Berita

Ikuti Cevil II, Pegiat BMI Pelajari Konsep Kepemimpinan

Author

Para peserta pelatihan Cevil II saat mengaplikasikan materi analisis sosial dengan mewawancarai Kepala Dusun Juwet
Para peserta pelatihan Cevil II saat mengaplikasikan materi analisis sosial dengan mewawancarai Kepala Dusun Juwet

Beberapa pegiat Buruh Migran Indonesia (BMI) diantaranya  Hariyanto dari Serikat Buruh Migran Indonesia (SBMI), Wahyudi dan Ai Rahmawati dari International Organitation Migrant (IOM),  serta Maizidah Salas dari DPC SBMI Wonosobo mengikuti pelatihan Civic Education For Future Indonesian Leaders Level II (CEFIL) di Yayasan Satu Nama, Sleman Yogyakarta yang diselenggarakan pada 17-23 Maret 2013 dan diikuti beberapa delegasi lembaga lainnya dari berbagai daerah.

Narasumber hari pertama sampai hari ketiga adalah Emanuel Subangun, pakar analisis sosial dari Yayasan ALOCITA. Subangun meminta peserta melakukan analisa sosial  langsung ke desa-desa di sekitar kantor Satu Nama. Peserta kemudian melihat fakta sosial di masyarakat, menggali data, dan merumuskan menjadi berbagai konsep gerakan sosial di masyarakat.

“Terkait buruh migran, kami menemukan berbagai fakta setelah menggali informasi dari warga Desa Juwet di sekitar kantor Satu Nama. Kepala Dusun Kebon Agung sempat mengatakan tidak ada satupun warganya yang pergi ke luar negeri, padahal temuan kami di lapangan, ada 2 warga yang masih bekerja di Malaysia hampir 10 tahun dan 2 warga mantan TKI Hong Kong yang sukses mengembangkan usaha kripik. Ini menunjukkan betapa pentingnya kemampuan analisis sosial bagi para pemimpin, agar setiap kebijakan yang dibuat beralaspikir dari data dan fakta di masyarakat.” Hariyanto, delegasi peserta dari DPN SBMI.

Kecenderungan para pemimpin hanya berbicara berdasarkan pemikiran orang lain, banyak kebijakan dibuat tidak berdasarkan data dan fakta. Hal ini juga berlaku di kalangan pemimpin organisasi dan lembaga pemerintahan yang menangani dan berkaitan langsung dengan buruh migran. Kebijakan penanganan penempatan dan perlindungan buruh migran belum berpihak pada fakta-fakta yang dialami buruh migran itu sendiri, sehingga persoalan buruh migran semakin rumit dan tampak susah diurai.

“Analisis sosial membantu kami untuk membangun tradisi berbicara dan berpendapat berdasarkan data dan fakta, kami tidak akan lagi berkoar-koar tanpa adanya data dan fakta.” tutur Maizidah Salas, Ketua SBMI Wonosobo.

Memasuki hari keempat membahas satu per satu isu, dari isu perempuan dan anak, pemetaan konflik, pemahaman demokrasi, ekonomi kerakyatan, peran media, hingga  pemahaman tentang kepemimpinan. Pelatihan selama tujuh hari banyak memberikan bekal pemahaman berorganisasi dan mempertemukan berbagai ide serta gagasan antar peserta.

Panitia training CEFIL II Satu Nama , Sanah, Eni, Tri, dan Eni sangat pintar membuat suasana kembali segar melalui berbagai permainan, drama dari isu per isu, monolog, serta keramahan dan senyuman yang ikhlas. Suasa pelatihan yang penuh semangat membuat para peserta betah mengikuti materi demi mater yang disampaikan.

Belum ada komentar.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.