiatan keagamaan, sobat juga bisa terlibat dalam kegiatan-kegiatan yang secara khusus dapat mengasah ketrampilan sobat PMI. Misalnya, jika ada kegiatan yang diselenggarakan oleh lembaga pemerintah melalui Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di negara-negara penempatan PMI. Selain dari lembaga pemerintahan, perusahaan-perusahaan melalui Corporate social responsibility (CSR) juga biasanya mengadakan kegiatan-kegiatan yang dapat meningkatkan kapasitas PMI pada ketrampilan tertentu, misalnya dalam bidang kuliner, ketrampilan membuat kerajinan tangan, pelatihan menulis dan fotografi, bagaimana memulai sebuah bisnis online, dan lain sebagainya. Dalam artikel “Benarkah Pekerja Migran Indonesia Rentan Terpapar Ekstrimisme?”, kami (redaksi) juga pernah berbagi informasi tentang pentingnya kegiatan-kegiatan positif yang bisa diikuti PMI. Menurut Hernawan Baskoro Abid, Head Section of Public Awareness Campaign Kementrian Luar Negeri (Kemlu) melalui Perlindungan Warga Negara Indonesia (PWNI) Bantuan Hukum Indonesia (BHI), kegiatan-kegiatan positif juga cukup efektif untuk mencegah Pekerja Migran Indonesia (PMI) terpengaruh kelompok ekstrimis.

Sobat PMI, semoga rekomendasi kegiatan-kegiatan positif dari kami bisa menambah referensi informasi selama libur kerja ya? Jangan sampai kita tidak tidak memiliki pilihan sama sekali untuk terlibat dalam kegiatan-kegiatan positif. Keterlibatan kita mendapatkan teman, pengalaman dan pengetahuan dari kegiatan-kegiatan ini juga semoga dapat mencegah diri kita terpengaruh kelompok ekstrimis yang bisa menghancurkan niat mulia kita sebagai PMI. Apalagi, berdasarkan hasil penelitian Kementrian Luar Negeri (Kemlu) melalui Perlindungan Warga Negara Indonesia (PWNI) Bantuan Hukum Indonesia (BHI) (Abid, 2016), faktor-faktor yang menyebabkan Pekerja Migran Indonesia (PMI) terpengaruh kelompok ekstrimis di antaranya adalah PMI yang Anti Sosial (Eksklusif), Kesepian (loneliness), terjebak berita-berita Palsu (Fake news). Semoga kita bukan termasuk PMI yang mudah terpengaruh kelompok ekstrimis.

Oh ya, bagi sobat pekerja migran yang masih ingin memahami makna Radikalisme, Ekstrimisme, dan Terorisme, bisa langsung membaca artikel kami yang berjudul “Apa itu Radikalisme, Radikalisasi, Ekstrimisme, dan Terorisme?”.

Keterangan foto: Suasana Kelas Memasak yang Diselenggarakan Yogja International Club. (Sumber foto: dokumentasi buruhmigran.or.id)
Belum ada komentar.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.