Berita

Perayaan Natal Buruh Migran di Malaysia

Author

Perayaan Natal di Kuala Lumpur
Perayaan Natal di Kuala Lumpur

Jumat (25/12/2015), ratusan masyarakat Indonesia di Sabah memenuhi Gereja Katolik Antonius/ St. Anthony di Jalan Robetson, Kuala Lumpur, Malaysia untuk menjalankan ibadah Natal. Tradisi Natal di Malaysia tak jauh berbeda dengan di Indoensia. Perbedaanya, ketika di Indonesia kita bisa berkumpul dengan keluarga dan sanak saudara, sedangkan di Malaysia kita hanya bisa merayakan natal dengan sesama buruh migran dan warga tempatan.

Pemimpin misa dan khotbah Natal kali ini adalah Romo Tobias yang berasal dari Flores, Nusa Tenggara Timur (NTT). Selepas misa dan khotbah selesai, semua umat saling bersalaman dan sebagian mereka saling bertukar hadiah. Meskipun Natal di sini tak semeriah di Indonesia, buruh migran tetap bisa bergembira seperti di kampung halaman. Selepas dari gereja, ada tradisi berkunjung ke kediaman orang-orang yang kita kenal di Malaysia. Mereka yang sudah berumah tangga atau mereka yang masih lajang mengadakan open house dan mengundang teman-teman dan kerabat di perantauan untuk mencicipi kuliner Indonesia.

Di Kuala Lumpur, perayaan Natal dilangsungkan di Aula KBRI Kuala Lumpur pada Sabtu malam (16/01/2016). Saat perayaan Natal tersebut, umat Kristiani telah berhasil mengumpulkan RM7174 yang digunakan untuk sumbangan sosial ke panti asuhan dan pihak yang membutuhkan. Perayaan Natal dihadiri oleh sejumlah pejabat homestaff KBRI Kuala Lumpur yang berbaur dengan sekitar 400 umat Kristiani di Kuala Lumpur dan sekitarnya.

Koordinator Fungsi Penerangan, Sosial dan Budaya, KBRI Kuala Lumpur, Trigustono Supriyanto menyampaikan pesan dari Duta Besar RI untuk Malaysia, Herman Prayitno, bahwa melalui acara-acara—perayaan Natal—seperti ini, masyarakat Indonesia dapat berkumpul, bersilaturahmi dan berkontribusi dalam menjaga persatuan dan kesatuan bangsa. Herman juga menyampaikan agar Umat Kristiani di Kuala Lumpur tetap mengedepankan persaudaraan dan kerja sama dengan komunitas Indonesia di Malaysia yang memiliki beragam latar belakang, seperti agama, suku, tingkat sosial dan ekonomi. (Ayu/Serantau Malaysia)

Belum ada komentar.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.