(Bahasa Indonesia) Mengelola Stres Saat bekerja di Luar Negeri dengan Tepat

Author

Sorry, this entry is only available in Indonesian.

Bekerja di luar negeri bagi mayoritas Pekerja Migran Indonesia (PMI) menjadi pilihan hidup yang harus dijalani bertahun-tahun guna mencari sumber penghasilan. Tentu memasuki negara lain dalam keadaan jauh dari sanak keluarga dan berkenalan dengan budaya baru yang mungkin sama sekali berbeda dari negara asal, serta adanya rutinitas bekerja yang padat sehari-hari biasanya membuat PMI membutuhkan waktu yang tidak singkat untuk beradaptasi. Kondisi kehidupan yang baru di tempat baru tersebut juga kemungkinan akan menimbulkan stres dan kesulitan yang dirasakan PMI.

Menurut hasil penelitian hampir semua pekerja migran menghadapi kesulitan psikologis saat menjalani proses adaptasi dan berbaur dengan lingkungan dan budaya baru. Hal pertama yang biasanya dialami adalah gegar budaya yaitu reaksi-reaksi emosi yang timbul saat mereka tidak bisa memahami dan memprediksi perilaku orang lain di budaya baru tersebut. Selain itu, mereka juga menghadapi ketidakpastian mengenai standar kehidupan, situasi masa depan dan ekspektasi baik pribadi maupun dari orang lain. Bentuk riil dari gegar budaya ini biasanya terwujud  dalam tingkat kecemasan yang tinggi, kebingungan, stres, dan sikap apatis dalam diri PMI. Tantangan yang dihadapi dalam titik ini oleh para PMI adalah bagaimana mengelola efek dari gegar budaya tersebut dengan cara yang tepat.

Lebih lanjut, banyak peneliti telah berusaha mengidentifikasi efek dari migrasi dan bekerja di negara baru terhadap kondisi kesehatan mental seseorang. Hasil yang sejauh ini didapat adalah migrasi dan bekerja di negara baru menimbulkan efek psikis yang tidak ringan akibat perpisahan jangka panjang dengan anggota keluarga, perubahan relasi sosial dan kesulitan sehari-hari yang dihadapi saat bekerja.

Dalam kondisi ini, gegar budaya  dan manifestasi kondisi psikis yang kurang baik akibat dari perubahan kultur dan tantangan bekerja di negara baru perlu dipahami sebagai sesuatu yang normal dalam konteks standar reaksi manusia secara umum. Dan hal tersebut adalah bagian dari adaptasi normal pada tekanan budaya dan situasi baru yang dihadapi. Satu hal yang perlu diperhatikan pada titik ini adalah bagaimana mengelola stress dan memiliki cara penanggulangan stres yang tepat dan mudah untuk dilakukan dalam menjalani proses adaptasi sembari bekerja.

Hal penting yang mungkin perlu diperhatikan adalah mengenali sumber atau alasan dari stres atau cemas tersebut. Tentu sudah cukup mudah dipahami dari uraian di atas hal-hal apa saja dan kondisi seperti apa yang memicu para PMI memiliki kecemasan ataupun tingkat stres yang cukup tinggi ketika memasuki negara baru dan bekerja. Stres secara umum  muncul akibat adanya kesenjangan antara kondisi dan situasi yang sedang dihadapi dengan kemampuan seseorang untuk menghadapi dan mencernanya. Bagaimana seharusnya kita mengelolanya? Setelah mengenali sumber stres dan cemas, hal yang bisa dilakukan adalah menemukan dan mengimplementasikan strategi penanggulangan stres.

Berikut ini merupakan langkah-langkah untuk mengatasi stres: :

Pertama adalah mencari dukungan dalam mengelola stress, yang bisa dijangkau. Ketika PMI masuk lingkungan baru dan menghadapi tuntutan bekerja produktif sehari-hari, besar kemungkinan proses adaptasi membutuhkan waktu karena orang-orang yang dikenal di lingkungan baru tersebut adalah orang-orang baru pula. Dalam proses adaptasi tersebut, jika stres dan cemas muncul hal yang bisa dilakukan PMI adalah mencari dukungan dari orang lain yang bisa mereka jangkau dan mereka percayai. Bercerita dengan saudara di negara asal melalui komunikasi jarak jauh adalah salah satu cara yang bisa dilakukan untuk masa awal. Selanjutnya para PMI juga akan mampu menemukan dukungan di lingkungan yang baru, bisa dari rekan rekan sesama PMI atau ketika mereka bisa membuka diri mengikuti komunitas-komunitas yang tentunya sejalan dengan tujuan mereka bekerja sebagai PMI.

Tentunya banyak dinamika yang dirasa akan berbeda dari satu individu dengan individu lainnya, namun tanpa menafikan hal tersebut, strategi membuka diri dan berbicara pada seseorang adalah salah satu cara untuk mengelola stres. Dalam hal ini, isolasi atau menutup diri dari orang lain dan dunia luar di sekitar justru akan memicu stres berkelanjutan dan bahkan mungkin depresi. Jadi menjangkau dan berbicara serta bercerita dengan teman yang bisa dipercayai akan membuka celah untuk menurunkan tekanan psikis yang sedang dirasakan. Dalam hal ini, prinsip mencari dukungan dan bercerita pada teman adalah membagi beban psikis yang sedang dirasakan. Teman yang menjadi pendengar tidak harus lantas memperbaiki keadaan yang sedang dihadapi. Ia hanya perlu menjadi pendengar yang baik dan menguatkan serta memberi dukungan untuk mencari solusi yang mungkin bisa memperbaiki keadaan.

Strategi kedua adalah penyeimbangan kegiatan bekerja sehari-hari dengan relaksasi singkat di sela-sela bekerja dan hari libur. Banyak dari kita yang belum menyadari bahwa hal-hal kecil dapat kita lakukan untuk menurunkan stres dan menjadikan kondisi psikis kita lebih baik. Pada konteks ini, kita menyadari bahwa beban kerja PMI tentu bisa dikatakan besar, bahkan ada banyak PMI yang terjebak dalam kondisi beban kerja yang tinggi dan bahkan berlebih  seperti bekerja melampaui standar jam kerja tanpa waktu untuk istirahat. Hal tersebut bisa jadi adalah sumber stres itu sendiri. Bagaimana lantas menyikapi hal tersebut? PMI bisa melakukan relaksasi ringan di sela-sela bekerja. Lima sampai tujuh menit jeda bisa diisi dengan mendengarkan lagu kesukaan sembari relaksasi. Relaksasi dapat dilakukan melalui olah pernafasan: tarik dan hembus nafas secara teratur dan berulang. Aktivitas ini dapat dilakukan pada setiap sesi bekerja di luar waktu istirahat. Hal tersebut memang terlihat sepele namun sebetulnya akan membantu untuk mengendurkan tegangan tubuh dan menyegarkan pikiran. Jika para PMI memiliki hari libur, hal tersebut juga bisa dimanfaatkan untuk melakukan relaksasi dengan berjalan-jalan, olahraga ringan dan menikmati hari tersebut untuk menyegarkan tubuh dan pikiran.

Hal ketiga adalah mencari layanan konsultasi dengan tenaga profesional, yaitu psikolog atau konselor yang bisa dijangkau. Banyak LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat) dan lembaga yang memiliki perhatian lebih terhadap kesejahteran PMI baik secara sosial dan psikis yang saat ini mungkin telah banyak mensosialisasikan tentang pentingnya menjaga kesehatan mental bagi PMI saat bekerja. Maka, jika dalam beberapa konteks beban psikis dirasa telah di luar batas dan mengganggu aktivitas sehari-hari dalam bekerja dan bersosialisasi, maka PMI bisa mencari layanan konsultasi dengan konselor atau psikolog yang mungkin bisa dimediasi oleh lembaga pemerhati kesejahteraan PMI tersebut.

Pada prinsipnya, jika kita berbicara lebih lanjut mengenai cara atau strategi mengelola stress, ada dua kategori yang bisa kita simpulkan. Pertama adalah strategi mengelola stress yang konstruktif dan adaptif yang meliputi pencarian solusi atas masalah yang tengah dihadapi (problem-solving), mencari dukungan sosial, fokus pada emosi-emosi positif, dukungan keagamaan dan lain lain. Sedang yang kedua adalah coping yang bersifat maladaptif (a) dan destruktif meliputi penghindaran, isolasi diri, mencari pelarian dengan menggunakan zat-zat terlarang, seperti narkotika) dan lain lain.

Dalam hal ini membekali dan memfasilitasi para PMI oleh pihak-pihak terkait sebelum berangkat ke luar negeri untuk bekerja dengan pelatihan pembentukan karakter, keterampilan sosial, komunikasi dan adaptasi di budya baru serta kemampuan mengelola stres tentunya menjadi sangat dibutuhkan oleh PMI. (Penulis: Sabiqotul Husna | Staf Pengajar Fakultas Psikologi UIN Sunan Kalijaga)

i: Yu V, Granskaya., Lizhenkova E.V.,(2015) Coping with Stress in Migrant Workers, Psychology and Law,Vol 5 no 4, 106-126, doi 10,17759/psylaw.2015050410, ISSN; 22225196

  1. maladaptif: kegagalan individu mengintegrasikan aspek-aspek identitas masa kanak-kanak ke dalam kematangan aspek psikososial kepribadian pada masa dewasa yang harmonis
Belum ada komentar.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.