Berita

Dokumen Dibakar, Parsem Susah Mengadu

Author

BANYUMAS. Perjalanan panjang Parsem, sebagai buruh migran, memang cukup memprihatinkan. Perempuan yang lahir 21 Januari 1975, warga Karangsari, RT 02/02, kecamatan Kembaran, Banyumas, mengadukan permasalahannya, kepada Seruni awal November 2011 lalu, dengan didampingi suaminya Rahmat Pardiyanto (40)
Awalnya, karena terdesak kondisi ekonomi keluarga dan ditambah lagi dengan janji sponsor yang menggiurkan, sehingga Parsem nekad untuk menjadi TKI ke Malaysia. Tanggal 27 Oktober 2009 Parsem diberangkatkan oleh PPTKIS Sarimadu yang beralamat di Purbalingga ke Malaysia.

Di Malaysia, Parsem bekerja pada majikan bernama Lee Hok Ming. Dengan majikan beretnis Cina ini Parsem hanya mampu bertahan satu bulan. Karena menurut keterangan Parsem, anak-anak majikan sangat nakal dan suka memukul. Akhirnya Parsem meminta kepada agen untuk dipindahkan majikan.

Pada majikan kedua Parsem dipekerjakan di dua tempat yaitu di rumah dan di kedai roti. Di kedai roti, Parsem setiap hari harus mencuci perlatan yang digunakan untuk membuat roti dengan menggunakan pemutih dan tanpa sarung tangan, hingga mengakibatkan tangan sakit dan bernanah.

Selain itu Parsem juga sering dituduh mencuri oleh majikan dan diancam akan dilaporkan ke polisi. Namun sebelum dilaporkan oleh majikan, Parsem lebih dulu melapor bahwa dirinya tidak pernah mencuri barang-barang milik majikan seperti yang dituduhkan pada dirinya. Akhirnya majikan menjemput kembali Parsem di kantor polisi dengan menebus 100 RM. Majikanpun marah dan memukul Parsem.

Tidak cuma itu saja, majikan juga sering menghukum Parsem dengan disuruh mencuci pakain hingga pukul tiga pagi, Parsem dilarang berkirim surat kepada keluarga apalagi menelfon.
Setelah berusaha sekuat tenaga, Parsem hanya mampu bertahan 9 bulan pada majikan ke 2.

Setelah itu Parsem meminta kepada agen untuk dicarikan majikan baru lagi. Tapi bukan majikan yang didapat malinkan Parsem dipulangkan ke Batam oleh agen. Sebelum naik kapal, di pelabuhan Parsem disuruh tanda tangan tanpa diberitahu isinya, dan tidak diperbolehkan membaca.

Sesampainya di Batam, dalam keadaan bingung , Parsem bertemu dengan seorang perempuan yang bernama Ibu Nisa, yang ternyata adalah seorang tekong atau calo TKI dari NTB

Parsem ditampung selama 2 bulan dirumah Ibu Nisa. Dan ahirnya ia dibantu masuk kembali ke Malaysia melalui jalur illegal. Pada 15 Juli 2011, Parsem pulang ke tanah air dengan tangan kosong.

Rahmat Pardiyanto, sang suami, merasa sangat jengkel dengan melihat kondisi istrinya yang tanpa hasil. Apalagi kondisi dirinya yang hanya sebagai seorang karyawan rendahan dengan penghasilan tak kalah rendahnya di pabrik mie, menjadikan pikirannya makin kalut. Sementara ketiga anaknya sudah sekolah. Ahirnya Rahmat Pardiyanto, membakar semua dokumen istrinya sampai tak ada yang tersisa.

Ia baru menyesal, saat diberitahu oleh Seruni, bahwa pengaduan tanpa disertai dokumen, akan mengalami kesulitan. Namun demikian, Seruni akan tetap berusaha membantu Parsem dan keluarganya dengan mengontak beberapa lembaga terkait, terutama untuk kelangsungan sekolah anak-anak Parsem. (SusWoyo)

Belum ada komentar.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.