(Bahasa Indonesia) KOPI Gogodeso Promosikan Perlindungan PMI dan Kursus Bahasa pada Ajang Gogodeso Festival Art

Author

Sorry, this entry is only available in Indonesian.

(Keterangan foto: Gogodeso Art Festival)

KOPI Gogodeso terlibat dalam festival seni dan budaya dengan menyediakan stand konsultasi pada calon dan purna pekerja migran. Gogodeso Art Festival (GAF) dilakasanakan pada Rabu-Minggu (24-28/09/2018) di Gogodeso. 

 

Festival diikuti dan dimeriahkan oleh beberapa lembaga yang ada di desa di antaranya Komunitas Pekerja Migran Indonesia (KOPI), Pemuda Karang taruna, Komunitas Sekolah Perempuan (SP) Dewi Sri, ibu-ibu PKK dan masyarakat pengusaha kuliner serta para pegiat ekonomi kreatif di Gogodeso.

 

Sosialisasi Keberadaan KOPI

 

Pada acara Art Festival ini, KOPI juga turut serta mengenalkan diri tentang keberadaannya sebagai salah satu komunitas yang peduli pada persoalan pekerja migran Indonesia (PMI) kepada masyarakat Gogodeso.  

 

Menurut Ninik Kristina (38), Sekretaris KOPI Gogodeso, Komunitas  KOPI bertujuan untuk memperkenalkan kepada masyarakat bahwa, di desa ada satu lembaga atau kelompok yang fokus pada isu pekerja migran Indonesia (PMI) yang ada di desa. 

(Keterangan foto: Gogodeso Art Festival)

 

“Kami ada sebagai wadah pengaduan bagi PMI yang bermasalah dan pemberdayaan bagi purna PMI. Kami siap membantu bagi para calon PMI yang non eks untuk belajar bahasa sesuai negara tujuan. Ninik juga menambahkan bahwa kursus bahasa yang  menjadi salah satu kegiatan KOPI adalah Mandarin dan Hokkian untuk negara tujuan Taiwan, Kantonis untuk negara Hongkong dan Bahasa Inggris untuk negara Singapura.

 

KOPI juga bersedia menjadi mitra dalam memberikan konsultasi kepada calon PMI, agar bisa bermigrasi dengan aman. Tidak sampai di situ, KOPI juga bersedia menerima pengaduan jika ada permasalahan terkait pemberangkatan, di negara tujuan atau pun setelah sampai ke desa asal. Selain memberikan konsultasi terkait permasalahan PMI, keberadaan KOPI juga menjadi rumah bersama dalam berbagi pengetahuan terkait dengan isu-isu pekerja migran di desa.

 

Inspirasi Pegiat UKM

 

Menurut Sutikno (45), salah satu warga desa Gogodeso, Godes Art Festival ini sangat menghibur dan menginspirasi pegiat UKM di Gogodeso. 

 

“Saya sebagai masyarakat sangat senang sekali, karena anak-anak sangat terhibur dengan adanya pentas seni yang digelar oleh Desa Gogodeso. Kegiatan ini juga sangat bermanfaat untuk warga yang ingin berwirausaha, karena disediakan di bazar yang bisa mempromosikan produk-produk unggulan desa,” tutur warga desa ditemui saat berkunjung ke boat KOPI Gogodeso. 

 

Kegiatan yang melibatkan hampir seluruh masyarakat Gogodeso ini digelar selama 5 hari berturut-turut. Adapun giat hari pertama adalah lomba seni jalanan, parade sastra, dan workshop batik. Hari kedua pada giat ini diisi oleh giat mocopat layang ambyok, live music dan panggung terbuka. Pada hari ketiga, festival dimeriahkan oleh musik tradisional karya pemuda. 

 

Sedangkan hari keempat tidak kalah menarik, yaitu pawai budaya, pertunjukan jaranan, kidung tobat sholawat dan panggung terbuka. Pada hari terakhir yang merupakan puncak acara disajikan pameran seni dan budaya serta pertunjukan hasil kolaborasi antara jaranan, reog, seni tari dan teater.  

Belum ada komentar.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.