Amalkan Tarekat, Sowiyah Disandera Majikan

Author

BANYUMAS. Sowiyah (50) warga desa Dawuhan Kulon, kecamatan Kedungbanteng, Banyumas, adalah salah satu BMI di Arab Saudi yang keberadaannya ditanyakan oleh SERUNI ke Dinsosnakertrans Banyumas, Jum’at (4/2/2012). SERUNI menanyakan tentang Sowiyah, karena keberadannya belum jelas, setelah 10 bulan berangkat dari rumah. Hal ini menjadikan keluarga di rumah resah.

Namun, Kamis (9/2/2012), anak kedua Sowiyah, Aris Wijonarko (20), mengabarkan bahwa, ibunya sudah bisa diajak komunikasi, dari nomor telepon yang diberikan oleh pimpinan PT. Tulus Widodo yang memberangkatkannya.

“Alhamdulillah sudah bisa komunikasi Mba…” kata Aris kepada pengurus SERUNI Lili Purwani dan Narsidah, ketika berkunjung ke rumahnya.

Aris juga menceritakan tentang hilang kontaknya selama 10 bulan tersebut kepada para pegiat SERUNI. Kata Aris, ibunya sudah pindah majikan. Tetapi majikan yang baru itu adalah anak majikannya yang pertama. Kepindahan Sowiyah ke majikan kedua, menurut dia dikarenakan ibunya dianggap mempunyai ilmu sihir.

“Anak majikan pertama ibu saya itu sering sakit-sakitan, tapi dia menuduh ibu saya yang mengguna-guna. Dituduh punya ilmu sihir. Ibu saya memang seorang penganut tarekat, yang kalau habis sholat dzikirnya lama. Nah, amaliah inilah yang menjadikan ibu saya dituduh sedang mengamalkan ilmu sihir,” tutur Aris menirukan apa yang diceritakan ibunya lewat telepon.

Menurut laki-laki yang saat ini sedang mengembangkan ayam Bangkok itu, ibunya memang seorang penganut Tarekat Qodiriyah Wa Naqsabandiyah, yang sehabis shalat diharuskan membaca kalimat Laa ilaha ilallah 165 kali, dan membaca lafal Allah, sebanyak 100 kali. Sehingga memang membutuhkan waktu lama. Sowiyah berbai’at kepada seorang mursyid/guru tarekat dari daerah Langgen, Ciamis, Jawa Barat.

“Gara-gara amalan itu, ibu saya tak boleh komunikasi dengan keluarga di Indonesia, gajinya belum dibayar, dan tidurnya tidak di tempat tidur, tetapi di sebuah gudang tempat menyimpan barang,” tutur Aris.

Di rumah majikan kedua inilah Sowiyah bisa komunikasi dengan keluarga di Indonesia . Dan ia sudah bisa mengirim gaji dua bulan dari majikan kedua ini. Namun kata Aris, Sowiyah tetap ingin pulang secepatnya, setelah gajinya terbayar dari majikan pertama.

Menurut penilaian Narsidah, Majikan Sowiyah hanya berbuat akal-akalan saja, yang pada intinya, dia tidak bisa membayar gaji pembantu. Tipe majikan seperti ini banyak di Arab Saudi.

“Majikan seperti ini, hanya cari-cari masalah, padahal karena tak mampu menggaji seorang pembantu..”, tutur pegiat SERUNI yang mantan BMI Hongkong dan sudah puluhan kali mendampingi kasus seperti ini. (Sus)

Belum ada komentar.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.