KBRI Damaskus berhasil mengevakuasi buruh migran bernama Sri Rahayu, asal Sumbawa, Nusa Tenggara Barat dari kota Raqqah yang disebut sebagai ‘Ibu Kota’ ISIS. Sri Rahayu dievakuasi menuju shelter KBRI Damaskus karena Raqqah merupakan medan tempur paling parah antara pemerintah Suriah, pemberontak Free Syrian Army dan ISIS. Melalui pengacara retainer KBRI Damaskus di Aleppo, KBRI Damaskus menekan terus-menerus agen tenaga kerja yang mengirim Sri Rahayu ke Raqqah agar bertanggung jawab.
Selah menyusun rencana bersama, dipilih seorang pegawai agen tenaga kerja yang mengenal wilayah medan pegunungan Aleppo untuk menjemput Sri Rahayu. Ia dievakuasi melalui perjalanan darat Raqqah-Aleppo dari gunung ke gunung secara klandestin selama enam hari. Untuk mengelabui tentara ISIS, Sri Rahayu dan pegawai agen Sana mengaku sebagai suami istri. Sri Rahayu berhasil dibawa ke Kantor Konsuler cabang Aleppo pada Januari 2016. Setelah semua hak dan urusan selesai diperjuangkan di Aleppo, Sri Rahayu diantarkan ke shelter Damaskus dan dipulangkan ke Indonesia pada 12 Maret 2016.
Sri Rahayu didatangkan ke Suriah pada 2 Februari 2011 oleh PT.Binhasan Maju Sejahtera dan agensi Sana (Suriah) untuk bekerja di Aleppo. Meski telah habis masa kontrak kerjanya di Aleppo selama 2,5 tahun, Sri Rahayu dijual kembali oleh agen Sana pada majikan baru bernama Mr. Abdul Azim al-Ujaeli di Raqqah. Agen Sana selalu berbohong kepada Sri Rahayu bahwa Kedutaan Indonesia tutup di Suriah dan tidak ada penerbangan ke Indonesia.
Saat itu, Kota Raqqah masih dikuasai oleh pemberontak Free Syrian Army (FSA). Tiga bulan setelahnya atau pada akhir 2013, tentara ISIS memasuki Kota Raqqah. Selama 2 tahun 2 bulan bekerja di Raqqah, Sri Rahayu digaji dengan baik oleh majikan Mr. Abdul Azim al-Ujaeli yang berprofesi sebagai insinyur. Ia bertugas untuk merawat majikannya yang sudah tua dan tinggal seorang diri, sementara anak-anak majikannya sudah keluar dari Raqqah. Majikan Sri Rahayu bukan simpatisan ISIS, tetapi penduduk asli Raqqah yang terjebak di Raqqah karena usia senja.
Selama bekerja di Kota Raqqah yang dikendalikan ISIS, buruh migran asal Sumbawa ini menyaksikan secara langsung peristiwa ketika ISIS memasuki Kota Raqqah. Sri Rahayu mengaku mendengar orang-orang berlarian sambil berteriak ketakutan bahwa ISIS memasuki Kota Raqqah dan merebut gudang senjata milik Batalyon 17 Tentara Suriah. Sejak saat itu, ISIS menguasai kota Raqqah dan bendera hitam menjadi pemandangan lazim di Kota Raqqah. Selama tinggal dibawah kontrol ISIS, Sri Rahayu selalu mengenakan pakaian hitam dengan cadar menutup rapat wajahnya ketika keluar rumah atau sekadar membersihkan halaman agar tidak diketahui berasal dari Indonesia.
Sumber : Facebook KBRI Damaskus