Lagi, kekerasan menimpa Buruh Migran Indonesia (BMI). Nasib malang menimpa Nuraini Binti Said (32), asal Desa Pungkit, Moyo Utara, Kabupaten Sumbawa, Nusa Tenggara Barat. Nuraini telah bekerja selama 10 tahun di Kuwait tanpa digaji dan saat kembali ke tanah air, kondisinya sangat memprihatinkan lantaran sekujur tubuh punuh luka dan kakinya dalam keadaan lumpuh tak bisa berjalan.
Nuraini kembali ke kampung halamannya pada Minggu (2/2/13) malam. “Kepulangan Nuraini membuat kami terperanjat. Harapan kami menerima berita gembira, namun justru yang kami hadapi malah berita duka karena gaji Nuraini tidak dibayar dan kakinya lumpuh,” kata Said, ayah Nuraini, di Sumbawa Besar, seperti yang dikutip dari www.kabar24.com (6/2/13).
Saat ini Nuraini dirawat di RSUD Sumbawa untuk menjalani perawatan dan visum. Badannya kurus, wajah pucat, banyak bekas luka, dan kedua kakinya bengkok serta mengecil.
Awalnya, Nuraini sempat dikira meninggal dunia lataran 10 tahun tidak memberi kabar sejak kepergiannya pada 2003 silam. Gaji yang pernah dikirim kepada keluarga pun hanya dua kali, saat awal dia bekerja.
Untuk memperjuangkan hak anaknya, Said pun berencana akan melaporkan kasus Nuraini kepada Depnakertrans setempat. Dia berharap pemerintah mau memberikan perhatiannya. Selain itu, perusahaan yang memeberangkatkan Nuraini juga akan ditemui supaya hak-haknya selama 10 tahun sebagai buruh migran bisa didapat.
Ketika ditanya soal kondisi tubuhnya, Nuraini berkisah bahwa dirinya mandapat serangan perkosaan dari keponakan sang majikan saat melakukan kegiatan bersih-bersih di lantai dua. Saat hendak melawan, kepalanya dibenturkan. Tak hanya itu, tubuhnya juga dicakar dan didorong hingga jatuh ke lantai satu. Setelah itu, dirinya sempat dirawat di rumah sakit selama dua bulan.
Meski keadaan Nuraini sangat memprihatinkan, majikannya tetap tidak mengizinkan perempuan kelahiran 1982 itu untuk pulang ke tanah air. Perwakilan RI di Kuwait pun tidak diberi kabar terkait peristiwa tersebut.
Nuraini baru diizinkan kembali ke Sumbawa setelah teman sesama di Desa Simu Kecamatan Lape dan Desa Penyaring Kecamatan Moyo Utara menyatakan siap bertanggungjawab atas kepulangannya.