Bagaimana respon kita jika seorang teman berkata, “Saya sudah tiga tahun bekerja di Hong Kong dan tidak diperbolehkan untuk sembahyang/salat.”
Bekerja dan mendapatkan kebebasan beribadah merupakan salah satu keinginan dari para pekerja migran. Selain itu, masih banyak keinginan lain, baik yang ada hubungannya dengan hak pekerja ataupun hak asasi manusia itu sendiri, seperti waktu istirahat yang cukup, bekerja tanpa kelebihan beban sebagaimana yang tertera dalam kontrak kerja, melanjutkan sekolah, menekuni hobi, dan lain sebagainya. Sebenarnya, salah satu hal penting yang bisa mendukung keberhasilan kita untuk memperoleh hak ialah dengan menyampaikan ide, keinginan, dan hak-hak kita selama di tempat kerja.
Untuk itu, sebagai upaya menguatkan mental para pekerja migran agar bisa membangun komunikasi yang efektif di tempat kerja, Voice of Migrant (VoM) Hong Kong bekerjasama dengan Infest Yogyakarta menyelenggarakan dialog santai bertajuk “Bagaimana Agar Keinginan Kita Didengar di Tempat Bekerja” pada Minggu, (6/9/2020). Dialog ini merupakan bagian dari serial Cinta (Cerita dan Kita) yang disiarkan langsung melalui facebook VoM.
Menurut Irsyadul Ibad, Direktur Infest Yogyakarta yang menjadi narasumber menyatakan bahwa penting bagi teman-teman pekerja migran untuk bisa mengkomunikasikan tentang siapa dirinya, latar belakang budaya, dan nilai-nilai berkeyakinan. Berkomunikasi juga menjadi salah satu cara untuk menjaga kesehatan mental. Tentu saja, dalam menyampaikannya pun dilakukan dengan cara yang baik untuk menghindari masalah dalam hubungan kerja karena perbedaan budaya dan personalitas.
Masing-masing orang memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam berkomunikasi. Untuk itu, beberapa hal perlu diperhatikan, antara lain:
Menyiapkan bahan
Adakalanya kita menghadapi situasi yang menjadikan kita kurang percaya diri dan inferior. Sementara, kita ingin menyampaikan hal-hal penting yang menjadi hak kita. Untuk itu, penting bagi kita untuk menyiapkan terlebih dahulu bahan atau materi informasi yang akan kita sampaikan. Dengan bekal informasi yang cukup akan membuat kita lebih siap dan percaya diri dalam berbicara.
Seperti saat kita hendak menyampaikan aspirasi untuk menjalankan salat. Kita perlu menjelaskan dengan cara yang mudah dipahami dan rasional. Misalnya, izin untuk salat tiga kali saat waktu bekerja yakni zuhur, ashar, dan maghrib. Sementara, subuh dan isya bisa dilakukan tanpa mengambil waktu bekerja.
Menyampaikan pesan dengan bahasa dan cara yang baik
Selalu ingat bahwa bahasa itu ada dua, verbal dan nonverbal. Dalam menyampaikan suatu pendapat atau informasi selalu pilih bahasa yang sopan dan mudah dimengerti. Tidak kalah penting, gunakan ekspresi dan intonasi yang baik pula. Untuk itu, kita perlu memahami latar belakang budaya di tempat kita bekerja. Misalnya untuk menjelaskan kenapa sebagai muslim tidak makan babi. Apabila penjelasan keagamaan sulit diterima, coba jelaskan dengan pendekatan dari sisi kultural, misalnya makan babi bukan kebiasaan di negara asal atau alasan alergi apabila makan daging babi.
Selain itu, penting juga untuk mengetahui batasan porsi informasi yang akan kita sampaikan. Sebagai contoh, jika kita punya lima keinginan yang berbeda-beda, jangan disampaikan dalam satu waktu. Hal tersebut penting supaya keinginan atau pendapat kita bisa diterima dengan baik.
Menyampaikan pada momen yang tepat
Dalam berbicara, kita perlu mempertimbangkan kondisi lawan bicara, apakah dalam kondisi yang santai, terburu-buru, atau marah. Pilihlah berbincang dalam kondisi santai dan tenang supaya obrolan jadi lebih mengalir dan nyaman. Hindari berbicara pada momen yang tidak pas seperti saat kondisi emosi, terburu-buru, atau lelah pulang kerja.
Terkadang ketika kita menghadapi lawan bicara yang keras, turut menyebabkan kita menjadi susah untuk mengontrol emosi. Hindari perbincangan dalam situasi ini, sebab selain menumbuhkan kondisi negatif juga membahayakan kondisi dan status pekerjaan kita. Untuk itu, cobalah untuk meminta bantuan dari orang atau instansi yang bisa membantu, misalnya keluarga terdekat, agen, atau pihak konsulat.
Membangun interpersonal yang baik di tempat kerja
Untuk bisa didengar di tempat bekerja, hal yang juga menentukan ialah dengan menunjukan etos kerja yang baik. Termasuk di dalamnya toleransi dan penghargaan kita terhadap berbagai perbedaan budaya dan agama. Dengan demikian, hal itu bisa menjadi pintu masuk untuk menciptakan kondisi saling memahami.
Membangun support system dengan berkomunitas
Dalam berproses untuk menjadi percaya diri, kita butuh teman atau komunitas yang selalu mendorong untuk untuk belajar dan mengasah kemampuan. Hanya saja perlu diingat, kita juga harus pandai-pandai memilih komunitas yang mendukung kesehatan mental kita. Komunitas yang sehat ditandai dengan cara mereka memberikan ruang untuk pengembangan diri, kegiatan positif dan bermanfaat, serta tidak mengajak pada tindakan yang melanggar hukum.
Terakhir, setiap upaya yang sudah kita lakukan perlu diimbangi dengan berdoa. Sebagai orang beriman, kita masih meyakini ada kekuatan Maha Pengasih yang ada di balik setiap penciptaan. Selain itu, doa, secara psikologis juga memberikan efek ketenangan, mengurangi kecemasan, serta melepaskan energi negatif.