Sastra

Surat untuk Tuanku

Author

Teruntuk yang saya hormati,

Tuan dan Nyonya

Majikanku yang budiman

Tuan, Nyonya….

Maafkan saya. Dalam kesempatan ini, saya hanya ingin meluahkan sedikit rasa yang selama ini hanya bisa saya pendam di dada ini. Berharap sekiranya saya bisa merasa sedikit lega dan alangkah bahagianya seandainya kalian membacanya.

Tuan, Nyonya….

Terimakasih tak terhingga ingin kusampaikan karena kalian sudah memilihku untuk bekerja di rumah ini, membantu kalian. Mengerjakan semua pekerjaan rumah yang mungkin kalian tidak suka atau merasa enggan untuk mengerjakanya. Tidak mengapa untuk saya tuan, Nyonya. Aku senang dengan semua karena memang dari awal saya datang kesini, untuk semua ini, bekerja membantumu di rumah ini.

Tuan, Nyonya….

Saya paham ini semua tugas dan pekerjaanku. Membersihkan setiap sudut dan ruang istana ini. Memoles semua yang ada biar terlihat indah, menjaga agar lantai selalu terlihat seperti kaca. Saya juga seperti kalian, senang dengan tempat yang rapi dan bersih. Karena itu saya selalu menjaganya dan membersihkanya setiap hari walau sebenarnya tidaklah kotor. Saya melakukanya dengan sepenuh hati.

Tuan, Nyonya….

Saya juga senang melihat lantai rumah ini seperti cermin, hingga saya bisa melihat wajahku disana. Lihatlah! Setiap sudut dan ruang terlihat bersih dan rapi. Toilet kita seperti gambar-gambar yang ada di iklan tivi dan surat kabar bersih, indah dan rapi juga wangi. Sungguh memandangnya membuat hati senang dan berseri.

Tuan, Nyonya….

Saya lapar, saya haus. Berilah saya makan yang cukup biar saya mempunyai tenaga untuk bekerja. Biarkan aku meneguk air biar aku tidak kekeringan dan kekurangan cairan. Tuan, Nyonya! Tahukah kalian? Saya begitu bernafsu saat memasak hidangan untuk makan kalian. Di waktu sarapan, makan siang ataupun makan malam. Aku memasak dan menyiapkanya dengan segenap hati. Bumbu-bumbu kuracik dengan segenap cinta ini agar kalian senang dan nikmat melahapnya.

Semua ku hidangkan untuk kalian, dalam kelezatan itulah ada kasih sayang dan kesetiaan pengabdianku untuk Tuan dan Nyonya.

Tuan, Nyonya….

Maafkan saya. Meskipun terkadang masakan saya kurang sedap, itu bukan berarti saya tidak sayang dan cinta lagi. Bukan berarti pula saya berkhianat, tetapi mungkin aku merasa sedikit kesal dan bosan karena kalian selalu melahapnya habis tanpa sisa dan kalaupun tersisa kalian lebih suka membuangnya. Tuan, Nyonya! Kenapa kalian tidak memberikan pada saya? Kenapa kalian tidak suka saya juga menikmati makanan yang lezat itu juga? Kenapa kalian lebih suka saya memakan nasi putih hanya dengan semangkuk sup yang kau buat dari air panas yang kau kasih garam? Kenapa tuan? Kenapa Nyonya?

Tuan, Nyonya….

Saya ingin bahagia di tengah-tengah kalian, sehingga tidak akan membuat kalian kecewa dengan hasil kerja saya.

Nyonya, saya terkadang iri melihat nyonya setiap bangun tidur langsung menyalakan computer ataupun tivi Hingga lupa untuk gosok gigi. Saya selalu melihatmu tersenyum bahagia waktu itu, mungkin kamu merasa begitu indah dan menyenangkanya hidupmu. Duduk dikursi dengan segelas jus dan sebuah apel itulah sarapanmu. Duduk santai, kaki saling bertindih sambil membolah-balik tabloid kesayanganmu, terlihat kamu sangat santai sekali.

Tuan, saya tahu tuan juga merasa lelah sepertiku. Otot-otot badan terasa kaku, pikiranmu penat tidak menentu. Pasti tuang ingin juga setiap hari libur, tidak bekerja tetapi gaji selalu terima. Tetapi itu pasti tidak mungkin ya tuan. Kita harus bekerja. Tuan masih senang hanya bekerja 8 jam setiap hari dan dua hari dalam seminggu yaitu sabtu dan Minggu bisa libur. Tuan juga enak kerjanya duduk di kursi di belakang meja, tetapi saya yakin tuan lelah juga seperti saya. Lelah Fikiran tentunya.

Tuan, Nyonya….

Saya perlu dan ingin istirahat juga seperti kalian, meredakan pikiran biar tenang, merenggangkan otot-ototku yang tegang. Tuan, nyonya berilah saya waktu untuk istirahat walau sehari dalam seminggu.

Tuan, Nyonya….

Tidakkah kalian juga merindukan saat-saat bersama dengan anak-anak kalian, hanya kalian tanpa saya di tengah-tengah. Dekatkan anak-anakmu pada kalian. Kalian sudah lihat bukan,  betapa dekatnya anak-anakmu dengan saya hingga hampir mereka tidak mau bermain bersama kalian. Tidak seru katanya. Bukankah kalian juga merasa sedih disaat anak kalian yang paling kecil memanggilku mama, dan tidak mau sama-sekali kalian gendong. Semua karena kalian tidak ada waktu untuk bersama dia. Kalian tidak punya cukup waktu untuk mereka anak-anak kalian.

Tuan, Nyonya….

Sekiranya hanya itulah permintaan hatiku. Semua bukan hanya semata-mata untukku tuan, nyonya. Semua untuk kebaikan kita bersama.

Tuan, Nyonya….

Hanya ini saja yang ingin saya sampaikan, semoga esok ada kata dan tawa ceria dari kalian yang akan saya dengar. Memberiku satu hari dalam seminggu untuk saya beristirahat. Cukup satu hari dalam seminggu.

Pembantu setiamu Tuan, Nyonya

Shelly.

Belum ada komentar.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.