Kiprah

Mbah Petik, Maestro Seni dan Budaya Ponorogo Asal Nongkodono

Author

Indonesia itu kaya akan seni dan budaya, termasuk di Kabupaten Ponorogo. Di Desa Nongkodono misalnya,  masih banyak warga yang tertarik menggeluti seni tari reog. Seperti halnya reog, ketoprak juga termasuk seni yang cukup digemari masyarakat sejak dahulu kala. 

Di Nongkodono, sosok yang masih tekun memelihara seni tradisi dan budaya di desa ini adalah Mbah Soean alias mbah Petik (62). Di usianya yang terbilang tua, Mbah Petik tak pernah putus asa atau mengeluh untuk mengikuti sejumlah kegiatan atau perayaan seni atau budaya. Menurut penuturan Mbah Petik, dia mengenal dunia seni sejak tahun 1970. 

 

Mbah Petik juga merintis karirnya di dunia seni tari reog serta barong yang dipimpin oleh mbah Wo Kucing yang berasal dari Desa Kauman. Karena banyak permintaan undangan untuk mewakili Desa Nongkodono, maka Mbah Petik disibukan agenda pementasan di sejumlah tempat. Bahkan, pementasan di luar Kabupaten Ponorogo seperti tampil di Kota Bandung untuk mengikuti kirab remaja yang dipimpin oleh  Tutut, putri Presiden Suharto. Di Kota Bandung, Mbah Petik tidak sendirian, namun dia membawa tim, yaitu Sukatman dan mbah Wo Kucing yang legendaris. 

 

Mbah Petik memilih seni tari reog karena sejak kecil telah tertanam jiwa seni dan budayanya. Tahun 1984, kapasitasnya dalam menekuni dunia seni semakin dikenal masyarakat.  Sejak itu, Mbah Petik mulai diminta melatih seni tari, reog, serta barong. Mbah Petik juga kemudian mendirikan sanggar tari yang dinamakan “Widya Kencana.” Sanggar ini dipimpin sendiri oleh Mbah Petik. Sejak sanggar tersebut berdiri, masyarakat sangat antusias belajar seni tari, termasuk anak-anak dari desa lain juga ikut ikut belajar mengenal seni tari reog yang diadakan setiap hari Minggu. Pada peringatan 17 Agustus tahun ini, meskipun usia Mbah Petik sudah tidak muda lagi, namun dia tetap terlibat dalam perhelatan perayaan kemerdekaan yang diselenggarakan Desa Krebet Kecamatan Jambon. Bertepatan dengan pengangkatan Kepala Desa di Krebet, Mba Petik turut terlibat dalam pentas ketoprak. Mbah Petik malah bukan hanya menjadi sutradara, namun juga turut menjadi lakon ketoprak itu sendiri. 

 

Mbah Petik merupakan sosok yang patut menjadi teladan, termasuk untuk generasi milenial saat ini. Bagi mbah Petik, tantangan anak muda saat ini adalah kurangnya jiwa remaja. Anak mudah sekarang lebih menggemari media sosial (Medsos) yang dengan mudah diakses melalui gawai mereka dibandingkan mengenal seni dan budaya. Saat ini, harapan Mbah Petik adalah agar Desa Nongkodono semakin maju dan warganya semakin mencintai seni dan budaya. ”Seni dan budaya kita jangan sampai putus di tengah jalan,  khususnya remaja,” demikian pesan Mbah Petik untuk warga Nongkodono, khususnya anak mudanya. 

Tulisan ini ditandai dengan: kiprah maestro Nongkodono Ponorogo seni sosok 

Belum ada komentar.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.