Kiprah

Jarik Cirebon Lakukan Pengarusutamaan Buruh Migran Lewat Media Komunitas

Author

Akhmad Rovahan, Koordinator Jarik Cirebon

Saya mendapatkan pelajaran berharga tentang jaringan dari pengalaman ini. Awalnya saya menulis peristiwa meninggalnya Sunengsih binti Kajan, warga Desa Gembongan, Kecamatan Babakan, Cirebon yang menjadi tenaga kerja wanita di Uni Emirat Arab melalui media komunitas (suarakomunitas.net). Tak disangka, peristiwa itu menyebar menjadi berita nasional dan akhirnya mendapatkan perhatian dari para petinggi negara.

Awalnya, peristiwa meninggalnya Sunengsih binti Kajan hanya diketahui oleh segelintir warga. Bahkan, sebagian besar tetangga dekat Sunengsih tidak mengetahui persoalan itu. Lewat tulisan ini, saya akan menceritakan bagaimana pengelolaan informasi dilakukan untuk mengangkat peristiwa itu menjadi isu nasional.

Pada awal NOvember 2010, ada pertemuan jaringan organisasi nonpemerintah (ornop) yang menaruh perhatian pada permasalahan buruh migran. Lokasi pertemuan ada di Balai Desa Babakan, Kecamatan Babakan, Kabupaten Cirebon. Saya datang ke pertemuan itu atas undangan Akhmad Fadli, sesama pewarta warga asal Kabupaten Cilacap yang menjadi salah satu peserta pertemuan. Karena lokasinya tak terlalu jauh, hanya butuh setengah jam perjalanan, akhirnya saya segera meluncur ke sana.

Selain Akhmad Fadli, ada sejumlah peserta lain yang saya kenal. Kita sering bertemu dalam pertemuan-pertemuan di Cirebon yang membahas isu-isu buruh Migran. Jaringan Radio Komunitas (JARIK) Cirebon yang saya pimpin memang tergabung dalam Jaringan Masyarakat Anti Traficking (JIMAT) yang beranggotakan ornop se-wilayah III Cirebon. Salah satunya, Castra Aji Sarosa yang menjadi Koordinator Forum Warga Buruh Migran Indonesia (FWBMI) Cirebon.

Dalam obrolan ringan di luar pertemuan resmi muncul bahasan tentang kasus yang sedang ditangani oleh FWBMI, yaitu meninggalnya Sunengsih binti Kajan, warga Desa gembongan, Babakan, Cirebon. Bersama Fadli dan rekan yang lainnya, saya mencoba mengorek informasi tentang kasus yang sedang ditangani oleh FWBMI tersebut. Lalu, Jarik Cirebon segera menulis berita berjudul “Kisah Tragis Buruh Migran Cirebon Tiga Tahun Meninggal, Keluarga baru Dikabari” di Suarakomunitas (15/11/2010). Setelah itu, saya bagikan tulisan itu melalui situs jejaring sosial Facebook lewat akun yang saya miliki.

Berita itu mendapat tanggapan cukup banyak dari publik. Agar peristiwa itu dapat diketahui oleh para pemangku kebijakan dan masyarakat umum, saya menghubungi media lokal dan media nasional untuk memberitakan peristiwa itu lewat media mereka. Saya juga mengirimkan berkas dijital tulisan saya di suarakomunitas kepada sejumlah wartawan media massa melalui layanan surat elektronik (e-mail) pribadi untuk memberikan gambaran atas peristiwa itu. Setelah mendapatkan kiriman penjelasan melalui telepon seluler dan berkas dijital lewat surat elektronik, wartawan lokal dan nasional segera memberitakan peristiwa yang menimpa Sunengsih binti Kajan. Bahkan, ada tiga wartawan yang langsung kediaman korban untuk melakukan liputan.

Dari peristiwa di atas, saya memperoleh pelajaran yang berharga. Pegiat media komunitas dan arus utama sebaiknya berjejaring agar kerja pengelolaan informasi dapat membuat para pemangku kebijakan segera bertindak. Akhirnya, peristiwa meninggalnya Sunengsih binti Kajan menjadi materi pemberitaan utama media lokal dan nasional dan lokal keesokan harinya. Bahkan, malam harinya Kajan, orang tua korban, bersama Castra diundang untuk ikut dalam diskusi yang dilaksanakan oleh sebuah Televisi Swasta yang dimoderatori oleh Karni Ilyas. Dalam kesempatan tersebut, Kajan menceritakan runtutan peristiwa yang menimpa putrinya. Diskusi itu juga disiarkan secara langsung sehingga penjelasan Kajan dapat dilihat oleh jutaan rakyat Indonesia. Diskusi itu juga dihadiri oleh para petinggi negara di beberapa kementerian, anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), dan ornop sehingga peristiwa Sunengsih yang awalnya terabaikan mendapat tanggapan dari para pemangku kebijakan negara.

Sunengsih merupakan pengalaman berharga bagi para pegiat media komunitas untuk mengangkat peristiwa yang dialami warga menjadi kisah yang mendapat perhatian publik. Salah satu kunci sukses kerja ini adalah jaringan harus dikelola untuk menghasilkan kekuatan besar untuk perubahan sosial. Lewat jaringan yang kuat, media komunitas dan media arus utama bahu-membahu untuk menutupi kelemahan satu sama lainnya. Melalui media kita bisa berjuang, melalui media kita bisa bicara dan melalui media kita bisa melakukan perubahan.

Akhmad Rofahan
Ketua Jaringan Radio Komunitas Se-Wilayah III Cirebon

Belum ada komentar.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.