Karena Iri, Anto Mengajak Kabur Adi ke Pahang

Author

Hj.Sakinah saat mengikuti pelatihan pengelolaan informasi
Hj.Sakinah saat mengikuti pelatihan pengelolaan informasi

Saya Hj. Sakinah. Saya memiliki seorang adik laki-laki berusia 22 tahun, Adi. Ia adalah mantan seorang Buruh Migran Indonesia (BMI) di Malaysia. Sama dengan saya, ia berasal dari Dusun Gemel Desa Gemel Kecamatan Jonggat Kabupaten Lombok Tengah.

Adi berangkat kerja ke Malaysia pada tahun 2007. Di sana ia bekerja sebagai tukang kebun. Sebuah pekerjaan yang menuntut banyak tenaga. Akan tetapi, tidak dalam waktu lama sesampainya di Johor, ia terkena penyakit ginjal yang disebabkan oleh pekerjaannya yang terlalu berat. Melihat Adi sakit parah, Cheng majikannya, kemudian membawanya ke rumah sakit di Johor untuk dilakukan operasi. Sebagian besar biaya operasi dan perawatan ditanggung oleh Cheng, sedangkan Adi hanya perlu membayar sebesar dua bulan gajinya, yand diambilkan dari gaji bulanannya.

Setelah sembuh, tempat kerja Adi dipindahkan ke kantor majikannya sebagai tukang sapu dan membuat kopi, dengan gaji 600 RM atau sekitar Rp. 1.100.000 perbulan. Akan tetapi, persoalan muncul ketika Adi diajak kabur oleh Anto, temannya, ke Pahang. Menurut beberapa sumber, tindakan ini dilakukan oleh Anto lantaran ia iri pada pekerjaan Adi yang ringan. Keputusan Adi kabur dari majikannya membawa konsekwensi buruk baginya. Kehidupannya menjadi lebih sulit. Bahkan ia harus rela dikejar-kejar polisi.

Akhirnya, Adi dan Anto bertemu dengan seorang tekong yang membawa mereka berdua ke Malaysia dulu yang bernama Syafi’i. Setelah itu, mereka berdua meminta bantuan Syafi’i supaya dapat dipulangkan ke Indonesia. Namun, Syafi’i hanya dapat memulangkan mereka sampai ke Batam. Setelah sampai di Batam mereka berdua harus mencari pekerjaan untuk ongkos pulang ke Lombok. Keduanya pun menerima tawaran Syafi’i.

Setelah sampai di Batam dan mendapatkan pekerjaan. Keduanya mulai mengumpulkan gajinya untuk dapat pulang ke Lombok. Akan tetapi, lagi-lagi Anto bertindak jahat. Pada suatu hari Anto mencuri uang simpanan Adi dan pulang ke Lombok duluan meninggalkan Adi. Sementara, Adi masih tetap tinggal di Batam bekerja di sebuah bengkel dan kuli bangunan. Uang tabungan hasil kerjanya tidak pernah dapat terkumpul karena ia harus mengobati sakit bekas jahitan pascaoperasinya yang sering kambuh.

Akhirnya, Adi memutuskan untuk menelepon saya dan meminta agar dikirim uang untuk ongkos pulang ke Lombok. Dengan perasaan sedih saya mengirim Adi uang 1 juta rupiah untuk biaya perjalanan ke Lombok. Alhamdullilah, kini Adi sudah pulang ke kampung halaman dan bekumpul bersama keluarga.

Dengan menceritakan pengalaman adik saya, Adi, saya berharap agar para BMI lebih berhati-hati dalam berhubungan dengan orang-orang yang baru dikenal. Jika ada yang mengajak untuk melakukan hal bodoh, lebih ditolak saja.

Tulisan ini ditandai dengan: adik gemel tki kabur 

Belum ada komentar.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.