Kisah Asih: Dua Tahun yang Memberatkan bagi Pekerja Migran Hong Kong Non-Pengalaman

Author

Asih, seorang tamatan SMA asal  Desa Nongkodono. Selepas lulus SMA tahun 2005, Asih memutuskan bekerja ke ke Hongkong. Keputusan itu diambil lantaran tidak dapat melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi. Niat mulia Asih untuk bekerja adalah untuk membantu meringankan beban orang tuanya dan mewujudkan impiannya pada masa mendatang. Asih direkrut oleh Petugas Lapangan (PL) PT Prima Duta Sejati (PT PDS) yang berkantor di Surabaya. Asih menceritakan bahwa sesampai di PT PDS ia langsung mengisi biodata, umur, riwayat pengalaman, dan alasan bekerja ke luar negeri. Selain itu, juga memeriksakan kesehatan atau medical check up sebagai salah satu syarat untuk bekerja ke luar negeri.

 

Di PT PDS, Asih ditempatkan di sebuah penampungan yang menurutnya mirip penjara. Kondisi penampungan sangat tak layak, seperti mandi bergantian, makan dengan piring seng dan lauk tempe kecil. Setelah melalui pemeriksaaan kesehatan dan dinyatakan sehat, PT PDS kemudian melanjutkan proses untuk mendapatkan majikan. Setelah diproses, calon pekerja migran menunggu calon majikan yang akan mewawancarainya langsung lewat panggilan video. Dalam kurun waktu beberapa bulan di penampungan, Asih akhirnya mendapatkan majikan untuk bekerja sebagai pengasuh anak berumur 1 tahun. Setelah itu, Asih mengikuti Pembekalan Akhir Pemberangkatan (PAP). Pada waktu itu, Asih berkabar kepada orang tuanya ketika akan menandatangani kontrak kerja dan setelah itu akan segera diberangkatkan ke Hong Kong. Masih membekas dalam ingatan Asih bahwa isi kontrak kerja itu menyatakan jika Asih sudah siap kerja ke Hongkong selama dua tahun. Selain itu, isi kontrak juga memuat tanggungan biaya yang harus ditanggung Asih melalui skema potongan gaji. 

 

Setelah kontrak kerja ditandatangani, Asih langsung berangkat ke Hongkong lewat Bandara Juanda menggunakan maskapai Cathay Pacific. Sesampainya di Hongkong, Asih langsung dijemput oleh Agensi Planet dan diserahkan pada majikan yang waktu itu sudah menunggu. Asih menceritakan jika majikannya ternyata cerewet. Asih juga bekerja tidak sesuai dengan kontrak kerja yang ditandatanganinya. Asih malah disuruh untuk menjaga anjing majikan meskipun Asih takut dengan anjing tersebut. Kondisi pekerjaan Asih diperburuk dengan minimnya persediaan  makanan oleh majikan. Sempat waktu itu Asih meminta roti pada majikan untuk sarapan, tapi majikan malah membentaknya. 

 

Asih hanya makan siang dengan mie instan, malamnya hanya diberi kepala dan buntut ikan dan 3 biji sayur kailan saja. Asih hanya diam dan menurut terhadap perintah majikan karena ia merasa pekerja baru dan tidak berani lapor pada agensi. Asih mendapatkan gaji pertama sebesar HKD3200 (±5,6 juta rupiah). Dari gaji itu, Asih harus menyetorkan uang untuk potongan pada PT PDS sebesar HKD3000 (± 5,2 juta rupiah) selama 7 bulan. Artinya, hanya tersisa uang HKD200 (± 355 ribu rupiah) saja untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari setiap bulannya. 

 

Asih menyelesaikan kontraknya setelah 2 tahun bekerja. Setiap bulan, dia harus mengirimkan uang hasil kerjanya pada ayahnya karena sakit-sakitan dan harus berobat ke rumah sakit. Belum mendapatkan banyak hasil dari bekerja, Asih memutuskan untuk proses kerja lagi di Hong Kong dengan membayar HKD5000 (± 8,8 juta rupiah). Agensi tidak memotong gajinya dan Asih mendapatkan full gaji dengan majikan baru yang berbeda. Majikan baru Asih menghargai Pekerja Migran Indonesia. 

 

Satu komentar untuk “Kisah Asih: Dua Tahun yang Memberatkan bagi Pekerja Migran Hong Kong Non-Pengalaman

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.