Rilis Hasil Penelitian, Seruni Ajak Masyarakat Peduli Anak-Anak TKI

Author

Diseminasi hasil penelitian Seruni Banyumas
Diseminasi hasil penelitian Seruni Banyumas

Paguyuban Peduli Buruh Migran dan Perempuan Seruni Banyumas bekerja sama dengan Yayasan Tifa merilis hasil penelitian berjudul “Pembangunan Strategi Pola Pengasuhan Children Left Behind (CLB) berbasis Komunitas Kabupaten Banyumas” (22/4/2014). Penelitian tersebut dilakukan di tiga kecamatan di Kabupaten Banyumas, yakni Pakuncen, Kedungbanteng, dan Kalibagor.

Fenomena Children Left Behind atau anak yang terabaikan juga terjadi dalam keluarga buruh migran. Namun fenomena anak-anak yang terabaikan belum banyak terungkap di keluarga buruh migran. Guna memetakan persoalan, Seruni menggali informasi melalui 100 orang responden. Responden terdiri dari keluarga BMI atau pengasuh saat anak ditinggal orang tua bekerja ke luar negeri (orang tua, nenek/kakek anak BMI), tetangga, organisasi masyarakat di desa, tokoh masyarakat, dan Pemerintah Desa.

“Dari survei terhadap 100 responden pengasuh dan komunitas, kami mengidentifikasi jumlah CLB di 3 Desa dari 3 Kecamatan yang kami sasar ada 133 anak TKI (48,8% berusia 6-12 tahun, 21,8% usia 13-18 tahun, 18,7% berusia 0-5 tahun, dan usia diatas 19 tahun 10,5%. Sementara tingkat pendidikan anak-anak TKI tersebut 46,6% duduk di sekolah dasar, 18,7% sekolah lanjutan pertama, 9,7% sekolah lanjutan atas, 8% belum sekolah, 1,5% tidak tamat SD dan 0,7% atau 1 anak saja yang sekolah hingga Perguruan Tinggi,” papar Narsidah, pegiat Seruni di depan puluhan peserta diskusi diseminasi hasil penelitian Seruni Banyumas.

Selain data di atas, dari wawancara mendalam dengan responden, Seruni juga menemukan beberapa fakta soal anak-anak TKI, antara lain:

  • Dengan kiriman uang dari orang tua yang bekerja di luar negeri, dengan dalih asal tidak rewel, pengasuh cenderung menuruti apapun permintaan anak TKI, sehingga memunculkan pola prilaku tidak patuh/disiplin dan malas.
  • Meskipun tercukupi secara materi, ternyata masih ditemui anak-anak TKI/CLB yang putus sekolah dan pengasuh tidak berdaya mengatasi masalah ini.
  • Terdapat kasus inses (hubungan kelamin sedarah/ayah dengan anak perempuan) atau tindak kejahatan seksual pemerkosaan pada anak TKI/CLB.
  • Mayoritas Anak TKI ditinggal bekerja ke luar negeri saat usia balita dan usia sekolah dasar.
  • Komunitas/lingkungan mempunyai anggapan bahwa persoalan pengasuhan merupakan urusan pribadi keluarga BMI.
  • Penelitian yang dilakukan Seruni untuk memotret fenomena anak-anak TKI selanjutnya menjadi pekerjaan rumah bersama bagi seluruh elemen masyarakat dan pemerintah di Banyumas. Selama ini migrasi TKI tidak hanya memberikan dampak positif berupa remitensi (uang kiriman TKI) yang menggerakkan perekonomian di Banyumas, namun juga menghadirkan persoalan besar berupa tingginya kasus pelanggaran hak dan persoalan pola asuh anak-anak TKI.

Hasil penelitian Seruni selengkapnya silahkan baca di:

Tulisan ini ditandai dengan: Anak TKI Anak-anak TKI Seruni Banyumas tki banyumas 

Belum ada komentar.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.