Yuk, lebih bijak dalam memilih teman dan informasi di sosial media (Sosmed)! Sudah banyak loh kasus pekerja migran Indonesia (PMI) terjebak informasi dan pertemanan di Sosmed, hingga dipulangkan ke Indonesia. Sayang sekali kan? Perjuangan kita kandas karena kurang bijak dan cerdas dalam bersosmed. Apalagi sejak kelompok ekstrimis menyasar PMI.
Oh ya, kalau mau tau apa itu gerakan ekstrimis dan radikalis? Sahabat bisa baca dulu artikel tentang “MENGAPA PMI RENTAN TERPENGARUH EKSTRIMIS?”. Tapi, agar kita tidak mudah terjebak dalam pertemanan dan informasi yang membuat kita tidak aman, lebih baik baca tips dari kami berikut ini. Kalau masih belum yakin, ini nih, buktinya beberapa PMI yang terjebak dengan informasi-informasi yang tidak jelas.
MAU TAU BUKTINYA?
Tahun 2015: PMI Ditangkap Pemerintah Korsel Berawal dari Postingan di Facebook
Carsim alias Abdul Hasyim ditangkap Pemerintah Korea Selatan (Korsel) pada tahun 2015 setelah memajang fotonya di facebook. Dalam foto tersebut dia sedang membawa bendera kelompok ekstrimis yang melakukan aksi teror di sejumlah negara. Bukan hanya itu, di facebook juga dia banyak memajang atau megaplod foto-foto atribut kelompok tersebut. Dia kemudian ditangkap pemerintah setempat, namun dijerat dengan Undang-undang Keimigrasian, bukan Undang-undang (UU) Anti Teroris karena saat itu Pemerintah Korsel belum mensahkan UU Anti Teroris.
Tahun 2017: PMI Dideportasi Karena Diduga Terlibat Gerakan Ekstrimis
Menteri Urusan Dalam Negeri Singapura, Desmond Lee, mengatakan kepada parlemen bahwa ada kedua pekerja rumah tangga berusia 25 dan 28 tahun menambah jumlah pembantu rumah tangga yang dipulangkan dari negara tersebut lantaran dugaan radikalisasi. (BBC, 27 Juli 2017). Kedua PMI ini diduga menjadi pendukung ISIS dan teradikalisasi melalui media sosial. Untuk mengetahui tentang paham dan gerakan radikalis dan ekstrimis, sahabat bisa membaca artikel ini.
Tahun 2016: 70 Pekerja Migran Dideportasi Karena Dugaan Terlibat Kelompok Ekstrimis
Pemerintah Singapura juga telah mendeportasi hampir 70 pekerja migran, termasuk lima pekerja di sektor rumah tangga, lantaran dugaan radikalisme. Dideportasinya dua PMI ini menujukkan semakin rentannya PMI terancam menjadi sasaran radikalisasi dan terlibat lebih aktif dalam aksi kelompok ekstrimis. Bahkan jumlah perempuan yang dipulangkan lantaran diduga terlibat radikalisme lebih banyak ketimbang jumlah pria yang dideportasi
.
2017: PMI Purna Ditangkap Sebagai Pelaku Teror Bom Bunuh Diri
Masih ingat Dian Yulia Novi kan? Dia ditangkap oleh skuat antiteror Detasemen Khusus (Densus) 88 atas keterlibatannya dalam plot bom bunuh diri di Istana Presiden di Jakarta akhir tahun lalu.
Sebelumnya, Dian pernah bekerja sebagai pembantu rumah tangga di Singapura dan Taiwan. Ia mengaku teradikalisasi lantaran kerap membaca artikel berbau radikalisme yang disebar di media sosial.
Beberapa hari setelah penangkapan tersebut, Ika Puspita Sari, juga ditangkap lantaran keterlibatnya dalam bom bunuh diri di Bali. Ia pernah bekerja sebagai pembantu rumah tangga di Malaysia.
Sahabat, informasi di atas, Kementerian Sosial (Kemsos) melalui Rehabilitasi Sosial Anak juga telah menangani 161 WNI yang dideportasi terduga teradikalisasi, termasuk sembilan WNI yang dipulangkan dari Turki di tahun 2017. Jumlah tersebut terdiri dari 88 orang perempuan dan 73 orang laki-laki. Kebanyakan dari mereka dideportasi dari Turki.
Lalu, Bagaimana Agar PMI Cerdas, Bijak, dan Tetap Aman Bersosmed?
Nah, agar sahabat PMI dapat menjadi pengguna media sosial yang cerdas, bijak dan tetap aman berjuang untuk keluarga, tips berikut ini bisa membantu kita dari kejahatan digital lewat media sosial dan memiliki kehidupan lebih positif di media sosial.
1) Jangan membagikan data pribadi di media sosial
Ini merupakan salah satu hal terpenting yang harus Anda ingat. Jangan pernah membagikan data pribadi seperti nomor ponsel, alamat lengkap, alamat email, nama ibu kandung, dan data-data pribadi lainnya. Peretas (hacker) bisa menggunakan data ini untuk menjebol akun-akun yang Anda miliki. Parahnya dat-data tersebut juga bisa digunakan untuk membobol kartu kredit.
Jika ada teman yang memang membutuhkan alamat email, alamat rumah atau nomor ponselmu, sebaiknya kamu memberikannya lewat jalur pribadi seperti Direct Messages pada Twitter atau lewat fitur inbox pada Facebook.
2) Atur tingkat privasi akun
Semua situs atau aplikasi jejaring sosial menyediakan pengaturan tingkat privasi bagi penggunanya. Anda bisa meminimalisasi risiko menjadi korban kejahatan di media sosial dengan pengaturan ini. Atur siapa saja yang bisa melihat post yang kamu unggah, siapa saja yang bisa mengajukan pertemanan, siapa saja yang bisa melihat profil pribadimu, dan lainnya.
Memang repot, tetapi pengaturan ini merupakan salah satu cara efektif untuk menghindari serangan peretas atau orang-orang yang tidak bertanggung jawab.
3) Selektif memilih teman
Meski Anda baru mulai membuat akun di jejaring sosial dan menginginkan banyak teman, Anda tetap harus selektif memilih teman. Kirim undangan pertemanan pada orang yang memang Anda kenal saja.
Begitu juga sebaliknya, jika ada undangan pertemanan dari pihak yang tidak dikenal sebaiknya Anda lebih berhati-hati. Bisa saja orang tersebut punya maksud tertentu. Telusuri lebih jauh latar belakang akun tersebut.
4) Manfaatkan fitur ‘Block’ dan ‘Report as spam’
Jika Anda menemui akun yang mencurigakan atau mengganggu, segera manfaatkan fitur ‘Block’ dan ‘Report as spam’ yang tersedia. Demikian, orang tersebut tak akan bisa lagi melihat profil Anda, mengirim pesan, atau melakukan aktivitas lainnya yang berhubungan dengan Anda di media sosial.
5) Selalu berpikir ulang sebelum mengunggah post
Mulutmu adalah harimaumu. Ungkapan ini juga berlaku di media sosial. Agar menjadi pengguna media sosial yang cerdas, pertimbangkan dampak dari posting yang akan Anda unggah baik bagi diri sendiri atau orang lain.
Banyak kasus pencemaran nama baik berawal media sosial. Kasus itu bisa Anda alami jika kata-kata Anda menyinggung pihak tertentu. Selain itu, jangan mengunggah post yang bisa memancing kejahatan, seperti menginformasikan bahwa rumah sedang kosong, atau foto-foto tak pantas.
6) Bedakan masalah pribadi dan pekerjaan
Pernah loh, bahkan lebih dari satu PMI memposting aktivitasnya sedang memandikan anak majikannya disiarkan langsung di facebook. Aksi ini tentu saja sangat disayangkan. Perilaku PMI ini juga sempat bikin heboh masyarakat Indonesia. Artinya, kita juga perlu mengidentifikasi dan membedakan antara masalah pribadi dan masalah pekerjaan diuji di era digital ini.
Terkadang, banyak orang masih mencampur-adukkan masalah pribadi dan kantor dengan menuangkannya di media sosial pribadi. Hati-hati ya, jika ada salah satu teman yang “iseng”, screen capture posting-an status kamu, bisa dengan sekejap diketahui majikanmu di rumah atau atasanmu di kantor.
Yang harus kita ingat juga, apa pun yang kita unggah di media sosial (medsos) akan terekam selamanya. Otomatis, orang pun akan dengan mudah menemukan segala hal tentangmu. Perlu kamu tahu juga bahwa sebagian besar perusahaan mulai melakukan penilaian terhadap calon/karyawan lewat konten media sosial pribadi mereka. Jadi, pikirkan baik-baik tiap ingin mengunggah foto maupun status.
Artikel ini dihimpun dari informasi bijakbersosmed
Sumber gambar: sosmed