Tradisi Suro, Pemerintah Desa dan masyarakat Bringinan Berziarah di Makam Leluhur

Author

Mengawali rangkaian kegiatan memperingati bulan Muharram 1440 H atau yang dikenal sebagai bulan Suro, perangkat Desa Bringinan dan masyarakat menggelar ziarah ke makam mantan lurah dan pendiri Desa Bringinan pada hari Rabu (19/09/18). Tabur bunga serta doa bersama digelar di tiga makam yang berbeda yakni makam Pugeran Bringinan, Sendang, dan Janti di Desa Sendang. Acara ini rutin digelar setiap tahun, tepat pada bulan Muharram (Bulan Suro).

 

“Para pendahulu lurah Bringinan yang dimakamkan di makam Pugeran Bringinan adalah Kerto Muhammad, sedangkan yang dimakamkan di makam Sendang adalah Saripin. Mantan lurah yang dimakamkan di makam Dukuh Janti adalah Saban,” jelasnya.

 

Acara yang sakral dan penuh hikmah tersebut diikuti oleh Kepala Desa Bringinan, seluruh Perangkat Desa Bringinan dan masyarakat. Kepala Desa Bringinan, Barno, menuturkan acara tabur bunga dan doa bersama di tiga komplek pemakaman mantan-mantan lurah Desa Bringinan secara rutin digelar pada bulan Muharram 1440 H. Acara berlanjut di malam hari dengan ritual budaya kenduren (sukuran) massal satu desa, istighosah dan santunan anak yatim dan dhuafa. Lebih lanjut, Barno menuturkan makna dari diadakannya tabur bunga serta doa bersama adalah untuk mengingat sejarah dan mengenang jasa lurah terdahulu yang pernah memimpin Desa Bringinan.

 

“Terinspirasi dari kata bijak Presiden Soekarno “Jas Merah” atau jangan sekali-kali melupakan sejarah. Untuk itu, sebagai generasi penerus kita bertugas meneruskan pemerintahan yang lebih baik lagi dan dapat mengangkat derajat masyarakat,” pungkasnya.

Tulisan ini ditandai dengan: bringinan ponorogo suro tradisi tradisi ziarah ziarah kubur 

Belum ada komentar.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.