Berita

Kualitas Perlindungan BMI Jauh Dibawah Filipina

Author

Cirebon- Seluruh keluh kesah Enok Sutarsih tercurahkan saat menjadi narasumber dalam Diskusi Suara Komunitas dengan tema Perlindungan Buruh Migran di Hotel Cirebon Plaza Kamis (24/11). Perjuangan Perempuan asal Sumedang tersebut saat bekerja di Arab Saudi mendapatkan simpati seluruh peserta diskusi, dari perwakilan pejabat pemerintahan, LSM, mahasiswa, media, dan pewarta warga.

Sesekali suara Enok hampir hilang karena menahan tangis ketika mengingat kepedihan yang dialaminya selama menjadi TKW di Arab Saudi. Raut mukanya mulai berubah menjadi sendu saat Ibu tiga anak ini mulai menceritakan pengalaman pahit merantau ke timur tengah.

Budhi Hermanto, fasilitator diskusi dari Combine Resource Institution (CRI) Yogyakarta terpaksa mengarahkan Enok Sutarsih untuk menceritakan pengalaman selain tindak kekerasan yang dialami. Hal tersebut dilakukan Budhi Hermanto saat mulai melihat Enok Sutarsih tidak kuat menahan air mata.

“Sudah bu, bisa ibu ceritakan yang lainnya saja. Misalkan tentang upaya yang dilakukan oleh Ibu dalam melaporkan kasus ini di sana (Arab Saudi). Saya rasa, kita juga sudah merasakan bagaimana pedihnya penderitaan yang dirasakan oleh Ibu saat berada disana,” tutur Budhi Hermanto.

Walau Enok baru menceritakan kisahnya dalam tempo yang singkat, beberapa peserta sudah terhanyut dan ikut merasakan apa yang diceritakan oleh isteri Hamidin ini. Beberapa peserta perempuan, seperti dari Pemberdayaan Perempuan dan wartawan perempuan Kompas terlihat gemas saat diberikan waktu untuk memberikan komentar atau tanggapannya.

“Sering sekali pemerintah mengatakan bahwa hal tersebut bukan kewenangan pemerintah saat pemerintah sudah tidak bisa mengatasi permasalahan. Pemerintah itu punya kekuatan besar, mana mungkin tidak bisa menangani para PPTKIS nakal atau yang lainnya. Kalau memang tidak mampu, mundur saja,” tegas Rini wartawan perempuan Kompas yang ikut hadir dalam diskusi.

Pada kesempatan yang sama, Enok menyayangkan kesigapan pemerintah Indonesia dalam melindungi warga negaranya yang sedang bekerja di luar negeri. Perbedaan itu terlihat ketika salah satu pembantu asal Filipina yang bekerja pada majikan yang sama dengan Enok Sutarsih mengalami penyiksaan.

Dua hari setelah laporan penyiksaan yang dialami oleh TKW asal Filipina disampaikan, pemerintah Filipina langsung bergerak dan menjemput pulang TKW tersebut. Beberapa perlengkapan dan barang milik TKW tersebut juga bisa ikut dibawa pulang, sangat berbeda dengan yang dialami oleh Enok.

“Dia (TKW Asal Filipina), baru melaporkan kasusnya 2 hari, langsung dijemput pulang. Barang-barangnya juga bisa dibawa pulang. Sedangkan saya, sudah melaporkan berbulan-bulan tidak ada respon juga. Ketika pulangpun saya tidak bawa apa-apa, hanya tas sobek yang berisi beberapa lembar pakaian,” kenang Enok.

Tulisan ini ditandai dengan: kualitas BMI 

Belum ada komentar.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.