Tidak ada usaha yang mudah tanpa perjuangan dan keuletan. Hal inilah yang selalu memotivasi Katemi (45) atau yang akrab dipanggil Mimin, pengusaha keripik tempe asal Desa Bringinan, Kecamatan Jambon, Kabupaten Ponorogo. Mimin mulai menekuni usaha ini sejak bulan Mei tahun 2013 dan sampai saat ini masih dilakukannya sendiri. Bukan tanpa alasan dia memilih usaha keripik tempe, karena dia melihat peluang yang ada di desanya, selain itu juga mengingat minat masyarakat yang tinggi.
“Saya mulai merintis usaha ini sejak bulan Mei 2013 karena melihat peluang yang ada. Jadi di desa Bringinan belum ada yang membuat tempe kripik dan saya lihat minat masyarakat juga begitu tinggi terhadap keripik tempe yang dapat dikonsumsi kapan saja baik untuk camilan maupun untuk lauk pendamping,“ ungkap Mimin kepada tim redaksi buletin Komunitas Pekerja Migran Indonesia (KOPI) Bringinan Kamis (14/5).
Lebih lanjut Mimin mengatakan bahwa butuh waktu 5 hari untuk membuat keripik tempe mulai dari penggodokan kedelai, penggilingan, pengukusan, peragian, pembungkusan dan penggorengan. Saat ini Mimin mempunyai 2 mesin penggiling kedelai sedangkan untuk pembuatan tempe dilakukan secara manual. Kedelai yang sudah digiling, dikukus dan diberi ragi kemudian dibungkus dengan plastik dan dibiarkan hingga 2 hari. Setelah itu barulah tempe siap digoreng.
Merambah Desa-desa Lainnya
Menjadi pengusaha kripik tempe bukan tanpa kendala, menurut Mimin kadang dia gagal dalam proses pembuatan tempe. Tekstur tempe bahan keripik yang sangat tipis juga seringkali rusak saat proses penggorengan. Selain itu minimnya modal dan tenaga kerja juga menjadi kendala bagi usaha yang dia tekuni sejak tahun 2013 ini.
“Kendala pasti ada, kadang gagal dalam proses pembuatan tempe, rusak saat digoreng dan modal yang pas-pasan. Tenaga kerja juga sulit sehingga sampai saat ini saya meng-handle sendiri usaha ini, bagaimanapun juga ini adalah usaha yang telah saya rintis dan harus tetap semangat dalam menjalankannya,“ imbuh Mimin.
Berkat kegigihan dan keuletannya kini usaha kripik tempe Mimin mencapai omset 3 juta rupiah sebulan. Produk kripik tempe berlabel “Prasetyo” kini telah merambah pasaran ke sejumlah desa sekitar Bringinan seperti Balong, Ngumpul, Jambon, Karanglo dan sekitarnya. Mimin berharap agar ke depan usahanya semakin maju, mendapat solusi dari setiap kendala yang dihadapi dan sukses.[]