Kamis (09/12/2010) pegiat buruh migran dari berbagai daerah di Indonesia berkumpul di ruang Bima Hotel Bidakara Jakarta. Jaringan Mahnettik, UNRAM Mataram, Disnaker Koslata, Delsos Larantuka, ECOSOC Institute, IOM, dan beberapa lembaga lain megikuti pertemuan reflektif perlindungan buruh migran yang digelar sebagai rangkaian kegiatan 10 tahun Yayasan Tifa. Pertemuan dengan tema “Apa [Lagi] Yang Harus Kita Lakukan?” mempertemukan kelompok, institusi, dan lembaga yang terlibat kerja perlindungan buruh migran dengan buruh migran dan pejabat pemerintah.
Pertemuan yang dimulai pukul 9.00 WIB tersebut tampak berbeda karena diikuti oleh pegiat buruh migran dari Pusat Teknologi Komunitas (PTK Mahnettik) Kabupaten Malang dan Cilacap melalui konverensi video dan dipancarkan langsung dari lokasi pertemuan.
“Kami di Malang akan mempersiapkan segala kebutuhan teknis agar pertemuan di Jakarta dapat juga diikuti dari Malang,” Tutur Candra, pegiat PTK Mahnettik Malang saat gladi resik sehari sebelum acara digelar.
Teknologi konferensi video membutuhkan persiapan teknis yang matang seperti kapasitas pita lebar (bandwidth) server, kecepatan akses internet, kamera, dan koordinasi yang tepat antarlokasi peserta konverensi video.
Meskipun sesekali sambungan gambar gerak dan suara (video, audio) dari Malang dan Cilacap yang diterima di Jakarta terputus, namun para pegiat di dua daerah tersebut menerima dan mengikuti rangkaian sesi hingga selesai. Catur Eni Sulastri, mantan buruh migran Hongkong asal Cilacap misalnya sempat bertanya kepada Mohammad Jumhur Hidayat, Kepala BNP2TKI tentang penanganan persoalan TKI di Cilacap.
Dengan dukungan perangkat teknologi dan aplikasi pendukung seperti Open Meetings, pertemuan yang berlangsung selama delapan jam tersebut dapat memberi manfaat pula bagi pegiat di daerah.
Pemanfaatan teknologi untuk dialog jarak jauh seperti yang diujicobakan Pusat Sumber Daya Buruh Migran (PSD-BM) dapat terus diperbaiki dan dikembangkan. Sebagaimana disampaikan oleh Direktur Eksekutif Yayasan Tifa, Tri Nugroho, jika ke depan model teknologi konferensi video dapat terus diperbaiki dan dikembangkan akan membuka peluang para pegiat dan penerima manfaat program buruh migran untuk membuat sebuah kursus online.