Gaji Tidak Lancar, BMI Pilih Pulang

Author

Banyak warga Lombok yang berminat menjadi Buruh Migran Indonesia (BMI). Hingga hari ini jumlah BMI asal Lombok yang bekerja di luar negeri telah mencapai puluhan ribu. Zahra (25) asal Dusun Batu Beduk Desa Batujai Kec. Praya Barat Lombok Tengah adalah satu di antara ribuan peminat tersebut.

Pada pertengahan tahun 2008, Zahra memulai perjalannya menjadi BMI dengan berangkat ke Jakarta untuk mendaftarkan diri ke PT Marco Ria Putra yang berkantor di Jakarta Timur. Minat Zahra menjadi BMI bermula dari tawaran seorang calo asal Desa Kawo Kecamatan Pujut Kabupaten Lombok Tengah. Oleh calo, Zahra ditawari pekerjaan sebagai Pekerja Rumah Tangga (PRT) di Arab Saudi. Untuk bisa bekerja di Arab Saudi, sang calo meminta Zahra uang 2 juta rupiah yang menurutnya sebagai biaya keberangkatan.

Selama di Jakarta ia ditampung di sebuah gedung milik PT Marco Ria Putra selama satu bulan. DI penampungan ia diberi beberapa pelatihan, di antaranya pelatihan bahasa Arab, merawat bayi, dan membersihkan rumah. Setelah selesai menjalani semua persiapan dengan mengikuti semua pelatihan, Zahra pun berangkat ke Arab Saudi. Di sana, ia bekerja sebagai PRT di rumah keluarga Syarif di Kota Tabuk. Syarif memiliki 7 orang anak, 2 orang laki-laki dan 5 orang perempua.

Meskipun tugas yang diembankan kepada Zahra sangat banyak dan ia selalu melakukannya dengan baik, namun bukan berarti tidak ada persoalan. Menurut Zahra, gaji bulanan yang ia terima sebesar 800 Real atau sekitar 2 juta rupiah perbulan sering kali dibayarkan terlambat. Bahkan, lebih sering dibayarkan tiga bulan sekali. Padahal kebutuhan sehari-sehari Zahra tidak ditanggung oleh majikan, melainkan ditanggungnya sendiri. Dengan adanya gaji yang seret, tentu saja sangat merepotkan Zahra.

“Saya pernah mencoba, bahkan, berulang-ulang kali menanyakan persoalan keterlambatan gaji kepada majikan. Akan tetapi, jawaban yang saya terima adalah dia belum ada uang untuk menggaji saya perbulan,” tutur Zahra.

Setelah menyelesaikan kontrak kerja selama dua tahun, pada pertengahan 2010 Zahra kembali ke Indonesia dengan membawa gaji sebanyak 16 juta rupiah dan tiket ditanggung majikan. Kepulangan Zahra ke kampung halaman ini menjadi harapan baru bagi keluarganya. Mereka berharap Zahra dapat memanfaatkan uang hasil kerjanya guna mebangun usaha di desa.

Satu komentar untuk “Gaji Tidak Lancar, BMI Pilih Pulang

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.