Agama dan Covid-19 yang Mendunia

Author

Sumber gambar: Pixabay.com
Sumber gambar: Pixabay.com

Sejak penemuan kasus pertama infeksi virus Corona (selanjutnya disebut SARS Covid19) pada oktober 2019 di Tiongkok, virus ini terus menyebar ke pelbagai belahan dunia. Virus ini memiliki daya tular yang lebih cepat dari Flu Burung (H5N1) yang sempat menyebar beberapa tahun lalu. Akibatnya, virus ini menyebar secara cepat ke pelbagai negara. Lembaga kesehatan dunia atau World Health Organization (WHO) kemudian menetapkan status pandemi global. Pada 13 Maret 2020, WHO merilis data infeksi virus di Tiongkok yang mencapai angka 81.000 infeksi. Tiongkok menjadi episentrum penyebaran virus ini.

Perlahan, angka tersebut pun melonjak di negara-negara lain, semisal Italia, Amerika Serikat, Iran dan India. Di Indonesia, kasus pertama pun ditemukan pada 2 Maret 2020. Angka kematian global akibat virus ini pun cukup tinggi. Menurut WHO, kematian paling banyak terjadi pada individu yang telah memiliki penyakit bawaan dan berusia tua (di atas 45 tahun). Saat ini pelbagai negara tengah mengintensifkan upaya menemukan obat untuk penyakit ini. 

Pelbagai isu turut berkembang seiring penyebaran Corona yang tergolong cepat. Salah satu isu yang berkembang cepat adalah adanya hubungan antara  Covid-19 dengan peringatan Tuhan. Perspektif ini berkembang dan menggunakan pendekatan teologis untuk menyatakan Covid-19 adalah hukuman. Perspektif tentang kemurkaan Tuhan sebagai penyebab Covid-19 cukup populer di media sosial. 

Terlepas dari benar salah pandangan tersebut, namun keberadaan Covid-19 tidak dapat dan tidak perlu digunakan untuk justifikasi menyatakan satu kelompok adalah benar dan kelompok lainnya adalah salah. Upaya menghakimi kelompok atau orang lain dengan pandangan teologis tidak akan menyelesaikan persoalan covid-19. Upaya menghakimi kelompok lain dengan mengaitkannya dengan Covid-19 akan menimbulkan konflik dan perpecahan. 

Refleksi atas kenyataan pandemi covid perlu tetap dilakukan. Covid dapat dijadikan momentum untuk mengingatkan semua orang agar dapat saling membantu, mendukung dan menguatkan dalam situasi pandemi yang menyasar semua orang dari semua latar belakang. Covid idealnya justru menjadi alasan untuk membangun solidaritas antar kelompok, daerah, negara dan golongan untuk bersama-sama membantu dalam kondisi yang sulit ini. 

Situasi pandemi yang juga menyebabkan terhentinya geliat ekonomi dan meningkatnya angka pemutusan hubungan kerja telah membuat banyak orang lebih sulit untuk bertahan hidup. Di tengah kebutuhan hidup yang tinggi, kehilangan pekerjaan dan melambatnya ekonomi bukanlah situasi yang mudah untuk dihadapi. Kondisi ini, idealnya mendorong terbentuknya solidaritas kemanusiaan yang menghubungkan orang dengan orang lain untuk saling membantu. Situasi pandemi dapat meningkatkan solidaritas antar golongan dan kemanusiaan tanpa perlu saling menyalahkan. 

Dari sudut pandang kesehatan, pandemi ini mengajarkan orang untuk hidup secara lebih sehat dengan mengikuti prosedur kesehatan tentang kebersihan, seperti perlunya cuci tangan dan menjaga kebersihan diri serta lingkungan. Jika dikaitkan dengan ajaran agama-agama, upaya menjaga kebersihan ini merupakan nilai penting yang melekat pada semua agama. Pada agama Islam misalnya, kebersihan diatur sedemikian rupa sebagai syarat dari ibadah yang akan dilakukan. 

Merujuk pada situasi ini, Covid bukan alasan untuk mempersalahkan orang dan keyakinan orang lain. Covid-19 adalah momentum kebangkitan kemanusiaan dan perbaikan cara hidup manusia menjadi lebih bersih. Ketika solidaritas terbangun, maka tidak akan ada lagi kebencian. Lewat covid, kita belajar tentang beberapa hal berikut ini.  

Pertama, tentang kemahaagungan Allah dan betapa kita ini lemah dan kecil di mata Allah. Terbukti dengan virus yang bahkan tidak terlihat sudah bisa membunuh puluhan ribu manusia. Manusia takut, panik, bingung apa yang akan dimakan dan apa yang akan dipakai, sehingga banyak yang menimbun bahan-bahan makanan dan kebutuhan. Takut dan risau dengan hartanya, takut untuk meninggalkan uang dan hartanya sampai hidup tidak tenang dan tidur pun tidak bisa nyenyak. Bisnis satu persatu jatuh, mata uang terpuruk dan orang-orang kehilangan pekerjaan. Fenomena ini memberi pelajaran bagi semua manusia di bumi bahwa Allah sanggup melakukan apa saja di bumi. 

Kedua, refleksi bahwa tiap manusia amatlah dekat dengan kematian dan akan kembali pada pencipta-Nya. Sehat, sakit dan kematian adalah kuasa Allah. Kedatangan Covid-19 adalah peringatan bagi manusia, tak ubahnya seperti wabah dan bencana  alam seperti banjir, tsunami, gempa bumi,tanah longsor dan musibah lainnya. Kepanikan dan ketakutan atas adanya wabah Covid-19 sebenarnya ketakutan yang normal dihadapi manusia di bumi. Takut akan kematian pada diri sendiri yang belum siap kembali pada pencipta-Nya. Himbauan untuk tinggal di rumah dapat membuat kita mendekatkan diri dengan sang pencipta tanpa harus memikirkan diri sendiri dan dunia. 

Mencegah atau mengobati adalah kewajiban manusia sebagai makhluk hidup yang berusaha untuk sembuh dan menangguhkan kematian. Namun berhasil dan tidaknya itu juga ketentuan-Nya. Takdir yang ditetapkan Allah, manusia tidak dapat mengelaknya dari keputusan dan kuasa Allah. Bahkan manusia yang kelihatan sehat pun bisa mati jika Tuhan menghendaki. Terpenting untuk mengingat kematian adalah kita harus mempersiapkan diri dari kematian itu sendiri. Persiapkan bekal, jaga iman dan ibadah dengan benar dan ikhlas.

Ketiga, tentang kesadaran akan integrasi keilmuan. Segala jenis ilmu yang ada di bumi dan di langit ini sumbernya dari Allah. Wabah Covid-19 telah membuka pikiran dan kesadaran manusia di muka bumi. Ilmu agama sebagai pondasi keimanan, ilmu  medis sebagai upaya penanganan fisik dan ilmu sosial sebagai untuk menjalin kerja sama yang solid untuk menghadapi musibah. Semua dapat saling bersinergi sebagai bagian dari ilmu Allah yang dianugerahkan kepada manusia.

Keempat, tentang pentingnya kesadaran akan hidup bersih. Kebersihan merupakan pangkal dari sehat. Kebersihan diri, rumah dan lingkungan sangat penting dan harus kita jalani setiap hari. Hidup bersih juga diajarkan orang-orang beragama dan dunia pada umumnya. Dalam agama Islam kebersihan diajarkan secara khusus dan dikaji dalam kitab-kitab fiqih. 

Tulisan ini ditandai dengan: agama Covid-19 Pandemi Covid-19 

Belum ada komentar.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.