Figures

(Bahasa Indonesia) Buku Penantang Mimpi: Kisah Inspiratif TKI

Author

Sorry, this entry is only available in Indonesian.

PENANTANG MIMPI TKI BERSUARA DALAM TULISANSinopsis:
Ada kalanya kebenaran tertindas oleh kebohongan. Ada kalanya kebohongan memenangkan kebaikan. Apakah dunia ini begitu tidak adil pada kami TKI? Suara-suara yang seharusnya didengarkan, suara-suara yang seharusnya diperjuangkan atas hak dan keadilan dari mereka yang membutuhkan, tapi ….

Indonesiaku, bendera ‘Merah Putih’ yang menjadi lambang kebanggaan, dimakanah artinyanya keadilan itu? Masih tersembunyikah di balik sayap-sayap burung Garuda yang gagah perkasa? Pejabat di kursi yang empuk, sudahkah kalian memberikan yang terbaik pada kami TKI?

Namun semua perangai itu tak akan menyurutkan semangat kami untuk tetap berkarya. Untuk Indonesia Tercinta.

============================

Saya masih ingat ketika Saya ditelanjangi (hanya memakai celana dalam saja) saat pemeriksaan medis sebagai salah satu syarat sebelum menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI). Saat itu saya tidak seorang diri, melainkan bersama puluhan wanita.

Saya bertekad dalam hati, ini adalah sebuah tindakan pelecehan seksual, walaupun di dalam ruangan itu tidak ada satu pun lelaki. Saya masih akhirnya bisa ‘nerimo‘ (menerima) diperlakukan seperti itu demi tujuan ke Singapura menjadi ‘PRT’.

Faktor ekonomi yang membuat saya merelakan zaman remaja direnggut oleh waktu. Dunia remaja saya hangus tanpa canda tawa. Di usia yang ke lima belas tahun, saya harus bergelut mencari rezeki ke luar negeri. Untungnya saya tidak terlalu bodoh dan gampang “manut” atau mengikuti kata sponsor yang memberikan iming-iming uang saku sebesar Rp.150,000.

Sampainya di Jakarta, saya tidak mau seenaknya saja diserahkan ke PJTKI yang banyak calon-calon TKI-nya, lebih dari seratusan orang. Pikiran yang ada dibenak saya saat itu hanya satu, “Nek calon TKI-ni akeh banget lahhh enyong sih kapan mangkate?” (Kalau TKI-nya banyak begitu kapan saya berangkatnya?).

Otomatis nalar saya masih berfungsi dengan baik. Saya lebih memilih masuk ke PJTKI ‘Jasa Dana Mandiri’ (waktu dulu) yang lokasinya ada di Tanjung Pinang. Alasan saya memilih penampungan tersebut hanya satu, tidak banyak calon TKI-nya, paling hanya sampai lima puluh orang. Loh, kok saya bisa tahu ya?. Karena sebelum berangkat menjadi TKI, saya terlebih dahulu mengumpulkan banyak informasi terkait proses dan prosedur penempatan TKI di Singapura. Termasuk bertanya kepada tetangga saya yang sudah pernah masuk dan diproses di PJTKI tersebut, serta sudah berhasil berangkat ke Singapura dengan proses yang tidak terlampau lama.

Itulah sekilas cerita saya dulu. Kini saya masih “menjabat” sebagai TKI yang kurang beruntung. Ya iyalah gaji masih standar tapi fasilitas tercukupi jadinya untung-untungan dengan TKI lainnya yang gaji gede tapi kerjaannya lebih banyak daripada saya. Hampir dua belas tahun saya bekerja dengan majikan China Singapura asli, lumayan dari pengalaman duka, setengah bahagia, bahagia dan kini bebas alias merdeka tidak pernah di ceramahin lagi kalau lelet bekerja. Ibadah juga insya Allah tidak dihalangi malahan saya dibelikan mukena, sajadah dan Al-Quran.

Beruntungnya majikan saya tidak menerapkan simbolik dalam keluarganya, ‘Tuhan Hanya Satu’ yang mereka sembah. Jadi sikap toleransi saling terjaga dengan baik. Kalau sedang acara di Temple saya juga sering membantu persiapan sesembahan Tuhan mereka. Setelah acara selesai paling saya suka adalah memakan cokelat atau agar-agar buatan aunti di Temple, tentunya dengan mengucap bissmillah terlebih dahulu. Makanya saking keseringan makan yang bergizi saya tumbuhnya tidak ke atas melainkan melebar ke samping.

Satu komentar untuk “(Bahasa Indonesia) Buku Penantang Mimpi: Kisah Inspiratif TKI

  1. Kalimat-kalimat di atas benar-benar mencerminkan orang berintektual tinggi. Rasanya tak percaya kalau rangkaian kalimat itu tercipta dari seorang TKI. Jadi penasaran pengen baca bukunya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.