Berita

1500 BMI Kepung KJRI Hong Kong

Author

Dokumentasi Antik Pristiwahyudi (IMWU-Hong Kong)
Dokumentasi Antik Pristiwahyudi (IMWU-Hong Kong)

Sebanyak 1500 lebih Buruh Migran Indonesia (BMI) melakukan aksi demo mengepung Konsulat Jenderal Republik Indonesia (KJRI) di Hong Kong (25/03/12). Aksi demonstrasi dilakukan sebagai bentuk kekecewaan karena tidak diizinkan bertemu dengan presiden Susilo Bambang Yudoyono yang berada di Hong Kong.

Aksi ini sebagai bentuk lanjutan dari aksi yang sebelumnya di lakukan di depan hotel Sangrila, tempat di mana SBY melakukan pertemuan dengan Warga Negara Indonesia (WNI) yang ada di Hong Kong, namun sayangnya WNI yang mengikuti pertemuan adalah orang-orang yang telah dipersiapkan KJRI Hong Kong.

Kecewa karena tidak perwakilan BMI yang bisa bertemu presiden, para BMI yang tergabung dalam pelbagai organisasi  kembali melakukan aksi yang lebih besar di depan KJRI Hong Kong. Aksi dimulai pukul 14.00 sampai 16.00 waktu setempat.

Tuntutan BMI terhadap pemerintahan SBY-Budiono:

Tolak kenaikan harga BBM dan turunkan harga kebutuhan pokok!

  • Tanah untuk rakyat bukan pemodal! Segera akhiri kemiskinan!
  • Berikan perlindungan sejati bagi Buruh Migran Indonesia diluar negeri!
  • Terapkan kontrak mandiri! Hapus KTKLN!
  • Turunkan & Terapkan biaya penempatan!

Sekali lagi, para BMI sangat kecewa karena tidak diikursertakan dalam dialog atau pertemuan dengan presiden SBY di Hong Kong. Ternyata SBY datang ke Hong Kong bukan untuk rakyatnya tapi semata hanya untuk kepentingan  bisnis yang hanya menguntungkan pengusaha dan pejabat saja.

KJRI sengaja tidak memberi ruang kepada BMI untuk bertemu dengan SBY. Mungkin Konjen merasa takut kalau para BMI akan menuntut dia untuk turun karena kebijakan yang dibuat selama ini sangat merugikan para BMI di Hong Kong.

Sebelumnya, hari Sabtu 24 Maret, para BMI juga melakukan aksi demo saat SBY bertemu dengan Chief Executive Hongkong Special Administrative Region, Donald Tsang, membahas upaya meningkatkan kerja sama pembangunan. Sayangnya para BMI dihadang-hadangi oleh polisi yang jumlahnya jauh lebih banyak dari demonstran sendiri.

Selama di Hong Kong, SBY sengaja meminta pengawalan dengan alasan keselamatannya terancam. Buruh Migran dari Filipina, Nepal, Srilanka, Thailand, dan juga buruh lokal Hong Kong ikut serta dalam aksi demo ini. Solidaritas terjalin karena para buruh merasa mempunyai nasib yang sama.

Pak SBY ternyata bukan presidennya kaum buruh, pun juga dengan Konjen RI untuk Hong Kong yang ternyata sama saja, sama-sama tidak berpihak terhadap kaum buruh.

Belum ada komentar.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.