Investigasi

Malaysia Menjadi Negara Transit Pengiriman BMI ke Arab

Author

Awas Penipuan TKI
Awas Penipuan TKI

FT, buruh migran asal Jawa Barat mengenal seorang calo di kampungnya berinisial AH. Ia dijanjikan untuk bekerja di Arab Saudi sebagai pembantu rumah tangga dengan gaji 800 riyal/bulan. Pada 4 April 2015, ia diberangkatkan lewat Jakarta. Tak langsung terbang menuju Arab Saudi, ia malah diterbangkan ke Malaysia lebih dulu. Ia diberangkatkan bersama dengan seorang teman laki-laki yang katanya akan dipekerjakan juga sebagai sopir di Arab Saudi.

Sesampai di Malaysia FT kemudian dijemput oleh seorang lelaki bernama Yazed yang diyakininya berkewarganegaan Arab. Ia beranggapan bahwa lelaki tersebut adalah calon bosnya di Arab Saudi. Hasil perbualan lewat telepon dengan nomor yang diberikan keluarga di rumah (012-xxxxxx) diketahui bahwa nomor itu milik Ahmad (seorang berkewarganegaraan Arab) kawan dari bos Yazed.

Selama di Malaysia, FT ditempatkan di rumah keluarga Ahmad. Menurut rencana ia akan diberangkatkan ke Arab Saudi minggu ini. Melihat hal tersebut, FT melapor lewat pesan pendek pada Nasrikhah, anggota Persatuan TKI Malaysia Anti Diskriminasi (Pertimad). FT tak ingin berangkat ke Arab Saudi ataupun dipekerjakan di Malaysia, sementara di sisi lain dokumen dipegang oleh Yazed.

Nasrikhah merespon permintaan tolong FT dengan membuat kronologi kasus dan mengirimkannya pada Dino, Koordinator Konsuler KBRI. Jawaban dari konsuler kurang memuaskan karena KBRI sebagai perwakilan pemerintah tidak bisa bertindak cepat menanggapi kasus tersebut.

“KBRI tak mungkin masuk ke dalam rumah. Coba arahkan agar besok pagi yang bersangkutan lari dari rumah menuju tempat keramaian atau kantor polisi. Kontak KBRI jika sudah di luar agar staf KBRI bisa jemput yang bersangkutan,” ujar Dino melalui percakapan WhatsApp pada Nasrikhah.

Kasus FT tergolong sebagai kasus tindak pidana perdagangan orang, mengingat penempatan TKI ke Arab Saudi saat ini ditutup. FT juga diberangus haknya sebagai buruh migran karena dokumen-dokumen pribadi yang menjadi haknya dibawa oleh majikan. Sementara tidak ada tindakan cepat dari KBRI, pagi tadi FT mengumpulkan keberanian melarikan diri dari rumah majikan. Ia tanpa membawa uang sepeser pun kemudian naik taxi menuju KBRI.

Menanggapi kasus tersebut, Ridwan Wahyudi, anggota SBMI di Malaysia menyatakan jika KBRI melalui konsuler sebenarnya bisa langsung bertindak melakukan koordinasi dengan Atase Kepolisian untuk menindaklanjuti pengaduan tersebut.

“Atase Kepolisian kemudian dapat berkoordinasi dengan kepolisan setempat dan menyelamatkan FT,”ungkap Yudi.

Belum ada komentar.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.