BANYUMAS. Bila memerlukan modal yang terlampau besar, Anda tidak akan pernah dapat mewujudkan keinginan. Mulailah dari hal sederhana. Berdasarkan pengalaman pribadi, dengan mengubah limbah pabrik menjadi produk yang bernilai jual tinggi, sungguh sangat tepat untuk sebuah impian memulai usaha yang nyaris tanpa modal. Hanya butuh keuletan, keteladanan, keahlian, serta inovasi saja.
Inilah salah satu kalimat yang meluncur dari Irma Suryati, pemilik Mutiara Handycraft Kebumen, di depan sekitar 40 mantan BMI Banyumas, saat pelatihan pembuatan keset dari kain perca atau sisa garmen (limbah pabrik), di gedung Lembaga Penelitian dan Pengembangan Masyarakat (LPPM) Universitas Jenderal Sudirman (Unsoed) Purwokerto, (15/12/2011)
Motivasi dan inspirasi dari juara pertama tingkat nasional wirausahawan muda di era menteri Pemuda Adhyaksa Dault ini membuat peserta pelatihan terlihat serius memperhatikan . Selain mantan TKI, pelatihan juga diikuti oleh perwakilan dari Kelompok Usaha Keluarga Migran ‘Sukamaju’ desa Cihonje, Kecamatan Gumelar. Kelompok tersebut adalah kelompok usaha yang dibentuk oleh para suami yang istrinya sedang bekerja di luar negeri.
Irma Suryani yang penyandang cacat kaki dan senantiasa harus memakai tongkat itu didampingi sang suami, yang juga penyandang cacat. Meraka terlibat langsung dalam melatih para peserta pelatihan. PPGAPM sebagai penyelenggara menyediakan enam pasang mesin jahit. Sementara kain perca dibawa langsung oleh Mutiara Handycraft.
“Ini pekerjaan yang sangat mudah ibu-ibu. Siapapun bisa. Kita hanya butuh ketelatenan saja.” Ujar Irma yang sudah keluar masuk perguruan tinggi untuk memberikan motivasi dan pembelajaran. Menurut dia, setelah dari Unsoed ini, ia juga akan melakukan hal yang sama di Institut Teknologi Bandung (ITB).
Perempuan sederhana yang mengaku belajar seni kain perca secara ototdidak ini, memberi contoh langsung bagaimana cara melipat sisa-sisa kain garmen dan cara menjahitnya. Ada tiga jenis keset yang dikenalkan Irma dalam pelatihan tersebut. Yaitu keset Oval, Bundar dan Love.
“Nantinya, kami siap menampung hasil produk keset dari mantan TKI ini. Tentunya dengan harga yang saling menguntungkan.” Kata perempuan yang produk kesetnya sudah masuk di pasaran Internasional, seperti Australia, dan beberapa negara Eropa.
Selesai pelatihan, keenam unit mesin jahit dari penyelenggara, diserahkan kepada peserta pelatihan. Tiga untuk mantan buruh migran dari kecamatan Gumelar dan tiga unit untuk Paguyuban Peduli Buruh Migran dan Perempuan Seruni Banyumas. (SusWoyo)