(Bahasa Indonesia) Tanggap Kasus Pekerja Migran, KOPI Ponorogo Belajar Teknik Wawancara & Penulisan Kronologis Kasus

Author

Sorry, this entry is only available in Bahasa Indonesia.

Ponorogo-Proses pendampingan Komunitas Pekerja Migran (KOPI) terus dilakukan Infest Yogyakarta. Ada enam KOPI di dua kabupaten, yaitu Ponorogo dan Blitar. Sementara komunitas di Malaysia ada di Johor Bahru. Di Ponorogo, ada di tiga desa yaitu Nongkodono kecamatan Kauman, desa Pondok kecamatan Babadan dan desa Bringinan kecamatan Jambon.

38490794_1841060289281323_7783712330814062592_n
Perwakilan KOPI dalam proses pelatihan teknik wawancara dan penulisan kronologis kasus

Baru-baru ini, KOPI di kabupaten Ponorogo juga kembali memperkuat kapasitasnya bersama tim Infest Yogyakarta. Mereka belajar tentang teknik wawancara dan cara menulis kronologis kasus yang menimpa kasus pekerja migran di Indonesia. Belajar bersama ini akan secara rutin mereka lakukan, termasuk pada Kamis (04/08/2018) yang dilaksanakan di Balai Desa Nongkodono.

Menurut tim pendamping Infest Yogyakarta, Anny Hidayati, banyak hal yang dapat dipelajari dari proses pembelajaran tentang teknik wawancara dan menulis kronologi kasus. Apalagi sekarang KOPI di desa-desa sudah mulai tanggap dengan kasus yang menimpa teman dan saudaranya. Kasus yang dialami warga desa Pondok misalnya, gaji tidak sesuai kontrak dan tidak mendapat cuti di Singapura. Sebelumnya mereka acuh tak acuh bila ada masalah yang menimpa teman atau tetangganya. Setelah bergabung di KOPI, warga semakin peka, peduli dan tanggap mencari solusi penyelesaian kasus secara partisipatif. Mereka juga tak sungkan saat melakukan lobi dengan sebuah Perusahaan penempatan Tenaga Kerja Indonesia Swasta (PPTKIS).

“Dulu mereka mengaku tidak berapa peduli dan biasa saja ketika ada warga yang pulang dari luar negeri dan bermasalah. Tapi sekarang warga sudah tahu, mereka butuh bantuan untuk mengadukan kasusnya dan mendapatkan hak-hakny,” ungkap Anny.

Apalagi, lanjut Anny, menurut warga pelatihan kali ini sangat dibutuhkan oleh warga sebagai salah satu ketrampilan dalam proses penanganan kasus. Seperti yang diungkapkan oleh Sri, salah satu peserta dari perwakilan KOPI Pondok, kini dia semakin memahami tentang langkah-langkah yang harus dilakukan bila menemukan kasus pekerja migran, baik di desanya maupun di luar desanya.

Hal senada diungkapkan oleh Suwarni dari desa Bringinan kecamatan Jambon. Dengan adanya KOPI dia lebih peduli terhadap isu pekerja migran termasuk saudaranya sendiri yang bernama Handayani. Saat ini bekerja di Singapura sedang ada masalah dan dikembalikan ke agen. Karena lama tidak mendapat majikan baru maka pihak keluarga menginginkan agar dia bisa pulang. Namun setelah dihubungi lagi, sekarang Handayani sudah mendapat majikan baru.

KOPI Sudah Berhasil Menangani Kasus

Beberapa pekan lalu, KOPI di desa Nongkodono sudah berhasil menangani kasus penahanan dokumen. Menurut Anny, KOPI Nongkodono kini sudah berhasil melakukan advokasi tiga kasus penahanan dokumen. Kendati demikian, semua anggota KOPI tetap memperkuat kapasitasnya dengan belajar bersama anggota KOPI dari desa-desa lainnya. Termasuk dalam pembelajaran yang dilakukan malam hari bersama tim Infest. Karena masing-masing kasus berbeda cara penyelesainnya, serta harus dilengkapi dengan kronologi kasus yang lengkap dan juga wawancara.

38435750_1841060412614644_485408579499589632_n“KOPI menyadari bahwa setiap kasus berbeda-beda cara penanganannya. Sehingga pembelajaran bersama ini sangatlah penting untuk berbagi pengalaman dan pengetahuan,” ungkap Anny yang juga menceritakan tentang kisah Marzuki, Ketua Tim KOPI di desa Nongkodono, yang telah melakukan advokasi kasus beberapa minggu lalu.

Kegiatan KOPI di Ponorogo tidak akan berjalan dengan lancar tanpa dukungan dari pemerintah desa setempat. Termasuk kegiatan di Desa Nongkodono, Jemadi, sebagai Kepala Desa (Kades) Nongkodono mengaku senang dan mendukung terbentuknya KOPI di desanya.

“Saya sangat mendukung kegiatan KOPI dan saya harap bisa membantu pekerja migran di desa ini. Karena tidak sedikit warga kami yang bekerja di luar negeri,” kata Jemadi.

Penguatan kapasitas akan terus dilakukan oleh Infest Yogyakarta sesuai dengan kebutuhan KOPI. Sehingga, di sela kesibukan mereka berkomunitas dan melakukan pendampingan, mereka tetap menyisakan waktu untuk belajar dan mengasah kemampuannya. Salah satu kebutuhan mereka setelah kegiatan ini adalah bagaimana mengoperasikan komputer. Termasuk pengurus KOPI Nongkodono yang belum semuanya bisa mengoperasikan komputer. Sehingga, ke depannya mereka akan mengagendakan untuk pelatihan komputer di akhir bulan Agustus ini.

=====
*Berita ini berdasarkan laporan pendampingan yang dilakukan oleh Anny Hidayati, Field Officer (FO) Infest Yogyakarta di Kabupaten Ponorogo.
 

Belum ada komentar.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.