Abu Rizkon sangat kecewa dengan kebohongan calo dari sebuah Pelaksana Penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS) yang memberangkatkan dirinya. Laki-laki yang beralamat di Desa Cihonje, Kecamatan Gumelar, Banyumas itu merasa diperlakukan tidak jujur saat ia mendaftar untuk menjadi Tenaga Kerja Indonesia (TKI) ke Brunei Darussalam.
Abu tertarik dengan lowongan bidang peternakan dan sopir pribadi yang diinformasikan sang perekrut tersebut. Namun ketika visa itu turun, ternyata pekerjaan yang tertulis di visa itu adalah grass cutting alias tukang rumput. Laki-laki itu kecewa. Ketika mengadu pada calo yang akan memberangkatkannya, jawaban yang diterima hanya “Berangkat saja, jangan terlalu banyak memilih.”
Abu sangat kecewa dengan jawaban tersebut. Abu tidak bisa membela diri dengan kenyatan seperti itu dan akhirnya terpaksa ia harus berangkat. Ternyata benar sekali, saat hari pertama bekerja, ia harus menggendong mesin rumput bersama teman-teman lain yang berkebangsaan India dan Bangladesh.
Selama seminggu bekerja, Abu sakit. Ia tak ada selera makan. Ia tak tahan bekerja di bawah terik matahari dari jam enam pagi sampai jam enam sore. Ia merasa fisiknya tak setangguh teman-temannya yang dari kawasan Asia Selatan.
Ketika mengadukan beban kerja yang diterimanya pada agen yang memberangkatkan, ia justru menerima jawaban yang kurang memuaskan dan sangat memojokkan dirinya. Sampai pada akhirnya, ia dinilai oleh majikannya tidak bisa bekerja seperti para pekerja yang lain, yang berasal dari India dan Bangladesh.
“Kamu harus pulang ke Indonesia. Aku rugi punya pekerja macam kamu. Besok kuantar pulang lewat Pontianak.” kata Rusli Zakaria seperi ditirukan Abu Rizkon.
Abu pasrah setelah mengadu ke agen dan KBRI tidak berhasil, bahkan hanya menerima cemoohan. Pada ahirnya ia dipulangkan lewat jalur darat oleh majikannya. Menggunakan bus, ia dibelikan tiket menuju Pontianak, Kalimantan Barat, melalui Kuching, Malaysia Timur. Dan ahirnya ia naik kapal laut menuju Pelabuhan Tanjung Perak, Surabaya.
“Biar saya saja yang mengalami nasib demikian. Saya tidak ingin ada keluarga saya, atau siapapun yang bernasib pedih seperti saya. Saya ingin para penguasa tahu hal yang seperti ini. Saya kecewa dengan agen yang memberangkatkan dan pihak kedutaan”
Laki-laki itu sekarang sudah di Indonesia, dengan goresan luka yang banyak. Ia berharap pada PPTKIS untuk berbuat jujur. Kalau tidak ada jenis pekerjaan yang sesuai kemampuan calon pekerja, kenapa harus berbohong?, bukankah ketidaksesuaian kompetensi seorang calon pekerja dengan jenis pekerjaan yang ada akan memuculkan pelbagai persoalan saat calon pekerja sudah berada di negara tujuan?. Abu juga berharap pemerintah lebih peduli dengan para TKI yang pulang ke tanah air dengan kegagalan. (Sus Woyo)
saya ingin pulang tanpa bayar uang kompensasi dan uang ongkos saya bagaimana caranya