Investigasi

Kisah BMI Taiwan Diperas di Bandara Soekarno-Hatta (2)

Author

Atin Safitri, Ketua ATKI Taiwan saat berbincang dan mendengar aduan BMI ABK di Taiwan
Atin Safitri, Ketua ATKI Taiwan saat berbincang dan mendengar aduan BMI ABK di Taiwan

Pengalaman buruk juga dialami Erawati Mukahar (30) saat berada Bandara Soekarno-Hatta setelah pulang dari Taiwan (4/3/2012). Saat Erawati hendak keluar, ia diseret-seret masuk ke terminal empat (kini bernama Gedung Pendataan Kepulangan TKI/GPKTKI), tetapi ia tetap menolak. Petugas bandara saat itu tetap memaksa Erawati lewat terminal empat. Pada saat yang bersamaan, Erawati melihat langsung beberapa kawan sesama BMI dari Taiwan ada berhasil lewat terminal dua dengan menyuap petugas bandara sebesar Rp.700.000, namun ada pula yang menurut untuk didata di GPKTKI.

Menurut cerita Erawati, di terminal 4 Tenaga Kerja Indonesia (TKI) didata untuk melihat TKI pulang bermasalah atau tidak. Hal yang aneh, di tempat yang sama, TKI dipaksa petugas BNP2TKI untuk menukarkan mata uang asing miliknya dengan rupiah. Petugas melarang TKI membawa mata uang asing.

Tindakan ini jelas penipuan, karena mata uang Taiwan ditukar dengan kurs yang sangat rendah dari nilai tukar di pasaran. Petugas benar-benar memanfaatkan segala peluang untuk memeras TKI, tidak hanya memaksa menukar mata uang asing, petugas juga memaksa TKI membeli tiket travel atau tiket transit pesawat ke masing-masing daerah asal TKI.

“Bagi kawan-kawan yang diantar oleh travel tersebut, mobil trevel dikemudikan dua sopir. mereka menggunaka identitas palsu. Sopir pertama dari bandara di tengah jalan diganti sopir kedua. Setelah sampai di rumah masing-masing, sopir yang terakhir minta bayaran lagi, jika tidak diberikan ia tidak mau pulang.” tutur Erawati.

Kisah Erawati dan Cartina mungkin juga dialami ratusan TKI lain yang pulang ke Indonesia. Upaya BNP2TKI mengganti nama terminal 4 menjadi GPKTKI terkesan hanya pencitraan dan terbukti tidak efektif membasmi kejahatan yang dialami TKI di Bandara. Hingga saat ini TKI masih menjadi korban pemerasan dan penipuan. Kami meminta perlindungan sejati bagi BMI.

Jangan halangi kami BMI yang akan pulang ke negeri sendiri, petugas yang melakukan pemerasan wajib dihukum dengan tegas. Sungguh memalukan, bandara bergelar internasional masih menghidupi praktik percaloan, pemerasan, dan penipuan, terlebih tindak kejahatan tersebut dilakukan petugas berseragam yang sejatinya telah digaji dari uang rakyat. -Memalukan-

9 komentar untuk “Kisah BMI Taiwan Diperas di Bandara Soekarno-Hatta (2)

  1. sudah sering mendengar kisah seperti ini namun tindak lanjut dari aparat masih belum kongkrit! hal ini seharusnya menjadi perhatian untuk pemerintah terutama BNP2TKI!!

  2. emang brengsek tuch calo di soeta. tp pemerintah seolah buta dan tuli, dah banyak kejadian tapi ga ada penanganan, mana gembar gembir katanya pahlawan devisa. ngurus bandara aja ga becus!!! kejadian ini juga dialamin saudara gw wkt plg dr malaysia. tiap berhenti sll minta uang lg. nganter smpi rmh ga mau. coba kl sampai krumah pasti udah gw mampusin tuch sopir brengsek

  3. Ini Pemerintah Indonesia kok kayak gak tau malu ya, kayak pura-pura bego ato bego beneran, banyak kasus penipuan pelecehan pemerasan di Bandara malah diem sampai detik ini. Kualat sama para pahlawan devisa tau rasa loh nanti, para anak pejabat yang sok liburan ke luar negeri semoga kena tipu ato diperkosa orang di bandara, baru deh turun tangan, dasar gak tau malu , makan aja duit rakyat tuh, ngurusin kayak gini kayak kambing betina aja pura-pura gak tau dan gak segera ditindak. Pantes aja di bandara banyak penipuan, lah wong pemerintahnya sendiri suka makan duit haram korupsi rakyat. Kalo gak makan duit haram anaknya gak bisa sekolah ke luar negeri, dasar babi. Huh, Anjing !

  4. percumaaaaa……lapor ,teriak,mencak2 juga gak akan ngaruh!mereka dilindungi pemerintah dengan undang2…..cuma hari kiamat yg bisa menghentikan mereka!

  5. bandara Soeta banyak malingnya terbukti tas2 yang masuk bagasi dibobolnya oleh buruh2 pengangkut dari bandara menuju pesawat….bener2 bikin malu….

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.