Mencari Teman di Perantauan

Author

Sebagai makhluk sosial, kehidupan pekerja migran Indonesia (PMI) di negara tempat bekerja tidak terlepas dari orang-orang yang ada di sekitarnya. Rasa saling membutuhkan secara otomatis akan membentuk relasi dan interaksi antara satu dengan yang lainnya. Pertemanan dan persahabatan pun menjadi sesuatu yang mesti dijalani oleh PMI.

Teman adalah sahabat dalam pergaulan. Bergaul dengan teman yang baik niscaya akan mengantarkan kita pada perbuatan yang baik pula. Sebab, teman yang baik senantiasa akan memberikan sesuatu yang terbaik. Teman baik harus selalu didekati. Sebaliknya, teman yang tidak baik akan membawa kita pada perbuatan yang tidak baik. Bergaul dengan teman yang tidak baik dapat menjerumuskan kita pada hal-hal yang negatif.
Tulisan singkat ini hendak menyajikan tips mencari teman yang baik bagi PMI, sehingga dapat membantu dan mendukung tujuan utamanya berada di negeri tujuan, dan mencegahnya dari hal-hal yang mengganggu pencapaian tujuan utamanya.

Sebagai agama kemanusiaan, Islam memberikan aturan dan etika yang indah dalam hal memilih teman. Tidak semua orang patut untuk dijadikan teman. Aturan ini tidak berarti Islam membatasi pertemanan. Namun, Islam memberikan pedoman mencari teman yang baik, karena pergaulan bersama teman memilih andil yang sangat besar dalam mengubah pola pikir dan sikap seseorang. Rasulullah SAW bersabda: “Setiap
orang tergantung dengan kualitas keagamaan temannya. Maka lihatlah dengan siapa ia berteman.” (HR Imam Ahmad).

Dalam kitab Mauidhah al-Mu’minin—ringkasan kitab Ihya’ ‘Ulum ad-Din karya Imam Al-Ghazali—disebutkan ada lima kriteria dalam memilih teman yang baik.

Pertama, carilah teman yang memiliki akal cerdas. Sebagaimana diketahui bahwa akal yang cerdas merupakan pondasi terbaik. Berteman dengan orang yang cerdas akan membawa kita menjadi makin cerdas. Sebaliknya, berteman dengan orang yang bodoh akan membuat diri kita menjadi bodoh. Tidak ada manfaatnya berteman dengan orang bodoh. Sayyidina Ali bin Abi Thalib mengingatkan, ”Janganlah berteman dengan orang bodoh, karena engkau akan celaka.”

Kedua, carilah teman yang memiliki akhlak yang baik. Berteman dengan orang yang berakhlak baik akan mengantarkan kita menjadi orang baik. Dia akan senantiasa memberikan nasihat yang baik dan melarang kita melakukan perbuatan yang tidak baik. ”Sahabat sejati adalah orang yang selalu bersamamu. Ia rela berkorban untuk membantumu. Ketika engkau sedang tertimpa kesusahan, ia akan senantiasa memerhatikan dan menolongmu,” ujar Sayyidina Ali bin Abi Thalib.

Ketiga, carilah teman yang bukan fasik, yakni orang yang sering melakukan
kemaksiatan dan melanggar ajaran Islam.  Bergaullah dengan orang saleh. Bergaul dengan orang saleh akan membawa kita pada kedamaian dan ketenangan. Sedangkan bergaul dengan orang yang fasik akan membuat dirimu susah dan jiwamu tidak tenang. Bergaul dengan orang fasik akan menghilangkan rasa bencimu pada kemaksiatan. Seorang yang fasik tidak patut dijadikan teman.

Alqomah—pemuda ahli ibadah pada masa Rasulullah SAW—dalam suatu
kesempatan berpesan pada anaknya, “Wahai anakku, ketika suatu saat kau butuh untuk berteman, maka bertemanlah dengan seseorang yang menjagamu ketika kau melayaninya, yang menghiasimu ketika kau bersamanya, dan menaggung keperluanmu ketika kau menanggung keperluarnnya, yang membantumu ketika kau membantunya, yang menghargai kebaikanmu, yang menutupi kesalahan apabila kau menemukan kesalahannya, yang memberimu ketika kau meminta, yang
membuka obrolan ketika engkau diam, yang menghiburmu ketika kau tertimpa musibah, yang membenarkan perkataanmu, yang membantu kebutuhanmu, yang mendahulukanmu ketika kalian sama-sama membutuhkan.” 

Begitu pula Abu Sulaiman ad-Daroni berpesan, “Janganlah engkau berteman kecuali dengan tipe dua orang ini, yaitu seorang teman yang bermanfaat dalam urusan duniamu, dan seorang teman yang menambahkan semangatmu dalam urusan akhiratmu.”

Keempat, carilah teman yang tidak cinta dunia. Berteman dengan orang yang tamak pada dunia bagaikan racun yang membunuh. Hartamu akan ludes dan habis terbawa oleh kerakusan temanmu. Ini sangat berbahaya. Karakter dasar seseorang adalah meniru dan mengikuti perilaku orang di sekitarnya. Berteman dengan seseorang yang cinta dunia akan menjadikanmu cinta dunia. Berteman dengan seseorang yang zuhud (tidak rakus dunia) akan menjadikanmu zuhud.

Islam mengajarkan kita untuk menjauhi berteman dengan seseorang yang cinta dunia dan berteman dengan orang-orang yang berilmu dan memiliki
kebijaksanaan. Luqman al-Hakim berpesan kepada anaknya, “Wahai anakku, mendekatlah kepada para ulama, dan rapatkan lututmu pada mereka. Karena sesungguhnya hati akan hidup dengan hikmah, sebagaimana bumi yang mati akan hidup dengan tetesan hujan.”

Kelima, bertemanlah dengan orang yang jujur (shidiq) dan bisa dipercaya (amanah). Orang jujur akan membantu kita pada kebaikan. Jangan sekali-kali berteman dengan orang yang suka berdusta dan berlaku curang, karena dia akan membawa kita pada perbuatan menipu.

Memilih teman yang baik sangat penting bagi PMI. Sebab, di negara tempat bekerja tidak ada orang tua, saudara, dan keluarga. Satu-satunya orang yang diharapkan dapat memahami, membantu, dan menjadi tempat berlindung (termasuk curhat) adalah seorang teman yang baik. Gagal menemukan teman yang baik menyulitkan kita menapaki kehidupan selanjutnya, karena ketiadaan pendamping sementara di negeri yang asing. Teman adalah cerminan diri kita.

Tulisan ini ditandai dengan: PMI teman 

Belum ada komentar.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.