Sastra

BMI Hong Kong: “Aku Ingin Bunuh Diri”

Author

BMI, TKI
Ilustrasi

Beratnya pekerjaan yang harus aku jalani tujuh hari dalam seminggu tanpa ada libur sama sekali membuatku menjadi manusia yang benar-benar merasa paling bodoh karena tak bisa melihat dunia luar sama sekali meski hanya lewat media cetak. Tak ada handphone (HP) sebagai alat komunikasi, tak punya teman dekat apalagi sahabat baik. Waktu keluar rumahpun hanya saat mengantar jemput anak sekolah. Ke pasar hanya sesekali dan waktu yang selalu di batasi. Dengan gaji hanya separo yang aku terima dari yang seharusnya.

Dua tahun aku terkungkung dan terkurung dalam rumah yang terasa seperti penjara. Aku sendiri heran kenapa bisa bertahan hingga 2 tahun penuh. Mungkin wajah kedua orang tua yang selalu aku bayangkan tiap kali tangan ini bergerak untuk melakukan pekerjaan yang bisa membuatku bertahan.

Mengurus satu anak lelaki berumur 17 tahun, tidak bisa berjalan, berbicara, dan punya keterbelakangan mental, tapi masih bisa teriak dengan sangat keras hingga terdengar dari lantai 30 lebih. Bisa mengerti ketika ada orang bertanya meski hanya dengan anggukan atau gelengan kepala saja. Majikan perempuan yang super cerewet dan selalu komplain dengan pekerjaan yang aku lakukan karena selalu dia nilai salah.

Anak yang aku rawat ini sangat sensitif sekali. Saat aku mengeluarkan suara dia akan menutup mulutku dengan tangannya. Entah berapa kali aku sudah lupa saat mau menyuapi dia makan saat tanganku memegang mangkuk berisi nasi dengan laukpauknya dia malah menampik tanganku dengan keras, nasipun ikut bernasib malang. Pernah juga saat memandikan dia di kamar mandi, dia marah-marah dan teriak sangat-sangat keras dan membuat tetangga yang berada di lantai atas pas ingin melaporkan dia ke kantor polisi. Aku suruh dia untuk diam, meski berakibat fatal. Jambakan dan cubitan aku terima darinya. Bukan hanya sekali, tapi hampir tiap hari cubitan, pukulan jambakan itu aku terima. Aku sabar, hanya orang tua yang jadi penguatku.

Saat aku ceritakan apa yang terjadi ke majikan, dia tidak percaya dan menuduh aku mengada-ada. “Tidak mungkin koko begitu” hanya kalimat ini yang selalu keluar dari majikan. Aku telpon agen saat majikan tidak di rumah. Menceritakan smua yang terjadi selama aku kerja di rumah ini. Agen menyuruh aku untuk bertahan. “Sabar dululah, usahakan kamu finish dua tahun di sini, nanti akan aku carikan majikan baru” beginilah petuah dari agen. Aku menurut saja. Mau lari juga percuma karena dokumen di bawa agen, aku hanya punya ID (KTP) HK. Pertimbangan lain jika aku break kontrak agen akan memotong gajiku beberapa bulan lagi yang besarnya sangat mencekik leher. Selain itu aku pasti akan diasingkan dulu ke negara China sana selama menunggu visa baru. Buang-buang waktu, pikirku saat itu.

Majikan tidak pernah percaya dengan apa yang aku ceritakan karena tiap hari ia tidak dirumah. Majikan pulang jam 9 malam, makan, mandi lalu tidur. Esoknya ia bangun jam 7 lebih lalu ikut mengantar sekolah dan berangkat bekerja. Hanya sedikit waktu pertemuan antara ibu dan anak. Disekolahpun para guru selalu bilang kalo anak ini baik, pintar, nurut. Aku heran, kenapa dirumah dia seganas itu. Apa dia tidak suka denganku? Tapi saat aku tanya dia selalu menggelengkan kepala yang artinya dia bukan tidak suka sama aku. Lalu apa penyebabnya? Dan anehnya saat orang tuanya di rumah anak ini akan bersikap sangat manis, jauh beda jika di rumah hanya berdua denganku saja.

Saat dia teriak-teriak aku hanya memlilih untuk diam, menutup telinga dan mengatur nafas dalam-dalam. Kadang aku memilih masuk ke dapur atau kamar dan menutup pintu. Menatap jauh kebawah dengan derai air mata dan dada yang terasa semakin sesak. Apartemen lantai 16 benar-benar terasa seperti neraka.

Ya Allah, apa dosa hamba?

Aku tau kesabaranku sedang KAU uji, beri kekuatan-MU Ya Allah.

Aku terus menatap kebawah dan tangan berpegangan di jendela yang sedang terbuka. Aku ingin melompat ke bawah sana. Aku ingin lepas dari smua ini. Aku lelah, aku capek. Aku ingin mengakhiri smua ini.

Tangisku semakin menjadi, akupun terduduk lemah di lantai. Saat ada kekuatan kembali aku pun bangkit. Aku menatap kebawah lagi. Aku sudah tidak kuat, aku ingin lompat. Aku ingin mati.

Astagfirullah hallazim….Sadar, sabar, sadar, sabar.

Kalimat ini terus aku ucapkan berkali-kali. Aku ingat wajah ke dua orang tua. Aku pejamkan mataku dan membayangkan mereka saat ini ada di depanku, menatapku dengan wajah sendu dan air mata pilu. Aku tarik nafasku dalam-dalam untuk menguasai diri.

Ya Allah, maafkan hamba-MU yang hampir saja melakukan hal bodoh ini. Terimakasih Kau masih mengingatkanku dan menjauhkanku dari godaan setan ini.

Beri kesabaran yang tak terbatas pada hamba-MU ini Ya Allah.

Aku tinggalkan kamar itu dan menuju ke kamar mandi untuk cuci muka. Air yang membasahi muka kurasakan cukup ampuh untuk meringankan beban dihati dan kepala.

Hari-hari yang aku lalui terasa amat sangat lambat. Untungnya dari pagi hingga sore aku dirumah sendirian. Aku bisa menelpon orang tua di kampung pakai telpon rumah majikan. Suara, canda, tawa dan nasehat mereka bisa menjadi vitamin tersendiri. Aku hanya menceritakan hal yang indah-indah saja selama di negeri beton ini. Aku tidak mau membebani mereka dengan apa yang sebenarnya terjadi.

Tanggal yang aku tunggu akhirnya datang juga. Aku finish kontrak dua tahun. Aku berhasil melewati semua ini. Aku tinggalkan rumah itu tanpa air mata. Aku tersenyum puas penuh kemenangan. Aku menang karena berhasil menjadi manusia bebas sebebas-bebasnya sekarang.

*******

Finish kontrak dua tahun aku belum punya niat untuk pulang kampung. Aku masih ingin mencari majikan yang baru yang lebih baik dari yang sebelumnya. Dengan gaji full, dan hak libur penuh tentunya. Dengan bekal finish dua tahun bisa aku jadikan modal untuk mencari majikan. Selama menunggu majikan yang baru aku tinggal di agen. Banyak teman baru yang aku kenal di sana. Banyak juga cerita seru yang aku dapat dari mereka. Tidak semuanya finish kontrak dua tahun. Malah lebih banyak yang diinterminit oleh majikan dengan berbagai alasan.

Akhirnya hari ketiga aku mendapat majikan baru. Aku di beri waktu satu hari untuk partime di rumahnya. Mengenal seluk beluk pekerjaan dan keluarga dari majikan baru ini. Setelah sukses perkenalan selama seharian, majikan baru pun bertanya “maukah kamu kerja disini?” Aku mengangguk setuju.

Majikan baru sungguh sangat baik. Menyayangi dan menganggap aku sebagai bagian dari keluarga mereka sendiri. Perbedaan yang sangat jauh dari sebelumnya. Gaji full, libur full, terkadang dapat bonus yang besarnya melebihi gaji sebulan. Alhamdullilah. Allah memang maha adil. Bersusah-susah dulu, bersenang-senang kemudian. Peribahasa ini memang pas untuk menggambarkan apa yang aku alami selama ini.

“Karena kamu baik, sudah seharusnya aku juga baik sama kamu. Lupakan yang dulu. Kamu nikmati pekerjaanmu disini dengan tenang. Cari modal buat masa depanmu nanti setelah tidak lagi kerja di sini. Dibelahan bumi manapun yang namanya manusia tidak ada yang sama. Ada yang baik, ada yang jahat. Bukan cuma di negara ini, di negaramu sendiri juga pasti ada itu. Seperti jari-jari ditanganmu . Ada yang panjang dan pendek, besar dan kecil. Begitu juga dengan sifat manusia yang tidak akan pernah ada yang sama antara satu dengan lainnya. Jangan sungkan untuk berbagi tentang apa saja. Dan ingat, jangan punya pikiran lagi untuk bunuh diri. Kasihan orang tuamu.”

Kata-kata ini sering diucapkan oleh majikan baru kepadaku.

Sekarang aku benar-benar tenang bekerja di majikan yang baru ini. Mereka tidak menganggapku sebagai pembantu, tapi menganggapku sebagai bagian dari keluarga mereka. Saat teringat akan masa lalu, tak terasa air mata ini menetes lagi. Kok kuat ya aku, kok bisa ya aku? Pertanyaan yang aku ajukan untuk diri sendiri.

Memang Allah benar-benar maha adil dan aku sudah merasakan dan membuktikannya sendiri.

*Membaca tulisan beberapa teman di Kompasina jadi teringat dengan kisah sendiri beberapa tahun lalu*

Belum ada komentar.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.