Lokakarya Inovasi Sosial: Membangun Masa Depan Komunitas Pekerja Migran Indonesia di Blitar dan Ponorogo

Author

Yogyakarta – Lokakarya Inovasi Sosial untuk Komunitas Pekerja Migran Indonesia (KOPI) dilaksanakan pada Sabtu-Minggu (02-03/09/2023) di Yogyakarta. Kegiatan yang melibatkan 10 KOPI dari 10 desa asal Blitar dan Ponorogo dihadiri oleh 39 orang peserta. Lokakarya yang berlangsung selama dua hari membahas terkait inovasi sosial, orientasi KOPI, pemetaan potensi dan inisiatif kolektif berbasis koperasi. Kegiatan ini bertujuan untuk mengidentifikasi tantangan dan peluang pengembangan organisasi serta aktivitas inti KOPI, memetakan rencana pengembangan organisasi KOPI dan merumuskan wadah organisasi secara kolektif di tingkat kabupaten dan nasional.

Forum dibuka oleh Sofwan Hadi, Knowledge Management Specialists Lembaga Kajian Pengembangan Pendidikan, Sosial, Agama dan Kebudayaan (Infest) Yogyakarta dengan sesi perkenalan seluruh peserta dan staf Infest Yogyakarta. Dilanjutkan dengan sesi permainan yang difasilitasi oleh Novia Putri, Program Officer Infest, sebagai pemanasan sebelum peserta menjalani kegiatan selama dua hari. Dalam permainan ini, peserta dibagi ke dalam empat kelompok secara acak, sebuah alat permainan, dan diberi waktu lima menit untuk menentukan nama, jenis serta aturan permainan. Kemudian peserta diberi waktu mendemonstrasikan permainan unik hasil kesepakatan kelompok masing-masing. Para peserta memahami permainan ini sebagai latihan untuk menjadi responsif, kreatif, adaptif dan kolaboratif sehingga mampu menyelesaikan permasalahan dan mencapai kesepakatan secara kolektif, yang merupakan kemampuan dasar yang perlu dimiliki dalam berorganisasi.

Orientasi KOPI

Pada sesi pertama, peserta diajak merefleksikan peran strategis KOPI untuk pengembangan masyarakat desa dan kelompok pekerja migran yang dipandu oleh Irsyadul Ibad, Direktur Eksekutif Infest Yogyakarta. Ibad, sapaan akrabnya, juga mengajak peserta mengingat kembali tujuan pengorganisasian KOPI, yaitu menjadi rumah aman dan nyaman bagi pekerja migran dan keluarganya, menjadi lembaga advokasi dan pemberdayaan bagi pekerja migran dan kelompok marjinal lainnya, serta organisasi yang berjejaring dari tingkat desa ke tingkat nasional. Tak hanya itu, Ibad mengajak peserta merefleksikan perjalanan KOPI dari tahun 2018 hingga 2023 serta orientasi KOPI di masa depan. “KOPI sebagai kelembagaan advokasi dan pemberdayaan perlu berevolusi dari komunitas yang cair menjadi organisasi modern yang beradaptasi dengan kebutuhan perkembangan sosial dan ekonomi untuk mencapai tujuan pembentukan dan pengembangan organisasi,” pungkas Ibad.

Terciptanya KOPI yang profesional, maju dan mandiri adalah tujuan yang diharapkan sebagai capaian organisasi. Profesional dengan memiliki struktur organisasi yang terkelola di tingkat desa hingga nasional, akuntabel dan transparan, dikelola dengan manajemen baik. Maju dan berkembang sesuai target dan fase pengembangan yang ditargetkan bersama. Mandiri dengan memiliki kapasitas ekonomi dan sosial untuk memfasilitasi pengembangan anggota, pemberdayaan dan advokasi masyarakat. Di samping tujuan, KOPI ditargetkan memiliki kelembagaan yang kuat di tingkat desa dan kabupaten. Selain itu, KOPI diharapkan mampu membawa perubahan dalam masyarakat dengan menjadi organisasi profesional yang mampu memfasilitasi advokasi, pemberdayaan dan pengembangan pekerja migran, kelompok marjinal lain dan anggotanya.

Memahami Inovasi Sosial

Pada sesi kedua, peserta diajak memahami inovasi sosial dimulai dari mengetahui tujuan dari inovasi sosial itu sendiri. “Tujuannya apa? Ya untuk menyelesaikan persoalan sosial dengan pendekatan yang lebih efektif dari yang sudah ada,” tutur Ibad saat memaparkan tujuan inovasi sosial. Lingkup inovasi sosial meliputi aspek-aspek krusial yang ada di tengah masyarakat, seperti kesejahteraan, perlindungan, atau layanan tertentu. Selain itu, Ibad mengatakan, perlunya menemukenali pendekatan yang relevan dengan melakukan identifikasi, uji coba pendekatan, evakuasi dan perbaikan secara cepat. Ia juga menjelaskan, inovasi sosial dapat dilakukan oleh individu maupun organisasi. Pentingnya menentukan skala inovasi berdasarkan kebutuhan dan skala urusan yang disasar dengan melalui beberapa tahapan seperti identifikasi masalah, merencanakan pendekatan, evaluasi dan pengembangan lanjutan menjadi kunci keberhasilan inovasi sosial.

“Perilaku inovatif itu yang seperti apa? Yang kreatif dan berani ambil risiko,” ungkap Ibad menjelaskan perilaku inovatif. Ia menerangkan kedua perilaku inovatif tersebut merupakan kemampuan dalam melakukan pembaharuan menyesuaikan dengan konteks dan tantangan yang berkembang pada situasi penerapan konsep inovasi, serta keberanian mengambil risiko dari peluang yang ada dan tantangan penerapan metode. Pada akhir sesi kedua, Ibad mengajak komunitas memetakan tujuan, target, pendekatan, kegiatan, keluaran dan dampak dari inovasi sosial yang akan mereka terapkan. Di sisi lain, peserta juga diberi kesempatan untuk memahami diri sendiri dengan pendekatan Strengths, Weaknesses, Opportunities and Threats (SWOT) untuk mengidentifikasi kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dimiliki masing-masing komunitas. Pemetaan tersebut meliputi pemetaan sosial (struktur keorganisasian) dan ekonomi (kewirausahaan) KOPI.

Foto: Peserta saat sesi pemetaan sosial.

Analisis Sosial dan Ekonomi untuk Pengembangan Komunitas

Analisis SWOT dalam aspek sosial dan ekonomi komunitas baik yang muncul dari internal hingga eksternal oleh KOPI dipresentasikan dan didiskusikan pada hari kedua difasilitasi oleh Edi Purwanto, Field Officer Infest Yogyakarta dan Sofwan Hadi. Masing-masing KOPI memaparkan hasil analisis dan diskusi internal komunitas. Berbagai hal yang muncul seperti komitmen, kapasitas dan keterampilan, kepemimpinan, sumber daya finansial, dan ada atau tidaknya dukungan pemerintah khususnya di tingkat desa menjadi isu yang sering muncul dalam analisis yang mereka lakukan.

Hasil analisis yang muncul dapat menjadi langkah awal bagi KOPI dalam menentukan arah atau orientasi KOPI dalam melakukan inovasi sosial. Secara kontekstual, hasil analisis tersebut dapat menjadi panduan bagi KOPI dalam perbaikan struktur organisasi, pembagian peran anggota di dalam organisasi, bahkan dalam membangun atau mengembangkan sebuah usaha berbasis komunitas. Secara tidak langsung, analisis yang dihasilkan dapat menjadi dasar pengambilan keputusan organisasi dalam menjalankan kegiatan, advokasi, dan usaha sesuai dengan kapasitas yang dimiliki oleh masing-masing KOPI.

Membangun Inisiatif Ekonomi Kolektif Berbasis Koperasi: Belajar dari Pengalaman Credit Union

Sesi ketiga yang dilaksanakan pada hari kedua, dipandu oleh Antonius Budisusila, seorang dosen Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Dalam sesi ini, Budi membuka materi dengan penyampaian informasi tentang desain institusi ekonomi bersama antara Infest Yogyakarta dan KOPI baik Blitar maupun Ponorogo. Ia mengajak para peserta memahami perbedaan antara badan usaha milik negara, daerah, desa, swasta hingga koperasi. Selain itu, ia juga memaparkan problem mendasar badan usaha di Indonesia yang meliputi perbandingan antara BUMN, BUMS serta Koperasi & UMK dalam hal persentase jumlah sumbangan Penghasilan Domestik Bruto (PDB), jumlah badan usaha, perusahaan dan anak perusahaan atau jumlah UMK dan koperasi, serta serapan pekerja di masing-masing sektor.

Di samping dasar pemahaman tentang badan usaha dan mengenali perbedaan di antaranya, peserta juga diajak untuk memahami perbedaan koperasi dan koperasi kredit (Credit Union). Keduanya tentu memiliki persamaan yaitu bertujuan menyejahterakan para anggotanya, mengutamakan unsur kepercayaan dan kebersamaan, faktor pembentuk keduanya memiliki kesamaan, membantu untuk perihal ekonomi dalam kekeluargaan, serta mengembangkan dan memelihara kebersamaan atas dasar yang sama yaitu kekeluargaan. Perbedaan keduanya bisa dilihat dari pengertiannya, di mana koperasi merupakan badan usaha yang dimiliki dan dioperasikan oleh orang-orang demi kepentingan bersama dan berasaskan kekeluargaan. Sedangkan Credit Union (CU) merupakan lembaga keuangan yang bergerak di bidang simpan pinjam yang saling percaya dalam suatu ikatan pemersatu dan sepakat untuk menabungkan uang mereka sehingga dapat menciptakan modal bersama untuk dipinjamkan kepada anggota. Selain itu, prinsip dan standar CU meliputi ideologi, manajemen keuangan, produk dan layanan, serta operasional. Budi juga menyajikan perbedaan antara CU dan bank.

Terlepas dari kurang populernya badan usaha berbentuk koperasi, bukan berarti menurunkan semangat koperasi yang akan dibangun oleh KOPI di tingkat kabupaten, akan tetapi melihat semangat positif dari berbagai aspek sosial ekonomi yang dihasilkan dari sistem koperasi. Semangat kekeluargaan yang juga menjadi tombak eksistensi organisasi KOPI sejalan dengan apa yang dapat dilaksanakan melalui pemberdayaan ekonomi KOPI melalui koperasi yang akan dibangun bersama di tahun mendatang.

Pemetaan Potensi Pengembangan KOPI

Pada sesi akhir rangkaian lokakarya selama dua hari, para peserta melakukan analisis untuk penguatan KOPI yang dipandu oleh Ibad. Pemetaan potensi penguatan KOPI meliputi manajemen organisasi dan budaya organisasi. Dalam hal manajemen organisasi, peserta diminta untuk memetakan apa yang menjadi cita-cita atau mimpi KOPI di tahun 2026 dan menganalisis apakah fungsi manajemen yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, koordinasi dan pengendalian telah terlaksana dengan baik melalui tabel analisis yang disediakan.

Ibad juga mengajak para peserta untuk memeriksa apakah sudah ada budaya organisasi di dalam tubuh KOPI. Budaya organisasi akan membentuk identitas organisasi, komitmen kolektif dan stabilitas sistem sosial. Di sisi lain, Ibad juga memotivasi para pegiat KOPI untuk menata kembali struktur organisasi, perencanaan koordinasi internal, program kerja, indikator kinerja utama dan standar operasional prosedur KOPI. Hal ini diharapkan akan membangun semangat baru dalam mengembangkan KOPI dan mencapai tujuan KOPI seperti yang telah didiskusikan pada sesi awal kegiatan.[Novia Putri]

Belum ada komentar.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.