Cerita DP menjadi buruh migran dimulai ketika lulus SMA dari sebuah sekolah di Banyumas, DP memutuskan mendaftar program di sekolah untuk bekerja di sektor formal di Malaysia. Pada 8 Juli 2014, ia diberangkatkan ke Malayisa dan ditempatkan di sebuah pabrik elektronik bagian soldering. Delapan bulan bekerja, ia tak memiliki masalah dan menikmati pekerjaannya. Ia bahkan merasa betah dan senang karena memiliki banyak teman dari pabrik tempat kerjanya. Selama bekerja di Malaysia DP sempat mengirimkan uang beberapa kali kepada orang tuanya di Banyumas.
Di pabrik tempatnya bekerja, ada berbagai buruh migran yang berasal dari beberapa negara diantaranya, Indonesia, Nepal, India dan Bangladesh. Di pabrik tersebut, antar pekerja harus saling membantu, khususnya pekerja yang mengalami rotasi atau pindah bagian. Biasanya buruh migran yang baru saja dipindahkan akan mengalami kesulitan dan teman yang lebih dulu bisa wajib mengajari buruh migran yang baru pindah sampai bisa.
Berawal dari mengajari seorang teman kerjanya yang berasal dari Nepal, DP akhirnya berkenalan dengan buruh migran Nepal bernama RP. Kenalan berlanjut setelah bertukar nomor hand phone. Disaat libur kerja, DP dan RP sering pergi berdua dan akhirnya memutuskan berpacaran. Bahkan RP berjanji akan menikahi DP. Selama pacaran, DP dan RP beberapa kali melakukan hubungan intim layaknya suami istri disaat libur kerja.
Setelah beberapa kali melakukan hubungan intim, DP merasakan ada yang tidak beres dengan tubuhnya sejak Desember 2015. Ia mulai merasakan mual setiap hari, perutnya sering kram hingga tidak bisa bekerja. DP menyampaikan kondisi tersebut kepada pacarnya, RP sebagai pacara menyarankan supaya pergi ke dokter untuk cek kesehatan. Selama mengalami mual dan perut kram DP tidak pernah mau memeriksakan ke Dokter. Lama-lama ia tak tahan dengan kondisi perutnya yang sering kram. Selain itu juga ia tidak enak dengan atasan kerjanya karena sering izin. Selama sakit, DP pun menelpon orang tuanya dan memberitahu bahwa dirinya akan pulang ke Indonesia.
Bulan Februari 2016 akhirnya DP memilih memutus kontrak kerja dan pulang ke Indonesia. Kontraknya masih kurang 5 bulan lagi, sehingga konsekuensinya DP harus membayar ganti rugi ke pabrik sebesar RM1500 dan membeli tiket pesawat sendiri. Sesampai di rumah di Banyumas, kondisi kesehatan DP tak berubah. Ia masih sering mual dan perutnya sakit. Melihat kondisi anaknya sering mual-mual, dan melihat fisiknya ada perubahan, orang tua DP mulai curiga kalau anaknya hamil.
Beberapa kali orang tuanya menanyakan ke DP tentang kehamilannya. Namun karena rasa takut, DP tidak mengakui bahwa dirinya hamil. Hingga akhirnya orang tuanya memaksa membawa DP ke rumah sakit untuk cek dokter. Dari hasil pemeriksaan dokter, diketahui bahwa DP hamil dengan usia kandungan 5 bulan. Orang tua DP syok mendengar penjelasan dokter.
Sampai saat ini DP masih berkomunikasi dengan RP di Malaysia. Ia juga telah memberitahu pacarnya bahwa dirinya sedang mengandung anak hasil dari hubungan mereka. RP tentu saja merasa syok. DP telah meminta RP supaya datang ke Indonesia untuk menikahi dan bertanggung jawab atas bayi yang dikandung DP. Sayangnya RP beralasan takut untuk pergi ke Indonesia. RP berjanji akan datang ke Indonesia menunggu waktu satu tahun lagi karena dirinya telah menambah kontrak selama satu tahun. Saat ini kasus DP ditangani oleh paguyuban Seruni Banyumas bekerja sama dengan Tim Serantau Malaysia.