Keberadaan Pusat Teknologi Komunitas (PTK) Mahnettik memberikan ruang bagi para buruh migran dan mantan buruh migran untuk mengembangkan ekonomi. Bentuk atau jenis kegiatan ekonomi yang dikembangkan biasa saja, namun cara pengelolaan dan pemasarannya sangat berbeda, yaitu perdagangan elektronik (e-dagang atau e-commerce).
Perdagangan elektronik (e-dagang) pertama kali diperkenalkan pada 1994 pada saat pertama kali banner-elektronik dipakai untuk tujuan promosi dan periklanan di suatu halaman-web (website). Menurut Riset Forrester (wikipedia: 2011), perdagangan elektronik menghasilkan penjualan seharga AS$12,2 milyar pada 2003. Pada Oktober 2006, pendapatan ritel dalam jaringan (daring atau online) yang bersifat nontravel di Amerika Serikat diramalkan akan mencapai seperempat trilyun dolar US pada 2011.
Secara makna kata, perdagangan elektronik atau e-dagang (bahasa Inggris: electronic commerce, juga e-commerce) adalah penyebaran, pembelian, penjualan, pemasaran barang dan jasa melalui sistem elektronik seperti internet atau televisi, www, atau jaringan komputer lainnya. E-dagang dapat melibatkan transfer dana elektronik, pertukaran data elektronik, sistem manajemen inventori otomatis, dan sistem pengumpulan data otomatis.
Lewat dukungan teknologi internet di PTK Mahnettik, para pegiat buruh migran akan melakukan kegiatan perniagaan, termasuk membangun kolaborasi mitra bisnis dan lowongan pekerjaan. Tindakan ini akan memperjelas informasi tentang pengembangan ekonomi dan karir bagi para warga di daerah-daerah basis buruh migran.
Wacana pengembangan perdagangan elektronik muncul pada pertemuan dan refleksi Yogyakarta akhir 2009. Pada akhir acara muncul kesepakatan untuk membentuk kelompok kerja (pokja) pemberdayaan ekonomi. Kelompok Seruni, Banyumas, memegang tongkat kooordinasi pokja ini. Gagasan itu semakin rinci melalui kegiatan pengelolaan informasi di sejumlah PTK Mahnettik, seperti Cilacap, Sukabumi, Cianjur, Banyumas, dan Malang. Di daerah-daerah itu, ada kegiatan ekonomi produktif dan kreatif yang sudah dikembangkan oleh kelompok-kelompok warga, baik sebelum atau sesudah adanya program PTK Mahnettik.
Di Sukabumi, puluhan kelompok dampingan PPSW Pasoendan telah mengembangkan industri rumahan yang memproduksi bergerak di jasa boga dan kerajinan tangan. Di Banyumas, kelompok Seruni mengembangkan industri kreatif yang memanfaatkan kertas karton, dedaunan, pasir, dan pelepas pisang. Di Malang, Kelompok Bina Mandiri dampingan Dian Mutiara Women Crisis Center mengembangkan koperasi wanita yang memproduksi kripik pisang, dan makanan ringan berbahan baku ketela. Semua kegiatan itu merupakan modal untuk pengembangan sistem perdagangan elektronik.
Beberapa langkah awal telah dilakukan seperti pengumpulan informasi komoditas. Tim Pokja Resource Center tengah mengembangkan portal berbendera http://pasarwarga.or.id sebagai layanan antarmuka kegiatan perdagangan elektronik. Setelah dilakukan analisis produk, tim menentukan puluhan produk unggulan yang siap diperdagangkan. Setelah itu, dirumuskan tiga strategi utama.
Pertama, pengelola informasi kebutuhan dan pasar. Kegiatan pengelolaan informasi pasar akan memberikan gambaran produk unggulan yang bisa diserap pasar. Selain itu, bila warga mengetahui bahwa ada pasar yang membutuhkan produknya akan merangsang mereka untuk lebih produktif.
Kedua, promosi produk. Warga dilatih menulis advertorial dan membangun katalog produk untuk mengajak pembeli melakukan transaksi. Promosi bisa lakukan secara on-line dan off-line. Promosi online dilakukan dengan meningkatkan search engine optimization (SEO) supaya konten promosi selalu hadir di halaman mesin pencari. Secara off-line, ada tenaga marketing yang menarik publik untuk mencari tahu produk yang dipasarkan.
Ketiga, transaksi. Warga dilatih melakukan transaksi daring, seperti menggunakan pembayaran melalui transfer rekening bank dan payment gateway. Cara transaksi membutuhkan keterampilan khusus untuk menghindari tindakan penipuan.
Keberadaan Pusat Teknologi Komunitas (PTK) Mahnettik memberikan ruang bagi para buruh migran dan mantan buruh migran untuk mengembangkan ekonomi. Bentuk atau jenis kegiatan ekonomi yang dikembangkan biasa saja, namun cara pengelolaan dan pemasarannya sangat berbeda, yaitu perdagangan elektronik (e-dagang atau e-commerce). PTK Mahnettik mendorong kegiatan perdagangan berlangsung melalui akses internet.
Perdagangan elektronik (e-dagang) pertama kali diperkenalkan pada 1994 pada saat pertama kali banner-elektronik dipakai untuk tujuan promosi dan periklanan di suatu halaman-web (website). Menurut Riset Forrester (wikipedia: 2011), perdagangan elektronik menghasilkan penjualan seharga AS$12,2 milyar pada 2003. Pada Oktober 2006, pendapatan ritel dalam jaringan (daring atau online) yang bersifat nontravel di Amerika Serikat diramalkan akan mencapai seperempat trilyun dolar US pada 2011.
Secara makna kata, perdagangan elektronik atau e-dagang (bahasa Inggris: electronic commerce, juga e-commerce) adalah penyebaran, pembelian, penjualan, pemasaran barang dan jasa melalui sistem elektronik seperti internet atau televisi, www, atau jaringan komputer lainnya. E-dagang dapat melibatkan transfer dana elektronik, pertukaran data elektronik, sistem manajemen inventori otomatis, dan sistem pengumpulan data otomatis.
Lewat dukungan teknologi internet di PTK Mahnettik, para pegiat buruh migran akan melakukan kegiatan perniagaan, termasuk membangun kolaborasi mitra bisnis dan lowongan pekerjaan. Tindakan ini akan memperjelas informasi tentang pengembangan ekonomi dan karir bagi para warga di daerah-daerah basis buruh migran.
Wacana pengembangan perdagangan elektronik muncul pada pertemuan dan refleksi Yogyakarta akhir 2009. Pada akhir acara muncul kesepakatan untuk membentuk kelompok kerja (pokja) pemberdayaan ekonomi. Kelompok Seruni, Banyumas, memegang tongkat kooordinasi pokja ini. Gagasan itu semakin rinci melalui kegiatan pengelolaan informasi di sejumlah PTK Mahnettik, seperti Cilacap, Sukabumi, Cianjur, Banyumas, dan Malang. Di daerah-daerah itu, ada kegiatan ekonomi produktif dan kreatif yang sudah dikembangkan oleh kelompok-kelompok warga, baik sebelum atau sesudah adanya program PTK Mahnettik.
Di Sukabumi, puluhan kelompok dampingan PPSW Pasoendan telah mengembangkan industri rumahan yang memproduksi bergerak di jasa boga dan kerajinan tangan. Di Banyumas, kelompok Seruni mengembangkan industri kreatif yang memanfaatkan kertas karton, dedaunan, pasir, dan pelepas pisang. Di Malang, Kelompok Bina Mandiri dampingan Dian Mutiara Women Crisis Center mengembangkan koperasi wanita yang memproduksi kripik pisang, dan makanan ringan berbahan baku ketela. Semua kegiatan itu merupakan modal untuk pengembangan sistem perdagangan elektronik.
Beberapa langkah awal telah dilakukan seperti pengumpulan informasi komoditas. Tim Pokja Resource Center tengah mengembangkan portal berbendera http://pasarwarga.or.id sebagai layanan antarmuka kegiatan perdagangan elektronik. Setelah dilakukan analisis produk, tim menentukan puluhan produk unggulan yang siap diperdagangkan. Setelah itu, dirumuskan tiga strategi utama.
Pertama, pengelola informasi kebutuhan dan pasar. Kegiatan pengelolaan informasi pasar akan memberikan gambaran produk unggulan yang bisa diserap pasar. Kedua, promosi produk. Warga dilatih menulis advertorial dan membangun katalog produk untuk mengajak pembeli melakukan transaksi. Ketiga, transaksi. Warga dilatih melakukan transaksi daring, seperti menggunakan pembayaran melalui transfer rekening bank dan payment gateway. Cara transaksi membutuhkan keterampilan khusus untuk menghindari tindakan penipuan.
Satu komentar untuk “Pemberdayaan Ekonomi Lewat PTK Mahnettik”