Inisiatif Kopi Pandanarum Mengatasi Kelangkaan Pupuk Bersubsidi

Blitar–Komunitas Pekerja Migran Indonesia (KOPI) di Desa Pandanarum bersama komunitas yang peduli lingkungan, PANDUR (Pandanarum Nandur atau Menanam dalam bahasa Indonesia), saling berkolaborasi dan bersinergi dalam memproduksi pupuk organik berbahan kotoran hewan (ko-he). Inisiatif itu dilakukan guna untuk mengatasi kelangkaan pupuk bersubsidi di kalangan petani. Terlebih lagi pupuk organik lebih aman dan berkesinambungan bagi lingkungan dan manusia.

Kegiatan produksi yang digagas oleh anggota KOPI Pandanarum dan Pandur dimulai pada awal tahun 2020 di markas Pandur. Menurut Ketua KOPI Pandanarum, Sriamin (45), pembuatan pupuk organik ini diawali dari keluhan beberapa petani yang kesulitan dalam mendapatkan pupuk bersubsidi. Berdasarkan data dari Ketua Kelompok Tani Desa Pandanarum, Eko Waluyo (55), jatah pupuk bersubsidi untuk para petani yang awalnya 60 Kg/100 meter persegi dikurangi menjadi 10 Kg saja.

“Ini adalah inisiatif masyarakat yang ingin berdaya dan tidak bergantung dengan siapapun. Kita tidak ingin kesulitan dalam bercocok tanam yang tergantung pada pupuk kimia bersubsidi jika nanti kebijakan tersebut ditiadakan,” kata Sriamin secara tegas di kediamannya (6/5/2023).

Di samping keluhan para petani yang kesulitan mendapatkan pupuk organik, KOPI Pandanarum juga berkontribusi mengembalikan kesuburan tanah para petani yang terlanjur tandus akibat penggunaan pupuk kimia secara berlebihan dan terus menerus. Selain itu, Pandur beserta KOPI Pandanarum berusaha memanfaatkan ko-he yang selama ini hanya dibuang, dibakar atau tidak dimanfaatkan.

Produksi ko-he sebagai pupuk organik yang dilakukan oleh KOPI Pandanarum dan Pandur dilaksanakan di markas Pandur yang berada di desa Pandanarum. Adapun proses pengolahan pupuk organik versi KOPI Pandanarum dan Pandur ini cukup sederhana yang dilakukan oleh 5-6 anggota, yakni sebagai berikut:

  1. Mengumpulkan ko-he yang bercampur dengan tanah pada sebuah tempat yang disediakan;
  2. mengaduk ko-he dan tanah tersebut dengan mesin pencampur agar kedua bahan tersebut merata tercampur dan lebih halus;
  3. setelah itu proses pengemasan dengan ukurang 30 Kg yang diberi merk “Pandur”; dan
  4. pupuk organik siap didistribusikan kepada anggota KOPI Pandanarum dan Pandur dengan harga special dan petani lainnya yang berminat menggunakan pupuk organik.

Dengan alat seadanya, menurut Ragil Budi (30), Ketua Pandur, produksi pupuk mampu menghasilkan 50 sampai 100 sak untuk sekali pengolahan. Adapun strategi pemasarannya melalui media sosial seperti Facebook, Instagram dan dititipkan di toko-toko di sekitar Desa Pandanarum. Dalam seminggu, kedua kelompok masyarakat tersebut mampu memasarkan sekitar 25 sak. Tingkat penjualan akan meningkatkan ketika pada musim pengolahan tanah tiba. KOPI Pandanarum dan Pandur berharap inisiatif ini didukung oleh pemerintah, minimal pemerintah desa.

“Inisiatif ini murni dari masyarakat dengan dukungan modal dan tenaga seadanya dari anggota. Kami berharap pemerintah mendukung, sehingga dapat meningkatkan jumlah produksi pupuk organik” ungkap Ragil, ketua Pandur di markasnya (6/5/2023).

Belum ada komentar.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.