Kesalahan Informasi dalam Aplikasi Go TKI Kemenaker

Author

Sorry, this entry is only available in Bahasa Indonesia.

Tampilan depan aplikasi Go TKI milik Kemenaker
Tampilan depan aplikasi Go TKI milik Kemenaker

Kementerian Ketenagakerjaan akan meluncurkan aplikasi Go TKI, sebuah aplikasi yang bisa diakses menggunakan telepon pintar berbasis android. Aplikasi tersebut berisi informasi mengenai persyaratan dan ketentuan, kondisi bekerja di luar negeri, job yang ada saat ini di luar negeri, daftar PPTKIS, daftar TKI, kantor disnaker kabupaten kota dan pendaftaran calon TKI di luar negeri.

Redaksi Buruh Migran mencoba mengunduh aplikasi Go TKI di Google Play Store. Setelah dijajal, aplikasi Go TKI langsung terhubung dengan website milik Kemenaker http://pptkln.naker.go.id/lctkln/. Meski niat awal Kemenaker bagus, masih ada beberapa informasi di dalamnya  yang tak sinkron dan tak update.

Mengenai informasi mekanisme bekerja di Hong Kong, misalnya, masih ada kesalahan fatal dalam menulis info seperti “Selama bekerja di Hong Kong semua dokumen CTKI baik paspor ataupun identitas lainnya harus dipegang oleh majikan.” Selain itu data yang ditampilkan Kemenaker juga tak update.

Gaji Buruh Migran Indonesia (BMI) di Hong Kong yang ditampilkan di dalamnya adalah standar gaji  buruh migran PRT tahun 2012 sebanyak HK$ 3920. Padahal gaji BMI Hong Kong di tahun 2015 telah mengalami kenaikan sebanyak HK$4210. (Baca : Gaji Buruh Migran PRT Hong Kong naik )

Soes Hindharno, Direktur Penempatan Tenaga Kerja Luar Negeri, Kementerian Ketenagakerjaan mengatakan bahwa pembuatan aplikasi ini dalam rangka memenuhi kebutuhan era digital yang saat ini telah berkembang. “Sekarang sudah zamannya handphone, semua bisa diakses dalam satu genggaman HP, bahkan satu orang hapenya bisa dua,” tambahnya, sebagaimana diberitakan SBMI. (Baca : Penuhi Informasi Kemnaker Akan Luncurkan Aplikasi Go TKI)

Menanggapi peluncuran aplikasi tersebut, Hariyanto, Ketua Umum SBMI mengatakan bahwa aplikasi ini telah membantu pemenuhan hak buruh migran atas informasi, tetapi masih terbatas pada pengguna yang memili handphone berbasis android. Padahal masih banyak buruh migran, calon buruh migran dan keluarganya yang belum memiliki handphone atau sudah bisa memiliki tapi tak bisa mengakses internet.

Belum ada komentar.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.