BANYUMAS. Pemerintah sudah berupaya agar para Buruh Migran Indonesia (BMI) yang baru pulang dari luar negeri, sesampainya di bandara Sukarno-Hatta merasa aman. Fasilitas untuk BMI dibangun khusus, dan berbeda dengan penumpang reguler.
Terminal 4 sebagai tempat transit sementara sebelum mereka menuju daerah masing-masing, juga sudah tidak ‘segarang’ waktu-waktu yang lalu. Intinya, negara ingin membuat para ‘pahlawan devisa’ itu aman sampai pulang ke daerah asal.
Komitmen pemerintah untuk melindungi BMI berbanding terbalik dengan kenyataan. Laporan dari para mantan BMI saat diskusi kampung yang dihimpun SERUNI, terkait dengan pemerasan terselubung, dinilai cukup mengagetkan. Ternyata masih ada praktek dari oknum-oknum tertentu yang sangat merugikan para BMI.
“Biasanya kami diminta untuk memberikan ongkos yang tidak wajar. Jauh lebih tinggi diatas harga normal,” kata Sugiarti mantan BMI asal desa Karang Kemojing.
Ia mengalami sendiri saat pulang dari Arab Saudi. Travel yang mengantar dia dari Bandara Sukarno-Hatta sampai ke rumahnya, meminta ongkos yang sangat mahal. Menurut dia, oknum itu senantiasa mendesak untuk membayar sekehendak mereka dengan berbagai alasan. Pada ahirnya, Sugiarti menurut apa yang mereka kehendaki.
Sri Setyowati juga mengalami hal yang sama dengan Sugiarti, hanya caranya saja yang berbeda. Mantan BMI asal desa Paningkaban ini mengalami pemerasan terselubung saat pulang dari Taiwan.
“Kami berhenti di sebuah rumah makan. Kemudian dipaksa untuk makan di tempat itu, sekalipun kami tidak lapar. Dan kamilah yang membayar,” tutur pegiat PNPM di desanya itu.
Keluarga BMI di kecamatan Gumelar, berharap agar kasus-kasus pemerasan terselubung tersebut segera ditertibkan oleh aparat. Selama ini, banyak para BMI dan keluarganya khawatir dengan praktek yang merugikan para BMI tersebut. (F:)
biasanya saat diminta pertanggungjawaban dlm hal semacam ini, BNP2TKI dan kemenakertrans saling tuding..
wah, parah banget ya.. padahal di media si Jumhur sering tuh koar-koar soal perlindungan maksimal buat BMI.