Sosok Purna PMI yang Sukses menjadi Pengusaha Tahu

Author

Di Dukuh Taji, Desa Gelanglor, Kecamatan Sukorejo, Kabupaten Ponorogo ada seorang mantan atau purna pekerja migran Indonesia (PMI) yang berhasil mengembangkan industri tahu. Dialah, Sugiono (42 tahun) yang mulai mengembangkan usaha tahu milik orang tuanya sejak pulang dari Korea tahun 2010.

Sugiono bekerja di Korea sejak 2005. Waktu itu, dia bekerja di sebuah pabrik pelapisan kromium di wilayah Sanoksu. Waktu lima tahun bukan waktu yang singkat bagi Sugiono. Pengalaman susah dan senang ia lalui meskipun jauh dari keluarga. “Bekerja tidak ada yang mudah. Meskipun berat harus kita jalani,” ujar Sugiono, saat ditemui di rumahnya, (4/11/2020).

Sepulang dari Korea, Sugiono mulai mengembangkan usaha tahu keluarga. “Orang tua sudah kesulitan meneruskan usaha tahu karena faktor usia. Dengan pertimbangan lebih dekat dengan orang tua, saya putuskan untuk meneruskan usaha ini,” ujarnya.

Sugiono purna PMI yang menekuni usaha produksi tahu
Sugiono purna PMI yang menekuni usaha produksi tahu

Sugiono penuh semangat menggeluti usaha tahunya hingga sekarang. Dalam mengelola usaha tersebut, dia turut melibatkan istri dan saudaranya. Dalam sehari, Sugiono membutuhkan sekitar setengah kuintal kedelai untuk diolah menjadi tahu. Dalam sebulan, ia bisa meraup keuntungan kurang lebih sebesar tujuh juta rupiah.

Setiap harinya, Sugiono biasa bekerja sejak pukul 06.00 sampai 12.00. Semua proses dilakukan mulai dari produksi hingga pemasaran. Keterampilan membuat tahu ia peroleh dari orang tuanya. “Dulu sebelum bekerja di Korea, saya juga ikut membantu produksi tahu. Dulu, produksinya belum sebanyak seperti sekarang,” ujarnya.

Sugiono mulai menjelaskan proses-proses pembuatan tahu. Pertama-tama kedelai direndam selama tiga sampai empat jam. Selanjutnya, kedelai disiram dengan air bersih lalu digiling dan direbus. Setelah masak, rebusan kemudian disaring dan dipisahkan dengan ampasnya. Air perasan sari kedelai kemudian diberi bumbu cuka lalu didiamkan beberapa menit. Setelah mengendap, buang airnya lalu sari-sari kedelai siap dicetak menjadi tahu.

Sugiono menjual produksi tahunya ke pasar stasiun Ponorogo. Ia mengaku, sebagai wirausaha ada proses senang dan duka. Senangnya, menurut Sugiono, ada pemasukan setiap hari. Sementara, kendala yang dihadapi Sugiono ialah ketika ada kenaikan harga bahan baku. Sebab, ongkos produksi turut membengkak, sementara harga jual tidak bisa serta merta ikut naik. Selain itu, kendala lainnya saat musim hujan tiba.

“Kalau harga bahan baku naik, keuntungan jadi menurun. Susah bagi kita untuk ikut menaikkan harga jual tahu. Selain itu, pada musim penghujan, hasil penjualan juga menurun,” tutur Sugiono.

Tulisan ini ditandai dengan: Ponorogo Purna PMI 

Belum ada komentar.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.