Doa Bersama Solidaritas Buruh Migran Dibubarkan Polisi

Author

Doa Bersama dan Aksi Solidaritas untuk buruh migran yang terancam hukuman mati dibubarkan polisi
Doa Bersama dan Aksi Solidaritas untuk buruh migran yang terancam hukuman mati dibubarkan polisi

Aksi solidaritas dan doa bersama untuk Mary Jane dan ratusan Buruh Migran Indonesia yang terancam hukuman mati dibubarkan paksa oleh aparat Kepolisian dan mengakibatkan salah seorang peserta dilarikan ke rumah sakit akibat jarinya patah. Aksi 1000 lilin dan doa bersama tersebut dimulai pukul 22.00 WIB di depan Istana Merdeka Jakarta (27/4/15). Aksi solidaritas tersebut diikuti sekitar 35 orang yang terdiri dari berbagai organisasi buruh migran, buruh lokal, mahasiswa, dan LSM.

Rangkaian kegiatan doa bersama dan aksi damai tersebut dimulai sejak 26 April 2015 guna mendesak Jokowi selaku Presiden Indonesia untuk memberi pengampunan kepada Mary Jane, buruh migran asal Filipina yang divonis hukuman mati dan akan dieksekusi pada 28 April 2015 di Lapas Nusakambangan, Cilacap. Aksi solidaritas tersebut, juga mendesak Jokowi agar serius melakukan diplomasi bilateral untuk menyelamatkan 278 Buruh Migran Indonesia (BMI) yang terancam hukuman mati di luar negeri.

“Aksi malam ini dibubarkan paksa oleh polisi. Sudah tertutup hati pak Jokowi. Membunuh Mary Jane sama artinya Presiden Jokowi menghilangkan harapan kita untuk membebaskan 278 buruh migran terancam hukuman mati. Kekerasan dilakukan oleh polisi dalam aksi doa bersama tersebut menyebabkan salah satu peserta tangannya patah,” ungkap Sringatin, Koordinator Jaringan Buruh Migran Indonesia yang tergabung dalam aksi solidaritas tersebut.

Aksi solidaritas saat ini dimulai dengan membentangkan spanduk dan poster save Mary Jane serta menyalakan lilin sebagai simbol solidaritas dan doa untuk buruh migran yang terancam hukuman mati. Sekitar 5 menit koordinator memulai aksi doa bersama, tiba-tiba polisi datang dan membubarkan paksa para peserta tanpa negoisasi. Kemudian koordinator mencoba bernegoisasi dan hanya diberi waktu 10 menit.

Setelah doa selesai, komandan polisi bernama  M. Nababan membubarkan paksa para peserta dan memanggil bantuan. Saat jumlah anggota polisi bertambah, pihak kepolisian mulai menggunakan tindakan fisik dengan mengambil spanduk dan menyita properti aksi. Saat terjadi aksi dorong mendorong antara polisi dan massa aksi yang mayoritas perempuan, pihak kepolisian semakin bertindak di luar kendali dan mengakibatkan jari seorang peserta aksi bernama Lily dari Ardanary Institute patah dan harus dilarikan ke Rumah Sakit Saint Carolus Jakarta. Setelah ada korban, aksi terpaksa dihentikan karena polisi terus memanggil bantuan dan mobil pengangkut massa.

“Polisi bertindak berlebihan, kejadian ini merupakan catatan serius bagi rezim Jokowi, betapa kegiatan damai berupa doa bersama direspon dengan tindak kekerasan dari aparat kepolisian. Kami juga diancam akan diangkut semua ke dalam mobil tersebut jika tidak mau membubarkan diri.” ungkap Rizqi Oktaviana, perwakilan peserta dari Serikat Buruh Migran Indonesia.

Video Pembubaran Doa Bersama Solidaritas Buruh Migran

(Sumber Video Sringatin, Jaringan Buruh Migran Indonesia)

Belum ada komentar.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.