Sepatah Kata Hallo Dapat Menjadi Bencana

Author

Banyak cerita sedih dialami para buruh migran yang bekerja di luar negeri. Misalnya, mulai masalah gaji tidak dibayar hingga kekejaman para majikan yang telah merampas hak-haknya. Meskipun begitu, tidak semua kesedihan itu disebabkan oleh orang lain, ada kisah sedih akibat tindakan para buruh migran sendiri.

Saya ingin mengisahkan sebuah peristiwa nyata yang saya alami sendiri sebagai mantan Buruh Migran Perempuan (BMP) di Hongkong. Suatu hari, pada saat libur bersama teman, saya diperkenalkan kepada seorang laki-laki. Dia adalah teman dari pacar teman saya, yang saat itu sedang berlibur bersama juga. Saya tidak memiliki kecurigaan apa pun terhadap apa yang telah direncanakan oleh teman perempuan saya. Akan tetapi, ternyata pacar teman saya juga sudah merencanakan mencarikan calon pacar untuk teman laki-lakinya.

Karena tidak menguasai bahasa Inggris, saya pun hanya mengikuti ke mana pun dia berjalan. Akhirnya, setelah lama berjalan kami tiba di suatu tempat yang saya tidak tahu namanya. Tidak lama kemudian laki-laki teresebut seperti memesan sebuah kamar, saya pun bertanya pada teman perempuan saya, “mau ngapain pesan kamar?” Dia menjawab, “cuma bincang–bincang.” Saya pun curiga lalu saya bilang mau pergi, tapi temen saya  melarang dan laki-laki asing tersebut memegang tangan saya dengat erat. Saya panik, lalu dalam benak terbesit siasat agar bisa lepas darinya. Saya pura-pura terdiam, kemudian dia melepaskan saya. Setelah lepas saya langsung lari, spontan laki-laki asing itu mengatakan bahwa saya orang gila. Saya tidak peduli. Saya terus berjalan menyusuri jalanan sendiri mencari arah pulang. Setelah beberapa jam perjalanan yang membingungkan, sampailah saya di rumah majikan.

Keesokan hari, saya bertemu dengan teman saya. Dia meminta maaf atas peristiwa yang saya alami tadi malam. Setelah kejadian yang menyedihkan itu, saya tidak pernah melakukan libur bersama lagi. Peristiwa tersebut tidak hanya saya yang mengalami. Ada banyak buruh migran lain yang pernah mengalami hal serupa.

Di negara tempat bekerja, saya melihat banyak buruh migran asal Indonesia berpacaran dengan laki-laki warga negara asing. Di mana hal itu bermula dari kata “hallo“. Laki-laki warga negara asing sangat menyukai perempuan Indonesia. Mereka sangat paham dan mengenal wajah–wajah perempuan Indonesa dengan detail, meskipun wajah perempuan Indonesia dapat dibilang mirip dengan wajah perempuan Filipina.

Ketika pria asing ini bertemu dengan perempuan Indonesia, biasanya mereka langsung menyapa dengan kata “hallo”. Jika perempuan yang disapa berkenan menjawab sapaannya, pria tersebut langsung menyerbu dengan puluhan pertanyaan yang ujung-ujungnya adalah perkenalan lebih dekat dan menjalin pacaran.

Dari kejadian seperti ini banyak para BMP yang menjadi korban, baik korban yang diakibatkan orang lain maupun menjadi korban karena tindakannya sendiri. Banyak para buruh migran yang gagal bekerja di luar negeri hanya karena setelah kenal dengan laki-laki warga negara asing. Uang hasil kerjanya habis untuk foya-foya dengan pasangannya sehingga sampai habis kontrak kerjanya mereka tidak mempunyai tabungan sama sekali. Bahkan yang lebih menyedihkan lagi ada buruh migran perempuan yang sampai hamil di luar nikah. Hal ini sungguh memprihatinkan karena pergaulan bebas tersebut membawa dampak buruk bagi dirinya dan keluarganya.

Dari berbagai kejadian tersebut, sudah seharusnya para calon buruh migran yang hendak berangkat kerja ke luar negeri untuk lebih berhati-hati. Jangan mudah tergoda oleh laki-laki asing. Mereka harus selalu ingat tujuan utamanya, yaitu bekerja serta mengubah kondisi keuangan keluarga agar lebih sejatera.

Belum ada komentar.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.