10 Tahun Hilang Kontak, Admini Pulang Ke Tanah Air

Author

Admini, TKI asal Banyumas yang putus kontak dengan keluarga selama 10 tahun, kini bisa kembali berkumpul dengan keluarga.
Admini, TKI asal Banyumas yang putus kontak dengan keluarga selama 10 tahun, kini bisa kembali berkumpul dengan keluarga.

BANYUMAS. Madmungi (65) dan keluarga akhirnya bisa berbahagia karena Admini (32), putri tercinta yang selama 10 tahun hilang kontak dengan keluarga saat bekerja di luar negeri, kini sudah kembali di tengah-tengah mereka.

Sejak diberangkatkan ke Arab Saudi pada bulan Juli 2002, Admini hanya memberi kabar satu kali saja sewaktu ia tiba di tempat majikan. Sejak itu, ia tidak pernah menjalin komunikasi dengan handai taulannya di Indonesia hingga kepulangannya akhir tahun 2012 lalu.

Apa yang menyebabkan Admini tidak bisa menghubungi keluarganya selama 10 tahun bekerja? Padahal dalam rentang waktu yang panjang itu, keluarga di tanah air sudah sangat menghawatirkan keselamatan dirinya. Untuk menguak permasalahan tersebut, pegiat SERUNI Banyumas baru-baru ini bertandang ke kediaman Admini di dusun Lohcondong, Losari, Rawalo, Banyumas.

“Majikan saya sangat sayang Mbak, tak pernah berbuat yang aneh-aneh. Kalau pergi ke luar negeri, saya selalu diajak. Makan juga terjamin, tidak pernah diawasi atau dibatasi. Pokoknya sangat sayang. Gaji juga lancar. Majikan selalu membayarnya tiap bulan dan langsung disimpan di bank,” tutur Admini pada Narsidah, pegiat SERUNI Banyumas yang menyambanginya pada akhir tahun 2012 yang lalu.

Karena diperlakukan majikan dengan sangat baik, Admini merasa aman dan tenang bekerja dan telah jadi bagian terdekat dari keluarga majikannya. Bagi perempuan yang pernah bekerja di Abu Dhabi itu, perlakuan sang majikan sudah dianggap luar biasa dan dinikmati sebagai sebuah kebaikan.

Apakah dengan perlakuan yang seperti itu lantas menjadikan Admini tidak merasa kehilangan banyak hak sebagai pekerja? Pertanyaan pegiat SERUNI Narsidah tersebut sempat membuat Admini terdiam sejenak. Ia akhirnya mengakui bahwa hak atas informasi dengan dunia luar telah dirampas selama ia bekerja. Hak atas kebebasan komunikasi dengan keluarga juga secara tidak langsung telah diputus oleh majikan dengan “kedok” kasih sayang.

Admini juga sempat terkejut saat Narsidah melontarkan pertanyaan terkait gaji pertama dan memberi tahunya standar gaji yang berlaku saat ini. Gaji pertama Admini pada tahun 2002 hingga kepulangannya di tahun 2012 adalah 600 real. Padahal sejak tahun 2006 standar gaji di Timur Tengah telah naik sampai 1000 real per bulan. Ketika Admini mencoba mengkalkulasi gaji yang ia terima dengan standar yang berlaku saat ini, perempuan tersebut tampak sangat kecewa dan menyesal.

Sutarjo, kakak Admini, juga sempat menyesalkan keadaan adiknya setelah mendengar penjelasan dari Narsidah. Laki-laki yang pernah bekerja di Malaysia itu sempat berkomentar bahwa dalam hal ini KBRI sebagai perwakilan di luar negeri patut disalahkan atas kejadian yang menimpa adiknya.

“Kenapa pemerintah kita tidak bisa mengambil langkah cepat ketika ada TKI yang hilang kontak? Kenapa tidak segera memanggil majikan ketika tahu bahwa ada warga Indonesia yang sudah habis kontrak kerja tetapi belum melapor ke kedutaan untuk pulang? Pemerintah kita lemah.” tuturnya dengan menunjukkan ekspresi kekecewaan.

Melihat makin banyaknya kasus hilang kontak yang menimpa TKI, SERUNI sempat berbincang dengan Kasi Penempatan Tenaga Kerja Luar Negeri Dinsosnakertrans kabupaten Banyumas, Agus Widodo di kantornya, Jl. Pemuda 8, Purwokerto pada hari Senin (07/01/13) yang lalu.

“Kami sebenarnya sudah sering sekali menindak lanjuti kasus hilang kontak seperti ini sampai ke Kemenlu, tapi ternyata jawabannya tidak jelas juga. meskipun demikian kami tetap berupaya. Kami juga menghimbau kepada TKI itu sendiri, supaya memperhatikan hal-hal yang bersifat administratif. Kalau sudah habis kontrak ya cepat-cepat lapor ke kedutaan, jangan diam saja. Masalahnya banyak juga kasus-kasus seperti ini justru memang penyebabnya berasal dari TKI itu sendiri. Mereka yang sengaja menikmati hidup disana juga ada, padahal sudah punya suami dan anak…” tutur Agus Widodo.

Agus juga sempat menceritakan warga Banyumas yang manjadi TKI dan sudah 20 tahun tidak pulang, padahal ia sudah mempunyai suami dan anak. Bahkan beberapa waktu lalu anaknya menghubungi sang ibu agar cepat pulang karena ayahnya meninggal dan harus mengurus gaji pensiun, sebab suaminya adalah seorang PNS.

“Berarti TKI ini memang sengaja untuk tidak pulang. Mungkin saja memang punya masalah disana, atau barangkali memang menikmati hidup disana. Orang kita memang ada yang nekad seperti itu,” imbuhnya.

Siapakah yang salah dalam kasus ini? Agus Widodo mengajak kita untuk saling bekerjasama. Agus menyampaikan bahwa pemerintah  juga punya kelemahan, tetapi para TKI juga harus bisa berfikir lebih cerdas. Ia juga mengingatkan agar TKI segera melapor ke pihak yang berwajib jika ada masalah yaitu melalui perwakilan aparat yang terdekat dengan kediamannya. (Sus)

Belum ada komentar.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.