Imron Rosyadi, Buruh Migran Indonesia di Korea Selatan (Korsel) telah mewawancarai Vinun (34), salah satu pengurus Komunitas Muslim Indonesia (KMI) Korea Selatan pada pukul 17.00 waktu Korsel (01/04/12).
Menurut keterangan BMI asal Trenggalek, Jawa Timur tersebut, KMI adalah induk organisasi yang beranggotakan 23 mushola di semua penjuru Korea dan memiliki ribuan orang jama’ah.
BMI di Korsel berhadapan dengan kondisi sosial budaya yang berbeda dengan di Indonesia, mayoritas penduduk Korsel adalah non muslim dengan dengan gaya hidup modern yang terus berkembang pesat dan cenderung dekat dengan maksiat.
Minuman keras, judi, hiburan malam, dan seks bebas menjadi gaya hidup yang mewarnai kehidupan modern di Korsel. Kondisi tersebut membuat Warga Negara Indonesia (WNI) khususnya BMI harus tetap menjaga diri dan fokus pada tujuan awal untuk bekerja serta mencari nafkah bagi keluarga di tanah air. KMI lahir di Korsel sebagai upaya untuk menjaga spiritualitas para jama’ah WNI khususnya pekerja migran asal Indonesia melalui kegiatan keagamaan.
KMI telah behasil mengkoordinir BMI di Korsel untuk membangun masjid di Changwon dekat Kota Busan yang menghabiskan dana sekitar 700 juta Won (5 milyar 600 juta rupiah). Saat ini KMI sedang mengkoordinir pembangunan masjid di Kota Ansan. Hingga saat ini (01/04/12) KMI telah berhasil mengumpulkan sodhakoh dari BMI di Korsel sebesar 334 juta Won ( 2 milyar 672 juta rupiah ) dari total kebutuhkan dana yang harus dipenuhi sebesar 400 juta Won lagi (3 milyar 200 juta rupiah).
KMI telah melakukan pelbagai macam kegiatan untuk memenuhi kekurangan tersebut. Termasuk menggelar tabligh akbar yang mengundang ustad dan artis ternama dari Indonesia seperti Arifin Ilham, Dik Doang, Muhammad Yusuf Mansur, Habiburohman.
Melalui tabligh akbar tersebut pengurus KMI memutarkan kotak amal ke para jamaah. Satu kali gelaran tabligh akbar, shodaqoh yang terkumpul bisa mencapai 25 juta Won atau sekitar 200 juta rupiah. Selain itu juga dikemas melalui potongan rutin yang telah disepakati BMI melalui tabungan milik mereka.
Perkembangan KMI dan pelbagai kegiatan keagamaan yang dilakukannya merupakan kebanggaan masyarakat muslim Indonesia di Korea Selatan.
Salut buat mas Imron dan kawan-kawan KMI di Korea Selatan. saya ada pertanyaan, apakah Masjid tersebut bisa diakses BMI untuk melangsungkan kegiatan non keagamaan, misal sekedar bikin pertemuan, diskusi, atau melangsungkan pernikahan?
subhanallah! BMI Korea hebat bisa menumbuhkan kesadaran bershadaqah dan tetap teguh beribadat meskipun sedang tinggal di negara yang mayoritas non Muslim 😀
subhanallah!…….ternyata di korea yang mayoritas non muslim jga ada mesjid(alhamdullah)”gumawo”KMI??