Enam nelayan asal Indonesia berhasil melarikan diri dari kapal tempat mereka bekerja yang sedang bersandar di perairan Dingle, Republik Irlandia. Sebagaimana dilansir oleh Majella O’Sullivan dari The Independent, mereka ditemukan dalam kondisi memprihatinkan oleh kepolisian Irlandia yang sedang melakukan patroli pada hari Minggu (27/1). Polisi kemudian berkoordinasi dengan pemerintah kota Kerry untuk memberikan akomodasi dan makanan untuk para nelayan.
Salah seorang nelayan bernama Nur Handis (30) menyatakan, mereka bekerja di kapal pukat Spanyol yang meninggalkan Jakarta pada 27 Oktober dalam perjalanan ke San Sebastian, Spanyol. Keenam nelayan telah memiliki pengalaman sebagai pelaut di kapal internasional dan sedang menjalani kontrak selama 12 bulan dengan kapal tersebut
Ia menyatakan bahwa kondisi kerja di dalam kapal ternyata sangat memprihatinkan Kontrak menyatakan bahwa para nelayan harus bekerja selama 16 jam tiap hari, namun kenyataannya mereka kerap bekerja hingga 20-22 jam per hari. Ketika ditanya perihal kepulangan ke Indonesia, Handis menyatakan bahwa ia dan kawan-kawan sangat dibantu oleh pemerintah Irlandia.
“Kalau pemulangan ga ada masalah, semua ditanggung imigrasi Irish. Karena pemerintah Irish bener tau permasalahan yang kami hadapi,” ujar pria asal Brebes ini.
Keenam nelayan telah dipulangkan oleh pemerintah Irlandia pada hari Rabu (6/23) lalu. Harapan keenam nelayan adalah untuk mendapatkan hak mereka berupa gaji yang masih belum dituntaskan.
“Yang jadi masalah pembayaran gaji kita satu bulan belum dibayar. Aku dari awal dpt mslh ini udah laporan ke embassy di London tapi sampai sekarang nol. Semua agen di Indonesia sama yg ada kami yang disalahin,” pungkas Handis kepada redaksi PSDBM melalui akun facebook pribadinya.