Sabtu (12/05/2012), sejumlah Buruh Migran Indonesia perwakilan dari Humanitarian Organisation for Migration Economics (HOME), Indonesian Family Network (IFN), Himpunan Penata Laksana Rumah Tangga Indonesia di Singapura (HPLRTS), dan beberapa individu mengikuti pertemuan perdana dengan Andri Hadi, selaku Dubes RI di Singapura.
Acara di ruang Nusantara gedung KBRI Singapura tersebut juga dihadiri presiden Home Singapura Bridget Tan dan beberapa staff KBRI diantaranya Indah, Fachry, Simon, serta Emil. Acara yang berlangsung dari pukul 10.30 hingga 12.00 waktu Singapura membahas pelbagai permasalah yang dihadapi oleh BMI.
Melalui penyampaiannya, Dubes RI di Singapura menyampaikan kat kunci bagaimana menyelesaikan masalah, bukan menambah masalah antara BMI dengan majikannya. Perjanjian bilateral dengan Singapura tentang tindakan privasi (privacy act) seperti kasus Narkoba atau Penyelundup rokok juga dijelaskan Dubes RI. Ada beberapa permasalahan hukum yang pihak KBRI juga tidak diberi tahu oleh pemerintah Singapura.
Tahun ini jumlah BMI yang datang ke penampungan semakin menurun dibandingkan tahun-tahun lalu. Sejak tahun 2009 pihak KBRI sudah mengeluarkan larangan agar BMI tidak membersihkan jendela namun sosialisasi kebijakan belum terlaksanakan dengan baik. Mulai 1 Mei 2012 pihak KBRI kembali menekan agar pemerintah Singapura (MOM) mengambil tindakan serius terhadap majikan yang memerintahkan BMI membersihkan jendela.
Dubes RI menyatakan supaya berlaku adil dalam pekerjaan. Melalui Yahoo internet poling 76 % menyetujui adanya tindakan BMI tidak membersihkan jendela. Pihak KBRI juga akan melakukan tindakan tegas (blacklist) terhadap majikan yang masih meminta BMI untuk membersihkan jendela. Tindakan ini berlaku untuk agen-agen penempatan BMI.
Pihak KBRI juga akan mengamandemenkan surat kontrak tenaga kerja bagi yang tidak memiliki hari libur (off day) mulai tahun 2013. Perpanjangan paspor menurut UU No. 39 tentang PPTKILN tidak bisa dilakukan di KBRI kecuali dengan memperpanjang kontrak kerja baru.
“Sebelum memposting di internet, seharusnya dipikirkan dahulu. Selama ini pihak KBRI telah berusaha semaksimal mungkin untuk membantu masalah TKW yang menghadapi masalah. Seperti dulu ada TKW yang masuk rumah sakit Tan Tock Sheng pihak KBRI lah yang membantu TKW tersebut. Pengeluaran ijazah Paket B dan C itu memang sangat lama sekitar 6 bulanan. Sebagai murid, seharusnya berterimakasih dengan kerja keras para guru, bukan menjelek-njelekan di belakang. Misalnya ada murid yang juara 1, karena dekat dengan guru, lalu menjelek-jelekan SIS. Info dari agen bahkan ada TKW yang di HOME kelakuan sosialnya berubah total mengikuti gaya orang Filipina dan itu yang membuat saya malu. Semestinya pikirkan dahulu sebelum menulis di internet,” pengakuan dari Nasifah, perwakilan HPLRTS.
“Bahwasannya dari pihak KBRI, HOME, IFN, atau organisasi lain memiliki tujuan yang sama yaitu kesejahteraan. Boleh kita memberikan kritik tapi yang positif, bukan malah menjelekkan organisasi lain.” tutur Andri Hadi langsung merespon tanggapan dari Nasifah .
Bridget Tan juga memberikan pernyataan, pihak HOME telah mengumpulkan dana berupa sumbangan uang kepada keluarga Sulastri yang meninggal akibat bunuh diri karena gagal melakukan ujian Bahasa Inggris.
Secara keseluruhan bisa dikatakan pertemuan dengan KBRI keluar dari rencana yang diharapkan, namun demikian pihak HOME, IFN, dan HPLRTS merasa senang diberikan kesempatan untuk berdialog secara langsung dengan Dubes RI di Singapura. Pada pertemuan selanjutnya diharapkan bisa fokus pada permasalahan BMI bukan konflik pribadi dan persoalan tidak mendasar yang dituangkan dalam forum. Masih banyak permasalahan yang lebih serius. Seperti potongan gaji yang masih terlampau tinggi (overcharging) dan penempatan kerja di sektor lain agar BMI menjadi lebih baik di masa mendatang. Jangan jadi Pembantu lagi. [12/5/12]
Anung D’Lizta
tetap semangat rekan2 BMI dimanapun berada!