Rumah Perempuan Kupang Perkuat Manajemen Keuangan BMI

Author

Ilustrasi: BMI yang telah kembali ke tanah air, harus mampu memanajemen keuangannya sehingga bisa memiliki usaha dan tak harus kembali bekerja di luar negeri.
Ilustrasi: BMI yang telah kembali ke tanah air, harus mampu memanajemen keuangannya sehingga bisa memiliki usaha dan tak harus kembali bekerja di luar negeri.

Rumah Perempuan Kupang, kembali mengadakan pelatihan dalam rangka memperbaiki keadaan Buruh Migran Indonesia (BMI). Kegiatan ini dilaksanakan dalam rangka memperkuat sistem pengelolaan manajemen keuangan BMI dan keluarganya. Pelatihan dilangsungkan selama enam hari, dari tanggal 25 Februari 2013 hingga 2 Maret 2013. Peserta yang mengikuti acara ini terdiri dari BMI dan keluarganya yang berasal dari dua kabupaten, yakni Kabupaten Timur Tengah Selatan dan Kabupaten Timur Tengah Utara.

Direksi Utama Rumah Perempuan Kupang, Libby Sinla Eloe mengatakan bahwa kegiatan tersebut diselenggarakan karena banyak BMI yang tidak merencanakan masa depan keuangan mereka. Akibatnya banyak BMI yang pulang dengan banyak uang, tapi tak bisa mendayagunakan uangnya sehingga harus kembali lagi bekerja di luar negeri. “Kegiatan ini adalah kegiatan yang diselenggarakan kedua kalinya. Kegiatan pertama diselenggarakan pada bulan Desember 2012 di wilayah Kota Kupang,” jelas Libby.

Libby juga menyatakan bahwa BMI di wilayah Nusa Tenggara, banyak yang menghabiskan uang hasil bekerjanya hanya untuk berfoya-foya. Maka, tujuan terselenggaranya pelatihan pengelolaan keuangan adalah untuk memberikan ketrampilan bagi BMI dan keluarganya, agar mampu mengelola keuangan dengan baik.
Sementara itu Sekertaris Dinas Tenaga kerja dan Transmigrasi NTT, Yoakim Kotan menyatakan rasa terimakasihnya, karena Rumah Perempuan Kupang telah dianggap membantu pemerintah.

Ia memberi saran kepada BMI, agar uang yang telah dihasilkan harus kembali menghasilkan uang di kampung sendiri. Hal ini diingatkannya, lantaran banyak BMI khususnya dari Nusa Tenggara, yang selalu kembali merantau ke negeri orang setelah bekerja puluhan tahun.Kotan pun menjelaskan bahwa pelatihan pengelolaan keuangan tersebut juga harus dibarengi dengan kesadaran masyarakat, untuk mematuhi prosedur bekerja di luar negeri sehingga bisa menjadi pekerja yang legal.

Belum ada komentar.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.