Kiprah

Merintis Pemberdayaan Ekonomi Kelompok

Author

migran care, migran care, migran care, migran care, buruh migran, kerajinan buruh migran

Memasuki tahun ke dua sejak didirikan 2009, Al-Djannatun, salah satu kelompok perempuan dampingan PPSW Pasoendan di Cianjur mulai merintis pengembangan ekonomi kelompok. Beranggotakan 17 orang Al-Djannatun menyusun berbagai usaha kelompok dari simpan pinjam, penjualan tabung gas, catering, hingga produksi kripik.

Kelompok perempuan yang sebagian besar anggotanya mantan buruh migran ini mengawali usaha lewat kegiatan simpan pinjam. Saat itu dana simpanan yang terkumpul sebesar Rp.300.000,-. Melalui pertimbangan kelompok diputuskanlah mengelola dana tersebut untuk produksi kripik. Berbagai jenis kripik seperti pisang, balado singkong, singkong, dan talas diproduksi 11 anggota kelompok. Agar kegiatan produksi menjadi ringan, anggota punĀ  berbagi peran diantaranya belanja bahan baku, pengemasan, distribusi, pengelolaan keuangan.

Produk Kripik dibuat dalam dua kemasan, kemasan kecil untuk warung-warung sekitar dijual Rp.500,- per bungkus, kemasan sedang 200 gram dijual Rp.5.000,-, selain itu untuk pembelian dalam jumlah besar dijial Rp.25.000,- per kilogram.

Memanfaatkan ruangan kelas Madrasah Al-Ikhlas Babakan Asem, Desa Karangunggal, Kecamatan Cibeber, Cianjur pegiat Al-Djannatun mengadakan pertemuan rutin. Dipimpin Rokilah sebagai Koordinator, dana yang dikelola kelompok berkembang mencapai omset Rp.1.200.000,- per minggu.

Menurut Ade Yulianti (19), saat diwawancarai via telepon menjelaskan kegiatan usaha kelompok menjadi alternatif bagi perempuan di Desa Karangunggal, karena hampir banyak anggota selama ini hanya berkutat pada pekerjaan rumah tangga.

“Kegiatan tersebut sangat bermanfaat, karena sebelumnya ibu-ibu di desa banyak menghabiskan waktunya disela mengerjakan pekerjaan rumah tangga untuk ngerumpi dan mengosip saja,” tutur Ade Yulianti, salah satu pegiat muda di kelompok Al-Djannatun.

Usaha yang dilakukan oleh Kelompok Al-Djannatun sempat mendapat dukungan dari pemerintah kecamatan dan kabupaten. Dukungan tersebut berupa pengadaan alat produksi dan pemasaran melalui kegiatan bazar dan pameran. Meskipun demikian kendala masih dijumpai, harga bahan baku yang semakin naik, inovasi bentuk kemasan, besaran produksi yang belum stabil, dan belum memiliki tempat produksi yang tetap.

Melalui Kelompok Al-Djannatun, mantan buruh migran perempuan memiliki harapan untuk kembali mendukung ekonomi keluarga, meskipun sedikit, mereka merasa lebih aman dan tenang tanpa harus kembali menjadi buruh migran.

Belum ada komentar.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.