BANYUMAS. Para mantan Buruh Migan Indonesia (BMI) di banyak desa di wilayah Banyumas, sering merasa malu jika disebut mantan BMI atau TKI. Alasan mereka malu, juga sangat beragam. Temuan ini sering dijumpai SERUNI saat terjun pada pertemuan-pertemuan PKK di desa.
Senin (16/4/2012) SERUNI sempat masuk di pertemuan PKK di dua desa, yaitu Desa Kedung Urang dan Desa Gancang, Kecamatan Gumelar, Banyumas. Saat para pegiat SERUNI bertanya di forum tersebut, tentang siapa saja yang pernah menjadi BMI, tak satupun ada yang berterus terang.
Namun setelah diberikan sedikit pengertian, ahirnya mereka mau juga mengaku sebagai mantan BMI. Bahkan ternyata di dua desa itu, istri Kepala Desanya juga mantan BMI. Kursiyati, istri Kades Kedung Urang, juga pernah bekerja di Arab Saudi, begitu juga Supri, istri Kades Gancang.
“Buruh migran itu sama dengan profesi–profesi yang lain Bu. Pamong desa, guru, karyawan pabrik juga buruh. Kenapa harus malu disebut mantan buruh migran?,” ujar Waryati , pegiat SERUNI yang pernah bekerja di Singapura di depan ibu-ibu PKK Desa Gancang (16/4/2012).
Rasa malu tersebut sempat menjadi kesulitan bagi SERUNI ketika mengadakan pendataan langsung ke masyarakat. Termasuk ketika SERUNI ditugasi beberapa Dinas untuk mencari mantan BMI yang akan diberdayakan di tingkat provinsi.
“Di masyarakat memang masih ada anggapan bahwa BMI itu hanya seorang pekerja rumah tangga, dan pekerjaan ini dianggapnya sebagai pekerjaan rendahan. Mungkin ini salah satu faktor mereka tidak begitu percaya diri untuk mengaku sebagai mantan TKI,” kata Lili Purwani, ketua Paguyuban Peduli Buruh Migran dan Perempuan Seruni Banyumas, mengomentari fenomena tersebut.
SERUNI juga tak henti-henti untuk terus memberikan pengertian-pengertian kepada mantan BMI, keluarganya, dan masyarakat pada umumnya agar pandangan mereka terhadap orang yang bekerja di luar negeri khususnya perempuan, tidak diidentikan dengan pekerjaan rendahan. (**)
Hal semacam itu pasti bakal menjadi tantangan tersendiri bagi paguyuban atau organisasi yang akan memberdayakan mantan BMI, nah kalo kawan-kawan Seruni sendiri bagaimana mengajak mereka agar tetap percaya diri? toh menjadi BMI juga, sebuah profesi yang bermartabat, sama halnya menjadi pedagang, bahkan presiden.
Yang dilakukan Seruni, memberikan ruang untuk bertukar pengalaman melalui diskusi, dengan begitu mantan buruh migran merasa menemukan teman senasib sepenanggunan, mempertemukan mantan buruh migran dengan kelompok-kelompok yang mempunyai satu pemikiran dan satu tujuan dari berbagai kalangan, membantu memfasilitasi terbentuknya kegiatan yang diinginkan oleh mereka, memberikan pelatihan peningkatan kapasitas.