Buruh migran membutuhkan asupan makanan yang cukup untuk melakukan pekerjaan rumah tangga sehari-hari. Majikan di Singapura memiliki kewajiban untuk memberikan jatah makan pada pekerja migrannya tiga kali sehari. Ministry of Manpower (Kementerian Ketenagakerjaan) Singapura memberi ketentuan bagi majikan mengenai asupan makanan seperti apa yang perlu diberikan sehari-hari pada pekerja migran.

Untuk sarapan bagi pekerja migran di pagi hari, majikan bisa memberi pekerjanya empat iris roti. Pada siang hari, pekerja migran mendapat jatah makan satu mangkuk nasi, tiga perempat dari sayuran yang dimasak, dan lauk seperti daging, ikan, ayam seukuran telapak dan ditambah dengan buah. Menu makan di malam hari, menurut MoM bisa disamakan dengan menu di siang hari.

Buruh migran perlu memahami jika majikan tidak bisa memaksa pekerja migran untuk makan makanan yang tak seharusnya. Misalnya buruh migran tak bisa makan makanan tertentu karena keyakinan agama, atau tak terbiasa dengan pola makan keluarga, maka pekerja migran boleh menolak. Perlu dicatat jika majikan tak bisa memaksa buruh migran.

Selain mengenai makanan, majikan juga bertanggung jawab untuk kebutuhan medis Tenaga Kerja Indonesia (TKI). Jika buruh migran sakit, majikan berkewajiban menanggung biaya perawatan medis atau rawat inap. Majikan juga wajib memberi asuransi kecelakaan medis dan pribadi bagi pekerja migrannya.

Soal hubungan antara buruh migran dan keluarganya di negara asal, menurut MoM, majikan harus memberi kesempatan pada buruh migran untuk berkomunikasi dengan keluarga pekerja migran. Jika buruh migran tak mengerti bagaimana cara menghubungi keluarganya, maka majikan bisa mengajarkan pada buruh migran bagaimana cara berhubungan dengan keluarganya melalui telepon, internet atau surat.

Sumber : Website Ministry of Manpower Singapura