Latihan Pijat Refleksi Bagi Mantan BMI

Author

BANYUMAS. Sebanyak 24 mantan BMI di wilayah Banyumas berkumpul di gedung Gurinda Sarwa Mandala milik Kantor Dinas Pendidikan Kabupaten Banyumas(12/2/2012). Mereka berkumpul untuk dilatih menjadi pemijat. Bukan sembarang pemijat, tetapi pemijat yang menguasai ilmu akupuntur dan refleksi.

“Semua orang bisa memijat. Tetapi pijat refleksi dan akupuntur tidak semua orang bisa, karena pijat tersebut ada ilmunya,” ungkap Suswanti, mantan TKI Singapura yang ikut kegiatan tersebut.

Suswanti dan para pemijat lainnya, merupakan bagian dari peserta pelatihan dampak moratorium pengiriman tenaga kerja ke luar negeri. Pemerintah sangat berharap, dengan program ini, mereka tak lagi berangkat bekerja ke luar negeri lagi, karena sudah mempunyai keterampilan untuk mengais rejeki di negeri sendiri.

Suswanti pernah bekerja di Singapura antara tahun 1996-1998. Setelah tinggal cukup lama di kampung halaman, ia ingin merantau ke luar negeri lagi. Namun karena ada larangan dari pemerintah untuk negara-negara tertentu, ahirnya ia mengurungkan niatnya.

“Kami berlatih selama 1,5 bulan dan mendapat ijazah,” tuturnya bangga. Karena sudah mempunyai kemampuan ketrampilan, ia bertekad untuk meninggalkan impiannya bekerja di luar negeri. “Dengan bekal ketrampilan ini, saya ingin membuka praktek sendiri,” lanjutnya.

Kepala Bidang Pendidikan Non Formal Dinas Pendidikan Banyumas, Siswoyo, mengatakan bahwa program kecakapan hidup dampak moratorium pengiriman TKI ternyata sangat membantu masyarakat, khususnya yang terkena dampak dari moratorium maupun yang masih menganggur.

“Ada 260 peserta yang mengikuti program ini di kabupaten Banyumas. Mereka tersebar dalam beberapa bidang keahlian, seperti menjahit, rias pengantin, tata boga, border, tata kecantikanrambut dan akupuntur,” jelasnya.

Satu komentar untuk “Latihan Pijat Refleksi Bagi Mantan BMI

  1. Sangat menarik pendekatan yang dilakukan oleh Seruni Banyumas guna mempeperkuat skill hidup mantan TKI di Banyumas.. Salut untuk kawan-kawan. Adakah pengalaman lain yang dilakukan seruni untuk mendampingi buruh migran dalam soal ekonomi?

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.